"Ceritakanlah kepada kami, Ananda?" pinta Raja Soga kepada Pangeran Hogan agar ia menceritakan tentang kejadian aneh dan ganjil yang menimpanya di Bukit Naga jikalau dirasa ada kaitannya dengan pesan Pertapa Sakti.
"Ayahanda, pernahkah Ayahanda mendengar kabar bintang jatuh saat Ananda menjalankan misi di Bukit Naga?" tanya Pangeran Hogan kepada Raja Soga.
"Ayahanda mendengarnya dari penjaga istana tentang fenomena bintang jatuh di langit," jawab Raja Soga membenarkan.
"Bintang jatuh yang tampak bukan hanya fenomena di langit melainkan benar-benar jatuh ke bumi, Ayahanda," terang Pangeran Hogan mengungkapkan fenomena yang pernah ia lihat secara langsung dari Bukit Naga.
"Benarkah?" tanya Raja Soga meminta pembenaran.
"Benar, Ayahanda! Ananda melihatnya sendiri," ujar Pangeran Hogan meyakinkan ucapannya.
"Bintang itu benar-benar jatuh di Gunung Kakotwa di selatan," jelas Pangeran Hogan.
Raja Soga dan Ratu Deyena menyimak dengan seksama. Pangeran Hogan melanjutkan ucapannya.
"Fenomena baru yang telah terjadi di Tanah Negeri Adogema," ujar Ratu Deyena mengernyitkan dahi.
Ia menjadi tertarik dengan penjelasan Pangeran Hogan.
"Bintang jatuh di Gunung Kakotwa?" ucap Raja Soga mengulang pernyataan itu.
Raja Soga dan Ratu Deyena terpacu untuk mencari tahu.
"Apa makna bintang jatuh bagi adat istiadat Negeri Adogema?" tanya Pangeran Hogan meminta penjelasan.
"Bintang jatuh adalah sebuah pertanda dari Langit akan adanya malapetaka ataupun kebaikan bagi seluruh penduduk tanah Negeri Adogema," ujar Raja Soga menjelaskan.
"Apakah bintang jatuh menimbulkan sesuatu dari kejauhan, Ananda?" tanya Ratu Deyena menyelidik.
"Tidak, Ibunda! Bintang jatuh hanya menimbulkan cahaya terang sesaat di langit selatan hingga Gunung Kakotwa yang tertutup gelap malam menjadi terang-benderang," jelas Pangeran Hogan sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya.
"Apakah ada pengaruhnya di Negeri Sondan, Ayahanda?" tanya Pangeran Hogan menyelidik.
"Tidak ada pengaruh apapun, Ananda," jawab Raja Soga karena merasa tak terjadi hal buruk di Negeri Sondan setelahnya.
"Kakanda Raja, bukankah Orang-orang memberitahu kita juga tentang Danau Dua Warna yang bercahaya di malam yang sama," ujar Ratu Deyena mengingat-ingat.
"Benar, Danau Dua Warna juga dikabarkan bercahaya di malam yang sama. Hanya saja Ayahanda tak melihat fenomena itu secara langsung karena penjaga istana tak mau membangunkan kami," ujar Raja Soga menjelaskan.
"Malam itu fenomena Danau Dua Warna yang tiba-tiba saja bercahaya terjadi setelah fenomena bintang jatuh di Bukit Kakotwa, Ayahanda dan Ibunda," ungkap Pangeran Hogan.
Raja Soga dan Ratu Deyena menatap Pangeran Hogan dengan serius. Keduanya kembali mengernyitkan dahi untuk kembali berpikir.
"Kedua fenomena yang aneh tak pernah terjadi sebelumnya dan keduanya terjadi secara tiba-tiba dan beruntun," ujar Raja Soga menyimpulkan rentetan fenomena yang diceritakan Pangeran Hogan.
"Aku merasa kedua fenomena itu memiliki hubungan yang erat. Kedua fenomena seperti memiliki makna tersendiri yang meminta kita berpikir keras untuk mengungkapnya," ujar Ratu Deyena kritis.
Ratu Deyena memang kritis dalam berpikir.
Raja Soga dan Pangeran Hogan melirik Ratu Deyena bersamaan. Keduanya memperhatikan ucapan kritis Ratu Deyena tentang kedua fenomena tersebut.
"Makna apa yang terkandung dari kedua fenomena tersebut menurut Adinda?" tanya Raja Soga kritis kepada Ratu Deyena.
"Aku tidak tahu, Kakanda," jawab Ratu Deyena yang memang belum bisa menemukan jawaban dalam pikirnya.
Pangeran Hogan mengingat kejadian selanjutnya dimana ia mendapatkan kekuatan super cahaya waktu keemasan yang hingga saat ini ia tidak tahu dari mana berasal. Pertapa Sakti juga tak memberitahukannya.
"Owai, dari mana asal kekuatan super cahaya waktu keemasan yang ada dalam diriku? Aku juga tak bertanya kepada Pertapa Sakti. Bodohnya aku!" pikirnya mengingat-ingat rentetan kejadian itu.
"Ananda Hogan?" tanya Raja Soga kepada Pangeran Hogan yang tengah asik sendiri.
"Ananda!" seru Ratu Deyena membuat Pangeran Hogan tersadar.
"Oh, Maafkan Ananda, Ayahanda dan Ibunda! Ananda terlalu asik berpikir sendiri," ujar Pangeran Hogan meminta maaf.
"Ada hal yang lebih fenomenal lagi dari kedua fenomena itu, Ayahanda dan Ibunda," ujar Pangeran Hogan melanjutkan penjelasan.
"Apa itu?" tanya keduanya penuh rasa ingin tahu.
"Kematian Pertapa Sakti yang tak wajar," ungkap Pangeran Hogan dengan wajah kecewa.
"Ceritakan kepada kami tentang kejadian itu, Ananda!" sergap Raja Soga buru-buru saking merasa ingin tahu.
"Pertapa Sakti terbunuh ketika kami sedang bertapa malam itu," ungkap Pangeran Hogan.
"Kami memutuskan bertapa setelah rentetan kejadian ganjil terjadi pada Ananda di goa tempat tinggal Pertapa Sakti agar kami terhindar dari serangan energi negatif,"
"Ananda bahkan masuk ke dalam mimpi aneh yang benar-benar nyata,"
"Dalam mimpi, Ananda bertemu dengan seorang gadis yang menangis pilu. Ia menunjuk banyak mayat yang bergelimpangan di hadapannya. Ia tiba-tiba berubah menjadi iblis dan menyerang. Ananda kira ia menyerang Ananda melainkan ia menyerang Pertapa Sakti yang juga hadir dalam mimpi. Gadis itu dengan ganas menusuk Perut Pertapa Sakti dengan kuku-kuku tangannya yang memanjang dan tajam seperti pisau dan merobek leher Pertapa Sakti dengan taringnya yang tajam. Ananda menjerit lalu berusaha menolong Pertapa Sakti lalu seketika Ananda menjadi terbangun dari mimpi dan menemukan Pertapa Sakti dalam keadaan sekarat dengan luka-luka yang sama dalam mimpi." Pangeran Hogan menjelaskan secara rinci tahapan kejadian yang menimpa Pertapa Sakti yang membuatnya mati.
Raja Soga dan Ratu Deyena terbelalak mendengarnya. Dari raut wajah, keduanya merasa ngeri mendengar pemaparan dari Pangeran Hogan.
"Apakah gadis itu Donela, Ananda?" tanya Ratu Deyena menyergap.
DEGGG!
Jantung Pangeran Hogan berdetak kencang tak teratur mendengar Ratu Deyena menyebut nama Donela. Sebenarnya, Pangeran Hogan berusaha menyembunyikan nama Donela dari cerita untuk menyelamatkan namanya dari sangkaan buruk Raja dan Ratu tetapi entah kenapa Ratu Deyena berpikir ke arah Donela juga.
Pangeran Hogan mengakui pola pikir hebat Ibundanya yang kritis. Hanya saja, apa yang harus ia katakan kepada keduanya? Bagaimana nasib Donela jika ia mengatakannya. Pangeran Hogan menjadi dilema. Wajahnya berkeringat.
"Apakah aku harus mengatakannya?"
"Apa yang harus aku lakukan?" pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dalam pikir Pangeran Hogan hingga membuatnya menjadi was-was. Ada rasa tak ingin memberi tahu tetapi yang bertanya adalah orang tuanya sendiri.
"Benarkah gadis yang membunuh Pertapa Sakti dalam mimpi Ananda adalah Donela?" tanya Raja Soga meminta jawaban kebenaran.
Pangeran Hogan menjadi semakin terdesak. Ia tak punya pilihan.
"Be – Benar, Ayahanda dan Ibunda! Gadis itu adalah Donela," ujar Pangeran Hogan jujur.
Ia memilih untuk berkata jujur apa adanya. Sesuatu yang lebih mulia untuk disampaikan menurut Pangeran Hogan.
Wajah Raja Soga dan Ratu Deyena seketika berubah. Keduanya tak merasa terkejut mendengarnya mungkin karena terbiasa dengan kabar terkait Donela. Hanya saja keduanya terlihat kecewa seolah menyayangkan kejadian yang terjadi entah itu menyayangkan kematian Pertapa Sakti ataukah menyayangkan kenapa Donela yang melakukannya.
Pangeran Hogan menjadi tak sabar ingin segera mendengar komentar kedua orang tuanya. Ia merasa khawatir keduanya akan marah besar kepada Donela.
"Donela Donela Donela! Lagi dan lagi!" seru Ratu Deyena kesal.
Raja kembali mengernyitkan dahi untuk berpikir kritis.
"Pertapa Sakti sebelum kematiannya memberi pesan bahwa iblis dan kutukannya telah datang. Benarkah begitu?" tanya Raja Soga kritis.
"Benar Ayahanda. Pesan itu sesuai dengan yang telah Ananda laporkan waktu itu di Pendopo Pemerintahan," jawab Pangeran Hogan mengiyakan dengan tegas.
"Setelah rentetan kejadian yang tadi itu, kematian di Negeri Sondan kerap terjadi bahkan telah merambah kepada penghuni istana," terang Raja Soga kritis.
"Benar, pesan Pertapa Sakti! Ia bermaksud memberi tahu kepada kita semua bahwa iblis dan kutukannya telah terlihat secara terang-benderang oleh akal sehat kita semua dan Iblis itu adalah Donela." Raja Soga kali ini memaparkan kesimpulan dengan kritis dan mengenai sasaran. Raja menyimpulkan makna-makna dari rentetan kejadian bintang jatuh hingga kematian Penasihat Yizab dan percobaan pembunuhan kepada Putri Yemitt. Dalam pikirnya, semua itu mengerucut ke makna yang sama yaitu Iblis Donela.
Ratu Deyena dan Pangeran Hogan menatap tajam Raja Soga. Keduanya setuju dengan kesimpulan yang diutarakan Raja Soga hanya saja Ratu Deyena menjadi semakin geram kepada Donela sedangkan Pangeran Hogan menjadi resah dan merasa bersalah kepada Donela.
"Apa yang harus kita lakukan, Kakanda?" tanya Ratu Deyena gusar dan geram.
"Aku akan segera menindaknya esok hari!" tegas Raja Soga.
Pangeran Hogan mencium adanya tindakan yang bisa merugikan Donela atas kebijakan ayahnya esok hari. Ia menjadi gusar penuh rasa khawatir. Ia berpikir untuk segera melakukan sesuatu untuk membela Donela.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Pangeran Hogan dalam pikirnya. Ia menjadi tidak fokus berpikir dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Keringat dingin bercucuran di wajahnya.
"Ampun, Ayahanda!" sergah Pangeran Hogan tiba-tiba dengan resah.
Raja Soga dan Ratu Deyena menoleh ke arah Pangeran Hogan dan menatapnya dengan mengernyitkan dahi penuh tanya.
****
Bersambung ....