Ucapan dari mulut Danes, membuat Intan ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai seputar pernikahannya dengan Clarissa. Sebelumnya Intan membaca pesan dari Clarissa untuk selalu menyalakan rekaman suara dan menyarankan kepada Intan, supaya ponsel miliknya di taruh di atas pangkuannya agar nanti dia bisa ikut mendengar perkataan Danes.
"Bapak Danes, sebelum saya bekerja di sini. Bolehkah saya mengenal Bapak lebih jauh? " tanya Intan yang masih menggunakan nada menggodanya.
"Tentu, tentu saja boleh. Ayo ayo silahkan bicara! " sahut Danes dengan bersemangat.
Sementara Intan yang melirik Danes seketika bergumam.
"Uh! Semangatnya kayak dapat berlian. Bener-bener ini lelaki buaya buntung! Bikin kesel aja. Kenapa bisa Clarissa kepincut dengan lelaki model begini! Jangan-jangan, orang ini punya pelet lagi, " gumam Intan di dalam hati.
Setelah bergumam sedikit, Intan pun memberikan beberapa pertanyaan yang sudah di rancang dari tadi.
"Maksud Bapak, istrinya meninggal karena apa ya? Kalau boleh tau. Wah! Bapak duda dong, " Intan memberi pertanyaan kepada Danes sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Jangan panggil aku Bapak. Panggil saja aku Mas, ya begitulah. Namanya takdir, jodoh, maut tidak ada yang tau. Seperti saat ini. Aku bisa bertemu dengan wanita secantik dirimu, Intan!" balas Danes sambil mencubit pipi Intan dengan pelan.
Seketika Intan membelalakkan matanya karena terkejut mendapat sentuhan tak terduga yang mendarat pada kulit halusnya. Dia tidak menyangka jika Danes akan berani mencubit pipinya tanpa sepengetahuan darinya. Di dalam hatinya pun tidak terima dan akhirnya dia sengaja menginjak kaki Danes dengan sepatu high heelsnya. Seketika Danes mengernyit kesakitan.
"Aduh! Kakiku, sakit! " teriak Danes sambil memegangi kakinya.
Intan pun berpura-pura perhatian pada Danes agar dia segera masuk ke dalam perangkapnya. Dia segera mengelus kaki Danes dengan penuh kelembutan. Ketika tangan Intan mengelus kakinya, Danes selalu menatap wajah Intan sambil mengatakan sesuatu.
"Intan, kamu begitu cantik dan baik hati. Aku juga seorang duda. Bisakah hubungan kita lebih dari seorang bos dan Sekretaris? " tanya Danes dengan perkataan mautnya yang lagi-lagi tergoda dengan wanita hanya dalam hitungan menit.
Mendengar ucapan Danes, hati Intan ada rasa kesal. Bahkan sangat kesal pada lelaki yang sedang di elus kakinya. Namun semua itu dia tahan karena misinya baru saja di jalankan yang pertama sambil menunggu Clarissa sehat kembali dan nantinya pasti lebih seru untuk membalas semua perbuatan Danes yang sangat kejam bahkan lebih dari tega. Dari gumamnya dari dalam hati dan berusaha untuk menahan emosi,akhirnya Intan mengeluarkan suaranya juga dan menuruti perkataan Danes untuk memulai rencananya.
"Bapak Danes, eh maaf. Mas Danes, saya turut prihatin atas apa yang Anda alami. Pasti Mas Danes sedih sekali kehilangan istri tercintanya. Saya masih gadis belum pernah menikah kok, sebenarnya aku anak pengusaha juga. Namun,aku ingin merasakan kerja pada perusahaan lain," ucap Intan dengan sandiwaranya.
Mendengar ucapan Intan, sepasang mata Danes menjadi berbinar. Karena dia merasa beruntung, mengenal Intan yang kaya raya dan juga seksi sesuai dengan kriterianya. Saat ini kamera perekam Intan masih menyala. Hanya saja, dia menaruh ponselnya di saku jasnya. Dia berharap, semua ucapan Danes akan terdengar dengan jelas ketika di putar. Di sela-sela perbincangannya dengan Danes, di dalam hati Intan pun bergumam.
"Akhirnya, tergoda juga kamu ya, baru saja berkenalan dan lagi tahap pemanasan. Kamu sudah seperti ini, apalagi nanti jika aku dan Clarissa bertindak, kamu pasti bertambah tak berdaya, " ucap Intan di dalam hatinya.
Dalam perbincangannya, Intan mengajak Danes untuk makan siang bersama karena waktu sudah memasuki jam makan siang.Tanpa pikir panjang, Danes menerima tawaran Intan dan langsung menggandeng tangannya meski di dalam hati Intan merasa risih, namun dia berusaha untuk tetap tenang. Karena tidak ingin menunggu waktu lama untuk mengerjai , Intan pun mengajak Danes makan siang di kantin kantor. Danes pun hanya mengangguk.
Yang ada di dalam pikiran Intan hanyalah, ternyata sangat mudah memikat Danes yang ternyata sudah di mabuk asmara dengannya. Sesampainya di kantin, Intan lah yang akan memesankan makanan dan minuman yang langsung dia datangi ke dapur kantin. Sedangkan dia sebelumnya menyuruh Danes untuk menunggunya di meja nomor empat. Dari awal rencana dengan Clarissa di Rumah Sakit, Intan sudah menyiapkan obat pencahar yang nantinya akan dia taburkan pada minuman Danes. Karena itu juga salah satu saran dari Clarissa. Dia sengaja memilih minuman yang berbeda agar mengetahui perbedaan mana yang di beri obat pencahar, mana yang tidak ada. Dengan sedikit senyuman di sudut bibir, Intan menghampiri Danes yang sudah menunggunya dari tadi.
"Eh Intan, kamu kok lama sekali tadi. Habis dari mana sih? Aku kangen tau, " ucap Danes dengan ucapan perkataan gombalnya.
Benar-benar di dalam hati Intan rasanya ingin memberontak karena terlalu sering mendengar kata-kata gombal dari Danes. Dia sengaja menyimpan semuanya di dalam hati dan dia berniat mengeluarkan unek-uneknya ketika nanti sudah bertemu dengan Clarissa. Sekarang dia harus benar-benar bersandiwara lagi.
"Tadi aku ke toilet Mas,untuk membenahi make up. Aku merasa tidak percaya diri saja jika berhadapan dengan lelaki seganteng kamu. Masak mau berhadapan dengan lelaki setampan kamu, wajahku kurang menarik. Yang ada kamu malah risih lagi sama aku, " Intan berkata dengan alasan yang tidak sesuai dengan fakta.
"Ah! Kamu bisa aja Intan. Aku pasti akan tetap tertarik padamu kok, kamu itu tipe ku banget. Benar-benar wanita yang masuk dalam kriteriaku lah intinya. Sempurna! " balas Danes dengan ucapan menggodanya.
Sedangkan Intan hanya berpura-pura menatap wajah Danes dengan tatapan yang penuh goda dan manja. Tak berselang lama, minuman pesanan Intan pun datang. Dengan bertindak cepat, Intan mengambil gelas yang ada di nampan. Karena sebelumnya tangan Danes akan meraih gelas itu. Dengan bersikap lemah lembut, Intan menyodorkan gelas berisi jus jeruk di depan Danes. Di dalam hati Intan sudah tidak sabar menanti musuhnya tumbang. Dengan segera, dia pun langsung mengajak Danes untuk menyantap hidangan makan siang.
Intan selalu mengamati cara makan dan minum Danes seperti orang tidak makan tiga hari. Dia bahkan menghabiskan sepiring nasi gorengnya dalam hitungan menit saja. Dia juga menatap heran pada cara minumnya Danes bagaikan orang yang habis lari maraton. Satu gelas penuh jus jeruk dia habiskan seketika. Padahal, Intan baru menyendok nasinya empat kali sendokan. Itupun, menurutnya sudah dia percepat. Tak hanya itu ketika Intan akan memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya, tiba-tiba terdengar suara nyaring dari mulut Danes.
"Groakk!" bunyi suara sendawa yang keluar dari mulut Danes dengan terbuka lebar mulutnya.
Seketika Intan meletakkan kembali satu sendok nasi yang akan dia masukkan ke dalam mulutnya. Perutnya menjadi mual dan selera makan pun hilang seketika karena memang , Danes sendawa tepat di hadapannya. Sehingga aroma makanan dari dalam perut Danes, pun langsung menusuk hidungnya.
"Idih! Ini makhluk apaan sih! Benar-benar membuat orang mual saja. Mana bau lagi, mulutnya!" gumam Intan di dalam hati yang penuh kekesalan.
Sekarang, tinggallah Intan menunggu reaksi obat pencahar itu di perut Danes.