Di Padepokan Maung Sakti. Sin Liong dipersilahkan duduk dan minum teh. Di hadapannya duduk orang ramah yang mengundangnya masuk tadi. Ditemani oleh 2 orang yang sepertinya adalah tokoh-tokoh padepokan.
"Kisanak darimana? Apakah kisanak tersesat? Atau apakah ada yang sedang kisanak cari di Padepokan Maung Sakti?"
Awalnya Sin Liong bingung hendak menjawab apa. Apa sebaiknya dia berterus terang saja. Tapi apakah mereka percaya kalau dia berasal dari masa 700 tahun setelah masa ini?
"Aku berasal dari negeri yang sangat jauh kisanak. Aku memang tersesat. Awalnya aku berangkat bersama 3 kawan saya yang lain. Entah mereka sekarang berada di mana." Sin Liong berkata yang sesungguhnya. Negerinya memang beratus tahun jaraknya dari negeri ini. Raja, Citra, dan Kedasih juga belum diketahui keberadaannya.
Pimpinan padepokan bernama Ki Galih Prawira itu mengangguk-angguk. Merasa iba. Begitu juga 2 wakilnya.
"Boleh kisanak ceritakan bagaimana bisa tersesat kemari dan sebetulnya tujuan kisanak kemana?"
Kembali Sin Liong mengatakan yang sebenarnya.
"Kami berempat hendak menuju ibukota Galuh Pakuan. Menghadap Paduka Putri. Kami sama-sama sedang mempelajari sejarah dan sastra, jadi Paduka Putri mengundang kami ke istananya."
3 orang di hadapan Sin Liong tersentak. Wah! Pemuda ini ternyata orang penting!
"Sebetulnya andika tidaklah terlalu tersesat kisanak. Padepokan Maung Sakti masih dalam wilayah Galuh Pakuan. Bahkan padepokan ini rutin mengirimkan pemuda-pemuda didikannya menjadi prajurit kerajaan."
Mata Sin Liong berbinar. Sebuah kebetulan yang menyenangkan! Namun hatinya langsung mencelos saat salah satu wakil pimpinan melanjutkan penjelasan Ki Galih Prawira.
"Hanya saja saat ini kami sedang berada dalam masalah besar akibat 2 orang murid padepokan yang paling tua dan paling lihai terbukti membelot ke Majapahit. Bahkan mereka diangkat menjadi hulubalang di sana. Parahnya lagi merekalah yang menjadi pimpinan pasukan saat terjadi bentrokan di daerah perbatasan. Bentrokan itu menewaskan 2 hulubalang dan 5 prajurit Galuh Pakuan."
Wakil pimpinan yang lain melanjutkan dengan didahului helaan nafas.
"Sejak itulah kami dalam pengawasan ketat pasukan pengamanan Galuh Pakuan. Seandainya kau sempat melihat saat datang ke sini tadi, kau pasti melihat banyak sekali telik sandi yang tersebar di luar padepokan. Mereka punya tugas khusus mengawasi Padepokan Maung Sakti. Jika terbukti ada lagi yang membelot, padepokan ini akan ditutup dan semua orang padepokan akan dianggap sebagai pemberontak atau pengkhianat."
Sin Liong menatap simpati. Mereka ini jelas orang-orang baik. Namun karena ulah segelintir orang yang merupakan murid padepokan, akhirnya semua mendapatkan getah pahit.
"Kenapa Padepokan Maung Sakti tidak mengutus orang untuk meringkus 2 murid murtad itu Ki?" Sin Liong bertanya dengan nada hati-hati. Takut menyinggung.
"Kami sudah coba mengusulkan kepada Panglima Narendra tentang hal ini. Tapi beliau mengatakan bahwa 2 orang itu sudah jadi urusan Kerajaan Galuh Pakuan. Kami tidak diperkenankan melakukan apa-apa." Ki Galih Prawira menjawab.
"Hmm, mungkin mereka khawatir seluruh padepokan akan membelot jika sampai berhubungan kembali dengan 2 murid itu, Ki?" Sin Liong menyampaikan analisanya yang diiyakan oleh Ki Galih Prawira.
"Sangat mungkin anak muda. Cukup banyak juga anak murid yang bersimpati kepada 2 pembelot itu. Kemungkinan itu ada."
Ki Galih Prawira meneruskan percakapan.
"Kedatanganmu ke sini juga akan semakin menerbitkan kecurigaan para telik sandi. Mereka pasti telah melaporkan bahwa Padepokan Maung Sakti menerima kedatangan orang asing yang sebenarnya dilarang. Tapi kau adalah seorang tamu yang tersesat jalan kisanak. Tidak mungkin kami hanya berdiam diri dan tidak berusaha menolongmu."
Sin Liong menjadi terharu dan semakin yakin mereka ini orang-orang baik. Ingin rasanya dia menghajar 2 pembelot itu saat ini juga. Dia harus membantu mereka memecahkan masalah. Sin Liong langsung teringat Citra.
"Ki Galih, aku punya kenalan seseorang yang punya pengaruh di kalangan Istana Galuh Pakuan. Aku akan membantu memberikan penjelasan kepadanya dan mengatakan bahwa ini bukanlah salah Padepokan Maung Sakti secara umum, namun merupakan kesalahan perorangan."
"Siapa kenalanmu itu anak muda? Eh, siapakah sesungguhnya namamu? Sejak tadi kami belum sempat menanyakannya kepadamu?" Ki Galih Prawira tertarik mendengar pemuda asing dan aneh ini punya kenalan di istana.
"Seperti yang sempat aku sampaikan tadi, Ki. Salah satu orang sangat penting di Istana Galuh Pakuan. Putri Dyah Pitaloka Citra Resmi. Namaku Sin Liong. Kalian boleh memanggilku Liong saja."
Nampak sekali keterkejutan ketiga orang itu. Bagaimana bisa? Putri Baginda Raja Lingga Buana memang orang sangat penting di kerajaan. Tapi bagaimana bisa punya kenalan seperti pemuda aneh ini?
Sin Liong tersenyum. Dia tahu mereka ragu-ragu dengan keterangannya baru saja.
"Putri Diah Pitaloka kenalanku Ki. Percayalah. Kenalan yang sangat baik malah."
Suasana hening sejenak. Berita ini selain mengejutkan, tentu saja juga menggembirakan. Jika memang benar apa yang dikatakan pemuda ini, maka Putri Dyah Pitaloka akan bisa sangat membantu.
"Jadi bagaimana kau bisa membantu kami Liong? Tempat ini diawasi dengan ketat. Kau tidak mungkin lolos keluar dari wilayah padepokan ini untuk pergi kemana pun."
Sin Liong berpikir sejenak.
"Aku hanya bisa membantumu jika bisa bertemu dengan Paduka Putri, Ki. Untuk bisa bertemu beliau tentu saya harus pergi ke Istana Galuh Pakuan. Untuk pergi ke sana aku harus tahu jalan. Sedangkan aku sama sekali buta terhadap kondisi kerajaan ini, Ki."
Sin Liong mengambil cawan dan meminum air di dalamnya. Dia haus. Juga lapar.
"Kita bisa saling membantu. Kalian meloloskan aku dari tempat ini dan menunjukkan arah ke Istana Galuh Pakuan, dan aku akan menceritakan semua kepada Putri Dyah Pitaloka mengenai keadaan dan cerita sesungguhnya mengenai Padepokan Maung Sakti dan 2 orang muridnya yang membelot. Aku yakin, Paduka Putri akan membantu. Beliau orangnya sangat baik."
Ketiga pimpinan padepokan saling pandang. Sepertinya ini adalah pilihan terbaik untuk menuntaskan masalah padepokan. Ki Galih Prawira mengangguk tegas.
"Baiklah Liong. Malam ini kau akan kami bantu meloloskan diri dari tempat ini. Aku sendiri yang akan memandumu pergi ke Istana Galuh Pakuan. Aku ingin bercerita langsung kepada Paduka Putri."
Sin Liong mengacungkan jempol. Ide bagus!
"Bagus Ki! Aku akan sangat senang kalau Ki Galih sendiri yang menemaniku. Sebelum kita berangkat, bolehkah aku mendapatkan sedikit makanan. Perutku lapar sekali."
Tanpa malu-malu Sin Liong berkata. Perutnya sungguh terasa melilit-lilit. Ki Galih Prawira kembali saling berpandangan dengan pimpinan lainnya. Kali ini sambil tersenyum lebar dan dilanjutkan dengan ketawa terbahak-bahak. Kasihan si Liong ini. Seharusnya mereka memberikan makanan terlebih dahulu sebelum menyuruhnya bercerita panjang lebar.
***