Chereads / Reinkarnasi-Takdir / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Citra melompat dan berlari keluar. Dia ingin memastikan. Kontan saja para hulubalang yang berjaga di dalam istana keputrian terkejut bukan main. Mereka mengejar Citra dan berteriak mengingatkan bahwa di luar sangat berbahaya. Citra tidak peduli. Firasatnya mengatakan jemputan untuknya sudah tiba.

Pintu besar istana keputrian terbuka. Citra menjerit gembira. Jemputannya benar-benar tiba!

Raja tak kalah senang. Pemuda dalam wujud harimau ini mengaum dahsyat lagi lalu melompat tinggi ke arah Citra yang berdiri dengan wajah berseri-seri di serambi istana.

Para pengawal dan hulubalang yang mengira putri junjungan mereka diserang, langsung maju merapat di depan Citra. Membentuk barisan yang rapat dengan semua mata tombak mengarah ke atas. Tubuh harimau itu bisa menjadi sate harimau.

Harimau jelmaan Raja mengibaskan kaki depannya ke depan saat masih melayang di udara. Seperti tertiup badai besar, para pengawal dan hulubalang terlempar ke kanan kiri. Raja mendarat dengan mulus di hadapan Citra. Para pengawal dan hulubalang yang bergeletakan di sana sini, melihat dengan tatapan ngeri.

Sebelum Citra sempat menyapa Raja, terdengar suara keras mengguntur diikuti oleh berkelebatnya 2 bayangan yang langsung menyerang Raja.

"Siapa berani berbuat onar di Istana Galuh Pakuan!" Dari sebelah kanan dan kiri bersiutan angin pukulan keras menghantam tubuh harimau.

Raja terkejut. Ini pukulan tingkat tinggi dari orang-orang sakti. Raja menggeram rendah untuk menambah kekuatan dan menerima masing-masing pukulan dengan kedua kaki depannya.

"Dessss!! Bressssss!!"

Terdengar benturan dahsyat yang membuat tubuh harimau terpental ke belakang. Menabrak

tubuh Citra namun berhasil menghindarkan gadis itu ikut terpental dengan memeluk tubuhnya. Keduanya mendarat dengan posisi harimau berada di bawah. Raja bangkit dengan Citra berada di atas punggungnya. Memeluk erat lehernya.

Tubuh kedua penyerang, Resi Galunggung dan Resi Papandayan juga terlempar ke belakang akibat besarnya tenaga harimau jelmaan Raja. Kedua resi sakti itu berdiri tegak. Kembali menghadapi Raja yang juga telah bersiaga.

Resi Galunggung memandang Resi Papandayan. Suaranya lirih setengah berbisik saat berkata.

"Harimau jelmaan. Dari tanah Jawi Wetan." Resi Papandayan mengangguk. Dia juga menduga hal yang sama. Keduanya bersiap melancarkan serangan. Kali ini mereka sepakat tidak menggunakan ilmu kanuragan. Harimau itu terlalu tangguh jika hanya diserang secara fisik.

"Hati-hati Raja, para resi itu punya kemampuan tinggi dalam olah batin maupun kanuragan. Mereka sepertinya bersiap menyerangmu dengan serangan magis. Mereka lupa bahwa di lingkungan istana hal itu tidak akan berlaku." Citra berbisik di telinga harimau hitam legam itu.

"Ayo kita pergi saja dari sini. Kita cari Sin Liong dan Kedasih. Jangan menimbulkan keributan lebih jauh."

Raja menggeram rendah. Mengerti apa yang dimaksudkan Citra. Pemuda ini bersiap. Menunggu serangan dilancarkan terlebih dahulu supaya dia punya kesempatan bagus untuk melarikan diri.

Tidak terdengar suara apa-apa saat kedua resi sakti itu mengirimkan pukulan magis yang mampu melemahkan selusin harimau sekaligus dalam sekali pukul.

Raja melompat jauh dengan Citra berada di punggungnya saat kedua resi itu tertegun melihat serangan magisnya tidak menghasilkan apa-apa. Harimau hitam yang besar itu melompat dari atap ke atap dengan sangat ringan. Tidak meninggalkan kerusakan pada satupun genting di atap.

Akhirnya, dengan satu lompatan besar yang anggun, Raja mendarat di luar gerbang luar. Melesat bak meteor menuju kawasan hutan yang berada di luar ibukota. Tanpa mempedulikan pandangan takjub dan terheran-heran orang-orang yang berpapasan melihat pemandangan langka seorang gadis menunggangi harimau hitam yang berlari dengan sangat kencang.

Istana Galuh Pakuan heboh! Tersiar kabar bahwa Putri Dyah Pitaloka diculik oleh harimau jadi-jadian yang berhasil membuat porak-poranda para pengawal kerajaan. Tidak ada yang terluka parah dalam kejadian ini namun Panglima Narendra segera menghadap Baginda Raja Lingga Buana untuk melaporkan secara lengkap jalannya peristiwa dan mohon keputusan untuk mengirimkan 4 Resi Opat Gunung melakukan pengejaran dan pencarian.

Baginda Raja langsung setuju dengan rencana tersebut. Bahkan meminta Panglima Narendra menghubungi Resi Gunung Sagara yang bertapa di Ujung Kulon untuk turun gunung jika diperlukan.

Panglima Narendra sendiri memerintahkan 3 jagoan istana berjuluk Tiga Maung Selabintana yang saat kejadian sedang tidak berada di tempat karena ditugaskan ke perbatasan Majapahit, untuk kembali ke istana dan merencanakan strategi pencarian Putri Dyah Pitaloka. Panglima Narendra sangat yakin, setelah mendengar cerita para pengawal istana dan Resi Galunggung serta Resi Papandayan, bahwa harimau jelmaan itu tidak terlihat punya niat jahat terhadap Sang Putri.

"Paduka Putri malah terlihat nyaman berada di punggung harimau besar dan wajahnya berseri-seri." Salah satu hulubalang yang cedera dalam peristiwa tersebut bercerita dengan wajah terheran-heran.

"Harimau itu bukan menculik Paduka Putri, Panglima. Paduka Putri lah yang sepertinya minta diculik olehnya. Seandainya saat itu pagar pelindung gaib di istana dimatikan, harimau dan Paduka Putri tidak akan semudah itu melarikan diri." Resi Galunggung menegaskan. Masih penasaran dengan kehebatan harimau jelmaan dari Jawi Wetan itu.

"Betul. Harimau itu bukan jelmaan orang biasa Panglima. Pukulan kami berdua bisa ditahannya dengan baik. Harimau itu jelmaan orang luar biasa." Resi Papandayan ikut menegaskan.

Mendengar penjelasan tersebut, Panglima Narendra langsung mengutus 2 orang hulubalang untuk berangkat menuju pertapaan Ujung Kulon. Menghadap Resi Gunung Sagara dan memohon pertolongannya. Dia perlu bantuan dari resi agung itu secepatnya.

----

Raja merendahkan tubuhnya agar Citra bisa turun dari punggungnya. Mereka berada di rimba belantara jauh di luar ibukota Galuh Pakuan. Raja telah berubah wujud menjadi manusia. Menatap Citra dengan kerinduan yang dalam. Padahal mereka baru terpisah tak lebih dari seminggu. Citra mendekat dan memeluk Raja.

"Terimakasih sudah mau menjemputku Raja. Ayahku telah memutuskan untuk menerima pinangan Maharaja Majapahit. Aku tidak kuasa merubah pendiriannya. 2 purnama ke depan kami akan berangkat menuju Ibukota Majapahit."

Raja tersenyum.

"Kau tidak perlu khawatir Citra. Aku akan terus mendampingimu. Kita akan menggagalkan rencana keberangkatan yang telah diputuskan ayahandamu. Jika rencana itu gagal, maka peristiwa Bubat tidak akan terjadi."

Citra nampak berseri-seri raut mukanya. Dia menggenggam tangan Raja.

"Ayo kita cari Kedasih dan Sin Liong! Aku sangat cemas dengan keadaan mereka. Tidak mudah bagi mereka untuk beradaptasi dengan situasi abad ke-14."

Raja mengangguk, "Kita mulai dari mana?"

Citra termenung sejenak.

"Mereka tidak akan terdampar terlalu jauh. Pasti masih di sekitar wilayah Galuh Pakuan karena aku yang mengajak. Kita mulai dari yang terjauh. Cipamali. Terus kita telusuri hingga Ujung Kulon."

Raja mengangguk lagi. Menarik tangan Citra untuk segera berjalan. Citra balik menarik tangan Raja.

"Tidak bisakah aku menaiki punggungmu seperti tadi? Enak dan nyaman. Aku bahkan nyaris tertidur tadi." Citra tertawa kecil.

Hah? Raja terbelalak. Ada-ada saja gadis ini. Menjelma menjadi harimau tidak bisa seenak gue.

*****