Clarissa panik melihat tangan yang sudah memegang pintu IGD dan akhirnya dia mengetahui siapa yang ada di balik pintu itu. Yang ternyata adalah Dokter Edward. Hatinya pun lega karena bukan Danes yang masuk ke ruangannya lagi. Melihat Clarissa yang berwajah panik, Dokter Edward pun tersenyum dan mendekat di samping tubuh Clarissa.
"Clarissa! Kamu kira aku Danes ya? Sini, ku bantu kamu untuk berbaring, "ucap Dokter Edward sambil memegang bahu Clarissa.
Clarissa pun mendengus kasar ketika yang datang bukanlah Danes. Namun, dia menolak tawaran Dokter Edward dan dia ingin duduk dulu.
" Saya akan tetap panggil Anda Dokter, sebagaimana jabatanmu, Dokter Edward. Aku ingin duduk dulu karena berbaring terus juga membuat punggungku terasa capek. Em, menurutku, lebih baik aku pindah ruangan saja Dokter. Soalnya jika aku di sini, Danes bisa jadi menyakiti Ibu. Jika aku pindah ruangan, pasti dia akan mencariku, "pinta Clarissa pada Dokter Edward.
" Baik Clarissa. Saat ini juga akan ku pindahkan dirimu dan Ibumu, saya pastikan tidak akan ada yang bisa mengganggu tidur panjangnya. Saya berharap Ibumu segers sadar, "balas Dokter Edward.
Dan akhirnya, saat ini juga Clarissa di pindahkan ke ruangan VIP untuk di rawat secara intensif dan di ruangan itu juga di sediakan fasilitas khusus dan lengkap. Sekarang dia merasa nyaman dan lebih jernih untuk memikirkan ide bagaimana untuk membalas secara perlahan.
"Dokter Edward, jika nanti Danes datang, bilang saja kalau aku di pindah ke Rumah Sakit oleh saudaraku, " ucap Clarissa kepada Dokter Edward sebelum dia meninggalkan ruangannya.
Dokter Edward pun tidak menjawab ucapan Clarissa namun hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum. Karena dia tahu, pasti Clarissa akan memulai rencana pembalasannya.
Sekarang, Clarissa benar-benar sendirian di ruang rawat inapnya. Kini jari jemarinya mulai mengotak atik ponsel untuk menghubungi Intan. Intan adalah teman kuliahnya dulu sampai sekarang. Namun pekerjaan Intan berada di luar kota.
"Halo Intan," ucap Clarissa untuk mengawali pembicaraannya dengan Intan.
Clarissa berbincang dengan Intan lewat telfon cukup lama. Dia berencana untuk meminta bantuan Intan dalam rencana awal pembalasan. Karena dia tahu jika posisi Intan sekarang sedang berada di rumah dan memutuskan memundurkan diri dari pekerjaannya yang ada di luar kota itu. Di sebrang telfon sana, Intan pun merasa terkejut atas apa yang di alami sahabatnya itu. Tak berselang lama, perbincangan lewat telfon pun berakhir karena Intan, lebih memilih untuk datang menjenguknya di Rumah Sakit dari pada berbicara lewat telfon yang terkadang suara Clarissa terputus-putus karena gangguan sinyal.Mendengar ucapan Intan yang akan datang ke sini, Clarissa pun senang karena merasa tidak sendirian.
Hanya butuh waktu dua jam, Clarissa menunggu kedatangan Intan. Sebelumnya Clarissa mengirimkan letak ruangan yang dia tempati. Dengan senyuman yang mengembang di bibirnya, Clarissa pun lega setelah melihat Intan membuka pintu.
"Astaga, Clarissa! Kamu kok bisa seperti ini sih, aduh! Aku jadi tidak tega sama kamu, " ucap Intan sambil memegang tubuh Clarissa.
"Biasalah Ntan, ini buah hasil kecerobohanku. Tapi aku sudah tau kok, siapa yang berada di balik semua ini, " balas Clarissa dengan bibir di miringkan.
"Hah! Serius? Siapa-siapa! Coba tunjukkan padaku. Aku akan membalas perbuatannya! Siapapun itu yang menyakitimu! " sahut Intan dengan nada yang bersemangat.
"Danes, suamiku. Ya, suami yang baru saja menikahiku genap satu minggu hari ini. Awalnya dia baik, tapi ini semua juga salahku. Kamu tau nggak? Aku menikah hanya jarak tiga hari dalam perkenalan. Seharusnya saya curiga dari awal, alasannya kenapa kok bisa langsung cinta sama aku, padahal baru saja bertemu dengan ku malam itu juga saat di Klinik. Tau-taunya cuma cinta hartaku.Begitulah ceritanya. Panjang banget pokoknya. Kebetulan, kamu datang ke sini Ntan, aku ingin kamu ikut membantuku membalas semua perbuatannya secara perlahan, "ucap Clarissa sambil memikirkan ide balas dendamnya.
" Bagus! Clarissa, aku akan siap membantumu kapan pun kamu mau. Astaga! Suami kok tega mau bunuh istri, hanya karena harta? Sungguh terlalu! Kamu sebutkan saja apa rencana yang akan kamu balaskan untuk Danes. Semampuku aku akan membantumu! "balas Intan dengan semangat.
" Kamu wanita cantik, pintar dan juga kaya Intan. Pasti, Danes akan suka jika melihatmu. Kamu harus menarik perhatiannya. Nanti aku jelaskan padamu. Maaf ya, kamu jadi ikut dalam permainan balas dendamku ini, "balas Clarissa dengan tatapan yang sedih.
Seketika Intan langsung memeluk Clarissa di iringi perkataan yang menenangkan. Mendengar perkataan Intan pun hati Clarissa merasa tenang. Kemudian Clarissa menjelaskan apa yang akan di jalankan oleh sahabatnya itu. Dia menyuruh Intan untuk menarik perhatian Danes dengan menjadi kekasih gelapnya. Karena nanti Clarissa sementara akan tetap menjadi istrinya sampai batas waktu yang belum pasti. Dia juga menyuruh Intan mengambil kembali hartanya yang telah di alihkan menjadi hak milik Danes. Karena saat di Rumah Sakit, saat dia berpura-pura belum sadar, Danes juga mengucapkan perkataan pengalihan harta karena dia adalah keluarga satu-satunya yang di pasrahi perusahaan. Dalam pikiran Clarissa, pasti petugas yang berwenang akan percaya pada ucapan Danes, karena dia adalah suaminya.
Setelah Intan mengangguk paham dengan apa yang di ucapkan Clarissa, dia pun akan berjanji mengembalikan harta Clarissa dan berjanji akan memberitahu jika apapun yang di ucapkan Danes.
Tetapi, di dalam pikiran Clarissa muncul ide yang lain. Dia lebih memilih akan mengetahui percakapan Intan dengan Danes lewat ponsel. Akhirnya, dia menawarkan ide barunya pada Intan.
"Intan, bagaimana jika aku langsung memantau percakapan kalian lewat sadap pesan di aplikasi ini, " ucap Clarissa sambil memperlihatkan kepada Intan aplikasi yang di maksud.
"Sip deh, nanti masukkan kode dari ku ya, kamu pintar juga ya Clarissa. Dengan pantauan kamu lewat sadap pesan, pasti nanti kamu mengetahui semua yang di ucapkannya padaku tapi, jika dia memintaku untuk bertemu, pasti akan ku beri tahu dirimu, " balas Intan dengan mengacungkan jempol.
Keduanya sama-sama tertawa lepas. Bahkan, semenjak kehadiran Intan, Clarissa sudah tidak lagi merasa kesepian. Bahkan Intan menawarkan dirinya untuk bermalam di ruangannya. Ketika mereka sedang asyik bergurau, dia tidak menyadari akan kehadiran Dokter Edward. Karena memang pintu ruangan VIP tidak menimbulkan suara seperti yang ada di IGD.
"Ehem, sudah yang bercanda? " tanya Dokter Edward dengan sedikit berdehem.
Seketika Clarissa dan Intan pun menoleh ke arah Dokter Edward. Namun, Clarissa menenangkan hati Intan sekaligus mengenalkan kepadanya jika Dokter Edward adalah Dokter yang baik dan yang menyelamatkannya dari kekejaman pikiran licik suaminya.
"Silahkan Dokter ganteng, jika mau memeriksa Clarissa, " ucap Intan dengan sedikit menggoda.
"Apa? Dokter ganteng? " balas Dokter Edward dengan cepat.
"Tidak, maksudku Dokter Edward. Ah! Dokter ini tadi salah pendengaran. Ya sudah, silahkan di periksa dulu Nona Clarissanya. Jangan sampai di elus-elus terus ya, nanti aku cemburu, " balas Intan yang masih saja menggoda.
Sementara wajah Clarissa berubah menjadi kesal pada sahabatnya itu yang suka bercanda sampai kelewat batas. Kadang pada orang yang belum di kenal pun dia sama saja berani. Sedangkan Dokter Edward hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Saat Clarissa sedang di periksa, suasana berubah menjadi hening. Di sisi lain, Intan merasakan perutnya seperti sedang masuk angin karena perjalanan tadi yang cukup lama. Dia mencoba menahan buang angin. Tetapi, usahanya menahan buang angin gagal dan justru membuat perutnya bertambah sakit. Akhirnya, dia mengeluarkan gas yang ada di dalam perutnya dengan pelan-pelan.
"Dut dut dut dut duuut! " bunyi suara gas dari dalam perut Clarissa yang ternyata bersuara nyaring.
Seketika Clarissa dan Dokter Edward menoleh ke arahnya.