Intan masih saja menunggu obat pencahar tadi bereaksi. Dia juga tidak jadi melanjutkan makannya karena sudah hilang selera. Danes yang melihat makanan Intan masih banyak, dia pun mengeluarkan kata-kata gombalnya lagi kepada Intan.
"Intan sayang, kenapa makanannya tidak kamu habiskan? Katanya tadi lapar? " tanya Danes dengan ucapan mesranya.
"Hah! Sayang? Hoek!" gerutu Intan di dalam hati.
Setelah berucap sebentar di dalam hatinya, dengan menarik nafas terlebih dahulu untuk menghilangkan emosinya, Intan menjawab dengan nada santai.
"Iya, gak tau kenapa aku berubah menjadi kenyang. Mas Danes, kan sudah selesai makan. Kita balik ke ruangan Mas saja ya, " ucap Intan dengan beralasan hanya karena dia tidak ingin berlama-lama di hadapan Danes.
Tetapi Danes menolak ajakan Intan hanya karena melihat makanan Intan masih banyak begitu juga dengan jus jambunya, hampir penuh malah. Langsung saja dia meminta izin kepada Intan untuk memakan makanannya yang tidak habis.
"Intan, makanan yang sudah di beli, harus di habiskan. Gak baik kan, mubazirin makanan. Sini! Biar aku yang makan nasi goreng dan minumanmu! " sahut Danes sambil menarik piring dan gelas yang ada di hadapan Intan.
Seketika Intan tercengang melihat Danes yang begitu rakus. Dia juga bersiap-siap mundur dari kursinya, jika nanti mendapat semburan gas yang terpendam dari dalam perutnya itu yang bisa membuat perutnya mual. Melihat cara makannya Danes saja, sudah membuat geli Intan.
"Ini orang perutnya terbuat dari apa sih! Bisa-bisanya, makanan dan minumanku juga amblas di habiskan olehnya. Kenapa obatnya lama amat sih, reaksinya. Padahal udah ku tunggu adegan sakit perutnya dari tadi," gumam Intan di dalam hati.
Nasi goreng milik Intan pun sudah habis tak tersisa begitu juga dengan jus jambu milik Intan, yang sudah di lahap habis oleh Danes. Sedangkan Intan berjaga-jaga terus jika nanti dia akan sendawa secara tiba-tiba. Tetapi, dalam hitungan seperempat jam belum juga Danes bersendawa, Intan pun merasa aman dan menganggap Danes tidak akan bersendawa lagi. Dia segera mengajak Danes untuk pergi ke ruangan kerjanya lagi. Karena memang sudah memasuki jam kerja. Seperti saat berjalan menuju ke kantin tadi, Danes menggandeng tangan Intan saat berjalan, saat menuju ke ruangan kerjanya lagi, dia pun kembali menggandeng tangan Intan lagi. Meski di hati Intan tidak ada kerelaan sedikit pun tangannya di sentuh oleh Danes.
Ketika sedang asyik berjalan santai sambil menggandeng tangan Intan, dan tidak ada rasa sungkannya pada Intan, Danes mengeluarkan sendawa yang panjang lagi.
"Groaakk" bunyi suara sendawa Danes yang lebih panjang dan keras dari pada tadi.
Sepasang mata Intan terbelalak mendengar suara yang menggelegar itu. Hatinya sangat kesal karena ketika tadi dia mempersiapkan diri, Danes tidak mengeluarkan suara nyaringnya. Ketika dia sedang tidak memikirkan apa-apa dan tidak ada persiapan menjauh dari tubuhnya, malah sendawa dengan suara yang lebih keras lagi. Tetapi, saat sedang memasuki lorong kantor, tiba-tiba tangannya di ayunkan oleh Danes sambil memegang perutnya.
"Intan! Perutku tiba-tiba sakit. Aduh! Sebentar ya, aku mau ke toilet dulu! " ucap Danes sambil melepas genggamannya dari tangan Intan.
Melihat Danes berlari, seketika Intan bernafas lega karena berhasil menjalankan rencana dari Clarissa. Dia pun sangat lega karena sudah tidak di pegang-pegang lagi oleh Danes. Sambil menunggu Danes dari toilet, Intan menelfon Clarissa dan akan menceritakan semuanya setelah pulang dari kantornya. Tak lama, akhirnya Danes keluar dari toilet dengan wajah yang lesu. Melihat wajah Danes yang pucat, Intan hanya tertawa karena semua yang di rasakan oleh Clarissa lebih sakit dari yang dia rasakan. Dengan langkah yang lambat, Danes menghampiri Intan yang duduk di kursi.
"Intan, perutku terasa sakit, mulas sekali. Ini saja rasanya ingin pergi ke toilet lagi aku, " ucap Danes dengan suara lirih.
"Ya sudah Mas, lebih baik periksa saja. Dari pada kesakitan begini, " balas Intan dengan lembut.
"Tapi, antar kamu ya, periksanya. Aku tidak kuat mengemudi mobil sendiri, " rengek Danes pada Intan sambil memegangi perutnya.
Intan yang dari tadi sudah bersepakatan dengan Clarissa lewat telfon , jika dia akan di telfon dan Clarissa juga akan berpura-pura menjadi saudaranya yang sangat mendadak meminta bantuannya, dengan segera jari Intan memberi kode kepada Intan dengan mengirim satu pesan tanda titik karena memang kondisinya tidak memungkinkan menulis kalimat yang panjang. Sedangkan Danes terus merengek bak anak kecil yang sedang sakit. Akhirnya yang di tunggu-tunggu Intan pun tiba. Kini ponselnya berdering dan dia segera mengangkat dengan menekan tombol loudspeaker.
"Halo Bibi, bisakah Bibi datang ke rumah ku sekarang? Aku butuh pertolongan Bibi sekarang juga, " ucap Clarissa di sebrang telfon.
"Ya ya, tunggu sebentar. Pasti aku akan sampai ke sana secepat mungkin, tunggu sebentar! " balas Intan dengan cepat yang kemudian menutup telfonnya.
Sedangkan Danes masih saja memegang perutnya karena katanya sangat mulas.
"Ayo Intan, kita pergi sekarang, ini perutku sangat mulas. Aku ingin menahan tetapi tidak bisa, " sahut Danes dengan suara yang semakin lirih.
"Maaf Mas, kamu tadi mendengar sendiri kan, jika aku dapat telfon. Itu juga sangat penting, karena menyangkut nyawa. Maaf ya, aku minta izin untuk bekerja setengah hari. Semoga perutmu cepat sembuh! " balas Intan sambil beranjak meninggalkan Danes.
Kini Intan langsung pergi ke tempat agak jauh dari posisi berdiri Danes yang masih memegang perutnya sambil bersandar. Dengan tertawa lepas Intan melihat adegan yang di tunggu-tunggu ini. Rasanya puas ketika melihat Danes kesakitan bahkan tak ada yang menolongnya.
Mengingat perutnya masih kosong, Intan berniat untuk membeli cemilan dan akan di bawanya duduk di kursi yang panjang di teras kantor. Di sini lah dia akan memantau Danes sambil menikmati makanan dan minuman yang akan dia nikmati sambil menghitung Danes bolak-balik ke toilet.
"Astaga! Itu lucu sekali, sudah lima kali aku hitung dia ke toilet. Rasakan! Orang jahat ya begitu, gak ada yang nolong, karyawanmu saja ogah menolongmu, " ucap Intan sambil mengunyah makanannya.
Sementara Danes yang kekurangan cairan, akhirnya dia pingsan di kursi teras kantor itu. Seketika intan kaget karena Danes tiba-tiba pingsan. Dia berdiri berniat ingin menghampiri Danes. Namun langkahnya terhenti ketika ada seorang lelaki yang memanggilnya.