Semua orang tampak panik melihat kondisi mobil Clarissa sampai hancur bagian depannya. Sebagian orang ada yang menghubungi Polisi dan juga mobil Ambulans yang terdekat. Dengan siaga, mobil Ambulans pun datang dengan sirine yang di bunyikan dan di iringi mobil Polisi. Satu persatu anggota Polisi mengecek kondisi mobil dan tubuh Clarissa yang terjepit bagian jok mobil. Sedangkan Bu Resty yang ada di belakang bersama Perawatnya, sampai keluar dari pintu mobil. Setelah pemeriksaan di tempat, Perawat Bu Resty di nyatakan telah meninggal dunia sedangkan Bu Resty dan Clarissa kritis. Dengan bantuan warga sekitar, akhirnya tubuh Clarissa terutama bagian kakinya, bisa di keluarkan juga dari mobil. Dengan segera petugas kesehatan membawa mereka semua ke Rumah Sakit terdekat dan jenazah Perawat Bu Resty juga di bawa ke sana untuk melakukan hasil otopsi. Sedangkan Polisi menyelidiki mobil Clarissa untuk mengetahui penyebab kecelakaan.
Sementara Danes, dia bangun dari tidur pura-puranya sambil menanti kabar dari seseorang yang menyatakan jika istrinya meninggal. Tak hanya itu, dia juga membayangkan jika sudah menjadi orang kaya. Akhirnya yang di tunggu-tunggu pun tiba. Ponselnya berdering dari nama istriku. Sebelum bersandiwara dengan mada sedih, sementara Danes mengucapkan perkataan selayaknya orang menelfon dan berpura-pura tidak tahu.
"Halo Clarissa, " ucap Danes untuk mengawali telfonnya.
"Halo Pak, ini saya yang menemukan ponsel milik istri Bapak. Istri Bapak sekarang sedang di larikan ke Rumah Sakit Bakti Utama. Saya tidak tau yang mana yang istri Bapak. Namun, mobil pemilik ponsel ini salah satu penumpangnya ada yang meninggal dunia, yang dua orang mengalami kritis. Saya hanya menemukan ponsel ini yang ada tulisan suamiku lalu ku hubungi, saya harap Bapak segera datang ke Rumah sakit, "
"Baik Pak, aku akan segera ke sana. Terimakasih! " balas Danes sambil menutup telfonnya.
"Yes! Akhirnya, aku adalah pemilik perusahaan Semesta Abadi. Pasti yang meninggal itu Clarissa. Otomatis duduknya pasti di depan. Uh! Aku memang pandai. Salah sendiri, jadi istri pelit. Tau sendiri kan akibatnya. Nah, sekarang tinggallah aku pasang muka sedih untuk melihat jenazah Clarissa, " gumam Danes sambil bersiap-siap menuju Rumah Sakit.
Danes segera memesan taksi online yang ada di ponselnya dan tidak butuh waktu yang lama, taksi pesanannya pun tiba. Dia segera masuk ke dalam mobil dan menyuruh sopir taksi untuk melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi.
"Jenazah Clarissa! Sabar ya, suamimu yang jahat ini pasti akan segera sampai, " gumam Danes di di dalam hati dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
Akhirnya mobil taksi yang di tumpanginya sampai di halaman Rumah Sakit. Danes segera turun dari mobil dengan langkah kaki yang dia percepat. Dia sudah tidak sabar ingin melihat kondisi istri dan Ibu mertuanya. Akhirnya dia sampai di IGD. Melihat ada salah satu petugas kesehatan yang sedang di teras IGD, dia pun segera menghampirinya.
"Maaf Pak, saya adalah keluarga korban kecelakaan yang menabrak sebuah warung. Bagaimana dengan kondisi korbannya? " tanya Danes yang sudah tidak sabar melihat jenazah yang di anggap Clarissa.
"Oh iya Pak, sekarang yang dua sedang di tangani oleh Dokter karena kondisinya kritis. Sedangkan korban yang satunya sudah di bawa ke kamar jenazah. Silahkan Bapak cek kembali jenazah korban. Mari saya antar, " balas lelaki yang sedang duduk di teras itu sambil beranjak dari tempat duduknya.
Sesampainya di kamar jenazah, rasa penasaran pun semakin menyergap hati Danes. Tangannya mulai membuka penutup wajah dan betapa kagetnya dirinya jika yang terbaring tak bernyawa adalah Perawat Ibu mertuanya.
"Hah! Mbak Mina?" sahut Danes dengan ucapan yang terkejut.
Seketika di dalam hati Danes berubah menjadi kesal karena tidak sesuai yang dia harapkan. Dia langsung ke luar dari ruangan dengan wajah yang di tekuk. Tak sampai di sini, dia pun terus mencari cara agar nyawa Clarissa dan Ibu mertuanya itu tidak selamat. Dia pun langsung pergi ke teras IGD lagi untuk menemui Dokter yang nantinya akan merawat Clarissa dan Ibu mertuanya.
Akhirnya, meski dalam waktu yang cukup lama menunggu, Dokter yang di maksud Danes pun ke luar ruangan. Dia pun segera menghampirinya.
"Dokter, bagaimana dengan kondisi korban? " tanya Danes yang penasaran.
"Kondisi Ibu dan istri Bapak saat ini masih kritis. Bapak harap bersabar ya, " balas Dokter yang menangani Clarissa dan Bu Resty.
"Dokter namanya siapa? Bolehkah kita berbicara sebentar? " tanya Danes lagi.
Dokter itu pun hanya mengangguk dan langsung duduk di teras IGD. Dengan memandang wajah Dokter yang tadi di panggilnya, Danes bingung mau mengucapkan kata-kata pertamanya untuk mengawali perbincangannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menanyakan nama Dokter muda itu.
"Em, kalau boleh tau siapa nama Pak Dokter? " tanya Danes hanya untuk sekedar basa-basi.
"Panggil saja Pak Edward. Apa ada yang bisa saya bantu, Pak? " balas Dokter Edward yang bertanya balik kepada Danes.
"Ada Pak, tapi Bapak harus merahasiakan niatku ini ya, tolong lakukan perawatan yang terburuk kepada kedua wanita yang sedang Bapak tangani. Kalau bisa, bunuh secara perlahan saja, " sahut Danes dengan nada yang penuh kesal.
Kedua bola mata Dokter Edward seketika membulat karena terkejut mendengar ucapan lelaki yang ada di depannya.
"Tidak bisa Pak, saya tidak bisa melakukan itu. Jelas itu bisa merusak citra kami sebagai Dokter. Maaf sekali lagi, " Dokter Edward berkata sambil memalingkan muka dari wajah Danes.
"Ya sudah, jika Bapak tidak mau, saya akan masuk ke ruangan itu sendiri dan melakukan aksi sesukaku tanpa sepengetahuan Bapak. Permisi Bapak Edward, " balas Danes sambil beranjak dari tempat duduknya.
Dokter Edward yang tengah duduk memikirkan cara agar bisa menyelamatkan kedua wanita yang telah di tangani, akhirnya memutuskan untuk berpura-pura menuruti perkataan Danes.
"Bapak! Tunggu dulu! Aku mau menerima tawaran Bapak. Silahkan Bapak balik ke sini untuk melakukan rencana selanjutnya. Kita bisa bicarakan baik-baik alasannya kenapa Bapak bisa berbuat nekad seperti itu? " tanya Dokter Edward yang penasaran.
Dengan membalikkan dan kembali duduk di samping Dokter Edward, Danes pun menceritakan semuanya dari awal hingga akhir alasannya kenapa. Sedangkan yang ada di dalam hati Dokter Edward sangat bertentangan dengan ucapan yang di lontarkan kepada Danes. Justru Dokter Edward merasa kasihan kepada Clarissa karena di sini dia adalah korban. Setelah Danes memastikan jika Dokter Edward menyetujui rencananya, akhirnya Danes memutuskan untuk pulang.
"Oh, jadi nama wanita itu Clarissa. Saya pastikan kamu dan Ibumu akan selamat Clarissa. Semampuku, akan ku usahakan agar dirimu kembali seperti sedia kala dan kamu harus mengetahui betapa kejamnya suamimu, " gumam Dokter Edward sambil beranjak dari tempat duduknya dan kembali masuk ke ruangan IGD.