Chereads / Karma Dari Sang Pelakor / Chapter 9 - 1.9

Chapter 9 - 1.9

Karma Dari Sang Pelakor

BAB 9 :

_______

Mira mengendarai sepeda motornya melaju ke arah kampus yang sudah 2 tahun Mira menempuh pendidikannya di salah satu Universitas yang populer di Kota Y. Kini Mira ke kampus untuk pengajuan skripsinya.

Setelah Mira tiba di Kampus, Mira memakirkan sepeda motornya di tempat parkiran mahasiswa di area kampus. Setelah itu, Mira menelusuri koridor kampus untuk menemui Dosen pembimbingnya.

Tok..Tok!!

Mira mengetuk sebuah pintu yang berada di hadapannya.

"Yah! Silahkan masuk." Sahut dari dalam.

Mira mendorong pintu yang ada di hadapannya. Mira melangkahkan kakinya ke dalam ruangan dengan badan yang sedikit membungkuk.

"Permisi Pak," Ucap Mira sopan.

"Oh Mira, bagaimana? Apa proposal 'mu sudah rampung?" Tanya seorang Pria ketika melihat Mira.

Di hadapan Mira, Adalah Pak Satria. Dia adalah Dosen pembimbing yang akan membimbing Mira untuk pembuatan Skripsi. Dia masih muda dan yang jelas sangat tampan.

Mira beruntung mendapatkan Dosen pembimbing seperti Pak Satria, karna membuat Mira lebih tambah semangat. Untuk setiap hari berkonsultasi dengan Pak Satria.

"Ini Pak Proposalnya, tapi saya belum tahu. Kurangnya di mana" Tutur Mira seraya menyodorkan sebuah Map berisikan kertas-kertas yang sudah di jepit di dalamnya.

"Taruh saja di situ, Nanti Bapak priksa. Jika ada yang kurang, nanti bapak akan menghubungimu," jawab Pak Satria.

"Baik Pak, saya permisi dulu." Sahut Mira sopan lalu membalikkan badannya.

"E..Amira tunggu!" Panggil Pak Satria.

Mira menghentikan langkahnya yang hendak berjalan ke arah pintu keluar.

"Iya Pak," jawab Mira berbalik.

"Itu, jaga kesehatanmu. Matamu sembab, jangan terlalu memaksakan diri. Kalau lelah, istirahat. " Tutur Pak Satria.

Mira terkejut mendengar ucapan Pak Satria, apakah di raut wajahnya sangat nampak? Mira dengan senyum kikuk menatap ke arah Pak Satria.

"Baik Pak, saya permisi."

Jawab Mira yang langsung berlalu dari ruangan. ' Sial, apa mataku separah itu? Sampai- sampai Pak Satria menegurku?' batin Mira yang merasa malu dengan teguran Pak Satria barusan.

Drtt! Drtt!

Mira menghentikan langkahnya, Lalu meraih ponselnya yang berada di dalam tas.

📞[Halo! ]

Ucap Mira ketika sambungan telfonnya tersambung.

📞 [Aku sudah di Bandara. Kau jadi menjemputku kan? ]

📞 [ Iya, aku akan segera ke sana. Aku sedang di kampus soalnya. Sambil menungguku, kamu duduk dulu lah di kafe kek di angkringan kek. ]

📞 [ Ok, aku tunggu. Nanti aku BBM mengabari dimana aku mampir.]

📞 [ Ok ]

Mira memutuskan sambungan telfonnya, lalu berjalan kembali ke tempat parkiran motor mahasiswa yang ada di kampus.

Sesampainya di tempat parkiran, Mira menaiki sepeda motornya. Lalu melaju meninggalkan Kampus dan menuju ke arah Bandara.

Setibanya di Bandara, Mira meraih Ponselnya. Lalu melihat ada pesan BBM.

✉️ [ Mir, aku di lesehan dekat gapura Bandara. Cepetan kamu ke sini, aku sudah menghabiskan 3 gelas nutrisari hanya untuk menunggumu. ]

Mira menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Lalu menuju ke tempat sesuai isi Pesan yang di kirimkan kepada Mira.

Mira menepikan sepeda motornya di bahu Jalan. Lalu menuju ke angkringan yang di maksud oleh Ambar sahabatnya.

"Lama bangat ih!"

Ucap Ambar ketika melihat Mira yang tengah berdiri di sisi meja.

"kamu tahu sendiri, jaraknya gimana? Lagian, aku juga harus ke kampus 3." Jawab Mira.

"Yuk ah buru . Aku ingin rebahan," ucap Ambar yang beranjak dari duduknya.

Kini Mira dan Ambar telah melaju, menuju ke arah kostan Mira.

"Woi, kamu tahu Dion dari mana?" Ucap Ambar membuka pembicaraan.

"Haaaa! Aapa?"

Sahut Mira dengan sedikit meninggikan suaranya, kerena Mira sedang mengenderai sepeda motor dan suara Ambar terbawa angin membuat Mira tidak mendengar ucapan Ambar.

"Budek emang ya!" Guman Ambar.

Ambar mendekatkan wajahnya di belakang telinga Mira," KAMU! KETEMU! DION DI MANA!!" Teriak Ambar tepat di belakang telinga Mira.

"Pea! Aku ga budek, nanti saja kalau tiba di kostan, kita bicarakan," Sahut Mira dengan suara yang meninggi.

Ambar tidak menjawab. Dan akhirnya, Mereka tiba di kostan Mira. Ambar dan Mira pun turun dan berjalan ke arah kamar Mira.

"Aku nebeng dulu ya, Capek."

Ucap Ambar yang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur , setelah ia menaruh ranselnya dengan asal ketika tiba di kamar Mira.

Mira menendang kaki Ambar yang sedang tiduran di atas kasur beralaskan lantai.

"Mandi gih! Bau apek kamu tuh," ucap Mira.

"Bentar napa ah! Aku mau ngambil oksigen dulu." Sahut Ambar yang masih telentang di atas kasur.

Mira membuka jaketnya, lalu mengambil cemilan di dapur dengan sebotol air. Lalu ia taru di lantai yang berhadapan dengan televisi.

"Eh Mir, kamu kenal Dion dari mana?"

Tanya Ambar yang sudah beranjak dari kasur dan duduk di samping Mira.

Mira yang matanya sedang fokus ke arah televisi pun menoleh ke arah Ambar.

"Dia kakak kelasku waktu SMP,"

Jawab Mira seraya mengalihkan pandangannya kembali ke arah Televisi.

"What! Bararti dia sekampung denganmu dong?"

"Ya. Tapi aku sudah lama tidak melihatnya. Sejak aku lulus SMP,"

"Trus, kenapa PP BBM kamu bersama Dion? Apa Kau tidak tahu? Si Dion itu sudah menikah?"

Mira menoleh ke arah Ambar ,"dari itu aku mau menanyakan tentang pernikahan Dion kepadamu. Jujur ya! Sekarang aku lagi galau,"

"Jangan bilang kamu menjalin hubungan dengan Dion?"

"Itu yang mau aku jelasin ke kamu. Aku sudah tidak pulang kampung selama bertahun-tahun, kamu tahu sendiri'kan aku SMA saja di kota'mu. Dan lagi, selesai lulus SMA aku kuliah di sini," Ucap Mira panjang lebar.

"Terus..terus? Masalah dengan Dion apa?" Tanya Ambar penasaran.

"Nah, saat aku pulang kampung kemaren. Aku berjumpa dengan Dion, aku tidak tahu kalau Dion sudah beristri. Dan aku juga tidak mendengar desas desus tentang Dion saat aku di kampung ," Jelas Mira.

Ambar terlihat merapikan cara duduknya. Dan Ambar terlihat sangat serius, ketika Mira bercerita tentang Dion.

"Lalu? Sekarang kau dan Dion pacaran?" Tanya Ambar lagi.

Mira mengangguk, dengan raut yang bisa di lihat. Bahwa Mira menyesal karna telah jatuh cinta dengan seorang Pria beristri.

"Bagaimana ceritanya kalian sampi bisa Jadian?"

"Dia nembak aku, aku sempat berpikir. Bahwa aku tidak ingin pacaran dulu. Aalagi aku mau skripsi. Tapi perlakuannya itu yang membuat aku tidak bisa menolaknya. Ya! Aku terima."

Ambar menepuk dahinya, seraya mengadahkan wajahnya tinggi-tinggi,"ya ampun Mira!! Kenapa kamu tidak cari tahu dulu sebelum kamu nerima Dion?" Ucap Ambar.

"Itu dia yang membuat aku menyesal," jawab Mira dengan nada sendu.

"Ya.. kamu bego, gini ya. Itu semua keputasanmu, sekarang aku beri tahu. Istrinya Dion adalah temanku, tapi sudah hampir 3 tahun. Aku sudah tidak bertemu dengan Putri," ucap Ambar.

"Iya. Aku tahu, kalau aku ini bego tanpa kamu beri tahu. Sebenarnya, aku juga sudah berjumpa dengan Anaknya Dion. Tapi, kata Dion. Itu adalah anak dari kakaknya,"

Mira mencoba berbicara senetral mungkin ketika membahas tentang Dion. Namun di dalam sana hati Mira terasa di sayat-sayat. Ketika mengingat kembali kebohongan Dion kepada dirinya.

"Aku tidak bisa menyalahkanmu sih, karna Dion yang tidak terbuka padamu. Karna waktu Dion dan Putri menikah, aku juga hadir. Dan putri adalah wanita sanggul populer di Kotaku tinggal," ucap Ambar.

Degh!!

Dada Mira terasa seperti di beri perasan air jeruk, ketika sudah terluka. Kini Mira Harus mendengar kembali pernyataan sabahatnya tentang perbandingan antara Mira dan Istrinya Dion.