Chereads / Reinkarnasi-Takdir / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

Puteri Merapi menjeritkan kemarahan teramat sangat. Pemuda itu lagi-lagi menghalangi tujuannya. Tanpa berkata apa-apa lagi wanita sakti yang diselimuti amarah itu menghantam Raja dengan pukulan terkuatnya.

Raja yang juga dalam kondisi marah tidak mau lagi bertindak setengah-setengah, pemuda ini menyambut pukulan Puteri Merapi dengan mengerahkan tenaga. Hawa amarah yang ada di hatinya mendorong aliran tenaga dari Cincin Umpak Merapi merasuk dalam hawa pukulan yang sepanas kawah gunung berapi.

Ledakan besar di hutan yang sepi itu mengejutkan burung-burung dan kawanan monyet yang langsung saja berhamburan ketakutan. Raja terhuyung gontai ke belakang beberapa langkah. Sedangkan Puteri Merapi melayang jauh ke belakang seperti layangan putus. Berguling-guling dalam kondisi terluka parah dan pingsan. Tubuhnya tidak berhenti berguling karena di belakangnya memang lereng yang menurun. Puteri Merapi terhempas beberapa kali di tanah dan bebatuan sebelum akhirnya terjun bebas ke ngarai yang dibawahnya mengalir Sungai Cipamali.

Raja menoleh kepada Citra lalu buru-buru menangkap tubuhnya yang ikut juga menggelosoh pingsan. Gadis ini mengalami tekanan batin yang hebat akibat gelombang kemarahan kepada Puteri Merapi, ketakutan karena hendak dibawa ke Istana Majapahit, dan bahagia karena Raja menyelamatkannya.

Pemuda itu membaringkan Citra di bawah pohon besar kemudian mencari air dari rotan dan akar yang banyak terdapat di hutan. Lalu mengucurkannya ke bibir Citra yang kering. Sepertinya gadis ini juga mengalami dehidrasi, pikir Raja. Tak lama kemudian Citra mengeluh pendek dan siuman.

"Kita di mana Raja?" Citra mencoba tersenyum manis tapi tak mampu sehingga terlihat kecut. Raja tersenyum geli.

"Entah ini di mana. Dugaanku kita berada di wilayah Majapahit karena tadi aku sempat menyeberangi Sungai Cipamali."

"Kita harus menyeberang lagi Raja. Di sini terlalu berbahaya."

"Baiklah. Tapi tunggu sampai tenagamu pulih ya? Aku sedang tidak punya kekuatan untuk menggendongmu." Raja nyengir. Ucapannya antara serius dan bercanda. Dia memang sangat kelelahan. Pertarungan melawan orang-orang sakti itu menguras tenaganya habis-habisan. Lukanya juga belum sembuh total. Meskipun kalau hanya untuk menggendong Citra saja dia bisa dengan mudah melakukannya.

Citra mengangguk. Tidak sadar kalau sedang dikerjai Raja. Dia letih sekali. Rasanya ingin tidur seharian di bawah pohon rindang ini. Gadis ini termenung. Panglima Narendra ternyata mengirimkan banyak orang untuk mencarinya. Dia hanya harus bertahan selama 1,5 bulan saja sehingga rencana seserahan tidak bisa dilaksanakan dan peristiwa Bubat batal dengan sendirinya. Tapi, apakah akan ada akibat lainnya? Jangan-jangan malah lebih besar dari malapetaka Bubat?

Lamunannya terbawa ke dalam mimpi. Citra jatuh tertidur. Raja membiarkan gadis itu tidur. Dia sendiri bersila dan memejamkan mata. Mencoba beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan panjang yang menunggu mereka di depan.

Citra benar-benar tertidur lelap seharian. Esok paginya baru gadis ini terbangun dengan tubuh yang terasa segar. Saatnya melanjutkan hidup yang lebih berarti!

Citra mencari dengan matanya di mana Raja. Dilihatnya pemuda itu masih tidur dalam keadaan duduk bersila. Hmm, kasihan. Pasti dia lelah sekali. Terakhir dia hanya sempat menyaksikan pemuda ini dikeroyok oleh demikian banyak orang sakti. Citra tidak tahu bahwa Raja terluka cukup parah. Beruntunglah Raja karena punya dua wadag yang aneh. Satu manusia dan satu lagi harimau. Di wadag harimau lah Raja tidak merasakan sakit dan bisa menyembuhkan lukanya dalam waktu singkat.

"Kita berangkat Citra? Aku lapar sekali. Barangkali di tempat penyeberangan ada warung nasi." Raja berkata dengan mata masih terpejam.

Citra mengiyakan. Perutnya juga sangat lapar. Rasanya dia bisa menghabiskan satu bakul nasi sendirian dalam kondisi sekarang ini. Apalagi jika dilengkapi dengan ikan asin dan sambal pedas. Citra semakin keroncongan perutnya akibat membayangkan. Citra nyaris menjerit karena tiba-tiba rambutnya berkibar-kibar ditiup angin kencang. Tubuhnya telah dibopong oleh Raja dan dibawa berlari kencang.

Mereka sampai di tempat penyeberangan. Menemukan orang tua tukang perahu itu terkantuk-kantuk di perahunya menunggu penumpang. Raja tersenyum geli, orang tua ini memang pengantuk ternyata.

Perahu itu melaju pelan sambil sedikit mengikuti arus. Orang tua itu senang bukan main bisa mengantar pemuda royal itu lagi. Membayangkan penghasilan selama 3 bulan untuk sekali antar ke seberang. Mereka sampai dan perahu ditambat. Citra mengangsurkan koin emas besar yang membuat orang tua tukang perahu itu nyaris pingsan. Ini adalah penghasilannya selama beberapa tahun. Orang tua itu meneteskan airmata saking senangnya. Citra hanya tersenyum sambil menggandeng Raja mencari warung yang dimaksud.

Warung memang ada dan merupakan warung satu-satunya di tempat penyeberangan. Citra dan Raja seperti orang kalap memesan banyak makanan. Jenis makanannya persis seperti yang dibayangkan oleh Citra. Nasi panas, ikan asin dan sambal pedas.

Setelah kenyang, kembali Citra membuat tukang warung juga nyaris pingsan. Koin emas yang dibayarkan gadis itu bisa buat modal warung selama beberapa tahun.

Raja dan Citra memutuskan untuk kembali ke arah ibukota dan Ujung Kulon dengan melakukan penyamaran lagi. Tukang warung dan tukang perahu dengan senang hati memberikan pakaian ganti untuk muda mudi yang baik hati itu.

Citra berubah menjadi wanita yang biasa berjualan nasi, sedangkan Raja adalah seorang tukang perahu dengan caping butut di atas kepalanya. Mereka berencana untuk mampir di pasar pertama yang dilewati untuk berbelanja gulungan kain.

Pasar itu berada di kota kecil pertama setelah perbatasan Cipamali. Raja dan Citra berencana untuk terus melewati jalan utama. Mereka membeli kereta berkuda agar mudah mengangkut barang-barang jualan. Selain kain, Citra menambahkan peralatan dapur di daftar jualannya. Raja merubah lagi penyamaran dengan bergaya sebagai seorang saudagar biasa. Lagi-lagi Citra berperan sebagai istrinya. Seorang nyonya saudagar yang cerewet namun pintar memasarkan barang dagangan.

Raja mengemudikan kereta berkuda dengan santai. Mereka sudah tahu di mana Kedasih berada. Kini tinggal mencari tahu di mana gerangan Sin Liong. Oleh karena itu Raja dan Citra tidak mau tergesa-gesa. Mereka akan menikmati perjalanan ini sambil menyerap infromasi sebanyak-banyaknya tentang Sin Liong. Juga berita-berita yang berkenaan dengan hilangnya Putri Dyah Pitaloka serta perburuan yang dilakukan oleh orang-orang sakti Majapahit maupun Galuh Pakuan.

-******