Chereads / Reinkarnasi-Takdir / Chapter 1 - Bab 1

Reinkarnasi-Takdir

🇮🇩mim_yudiarto
  • 34
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 14.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

Tidak siapapun yang bisa menduga termasuk Raja bahwa pusaran waktu ternyata menarik mereka ke masa lalu di tempat yang berbeda-beda. Raja termenung beberapa saat. Dia harus mencari Citra, Sin Liong dan Kedasih. Dia mengkhawatirkan keselamatan dua orang wanita itu. Sin Liong bisa menjaga diri dengan baik meskipun ini abad ke-14. Dia pasti cepat bisa membaur dengan situasi.

Pertama yang paling mudah untuk ditemukan tentu saja Citra. Gadis itu seorang putri yang manjing. Artinya saat kembali ke zaman ini, dia pasti berada di Istana Galuh Pakuan. Aku harus pergi ke istana itu. Dia bersyukur ternyata terseret Gerbang Waktu di pasar ini. Pasar Ibukota Galuh Pakuan.

Raja melihat bajunya. Celana jeans belel, kaos putih penuh noda lumpur dan baju flanel. Dia harus menyesuaikan dengan pakaian di masa ini. Bagaimana cara mendapatkannya?

Pemuda itu berjalan tersaruk-saruk menyusuri pinggir pasar yang sepi. Berharap menemukan jemuran atau semacamnya. Raja sudah bertekad untuk mencuri baju. Dia akan meminta maaf dan akan mencari cara untuk menggantinya nanti.

Raja tidak menemukan jemuran tapi semacam toko pakaian. Toko itu sepi dari pembeli. Celana panjang komprang bergelantungan di pajangan. Pemuda ini heran kenapa tidak ada baju yang dipajang. Nyaris semuanya adalah celana. Toko dijaga oleh seorang wanita setengah baya yang terheran-heran melihat pemuda berbaju aneh berdiri di depan tokonya sembari termangu-mangu.

Raja berlalu tanpa mengambil celana. Dia akan melihat situasi dulu sebelum mencuri. Khawatir diteriaki maling kalau ketahuan. Malu.

Barulah Raja mengerti setelah melihat kerumunan orang di sebuah tanah terbuka tidak jauh dari toko itu. Sekumpulan lelaki sedang mengelilingi arena adu ayam. Tidak ada satupun yang mengenakan baju. Semuanya bertelanjang dada. Wah! Bisa-bisa dia masuk angin kalau harus menyesuaikan diri dengan tidak memakai baju. Pantas saja toko pakaian tadi tidak menjual baju.

Raja berpikir keras. Celana jeansnya berwarna hitam. Senada dengan celana yang dipakai para lelaki di sini. Raja tersenyum. Pemuda itu membuka baju luar dan kemeja flanelnya. Nah! Sekarang dia sudah bisa membaur. Orang tidak peduli bahan celananya dari apa. Yang penting berwarna hitam.

Raja ikut berkerumun. Merasa kasihan terhadap 2 ayam jago yang berjibaku saling bunuh. Tapi kemudian Raja tersadar, mungkin di masa ini adu ayam bukanlah sebuah larangan. Bahkan menjadi sebuah kesenangan.

Teriakan orang-orang makin membahana. Seekor ayam terdesak hebat. Beberapa kali jatuh terkena sabetan taji lawannya. Mukanya berdarah-darah dan tubuhnya sudah terseok-seok. Tidak sanggup melawan lagi. Sementara lawannya semakin ganas. Siap memberikan satu pukulan pamungkas agar lawannya tewas. Raja menjadi tidak tega. Hatinya tergerak.

Pemuda ini mengayunkan tangan kanannya secara diam-diam. Angin puting beliung berukuran kecil berpusar di arena aduan. Berputar-putar dan menimbulkan desis kencang. Puting beliung kecil namun cukup untuk membuat 2 ayam jago itu menghentikan pertarungan dan melarikan diri ketakutan.

Orang-orang berteriak marah. Meminta supaya pertandingan dilanjutkan. 2 pemilik ayam tidak bisa melakukan apa-apa. Kedua ayam itu telah lari tunggang langgang menjauh. Suasana menjadi ricuh. Orang-orang yang bertaruh meminta uangnya kembali, sedangkan bandar tidak mau memberikannya karena dalam adu ayam tadi sudah jelas pemenangnya ayam yang mana.

Raja hendak menyingkir. Orang-orang mendadak berhamburan melarikan diri saat mendengar derap kaki kuda mendekat. Raja tetap di tempat karena ingin tahu apa yang membuat mereka buyar ketakutan. 1 regu pasukan pengawal kerajaan jika melihat dari seragam yang dikenakan, tiba di tempat adu ayam itu dengan raut muka keras dan tegas.

"Tuan Putri sudah memberi perintah agar adu ayam dihentikan dan dilarang secara resmi di wilayah Galuh Pakuan. Siapapun yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang setimpal!"

Pemimpin regu pasukan menoleh ke arah Raja yang masih berdiri di tempat itu sambil berpikir siapa yang dimaksud Tuan Putri itu.

"Hei! Kau anak muda! Kenapa kau tidak melarikan diri seperti yang lain?" Pemimpin regu terheran-heran anak muda bercelana aneh itu diam saja dan tidak ikut berhamburan lari.

Raja yang masih sedikit melamun dengan gagap menunjuk mukanya.

"Saya? Apakah saya yang tuan prajurit maksudkan?"

Pemimpin regu itu semakin heran. Anak muda ini mungkin bukan berasal dari sini. Atau barangkali agak kehilangan ingatan karena raut muka dan tingkah lakunya terlihat gugup.

"Apakah kau tadi ikut bertaruh adu ayam, anak muda?"

Raja menggelengkan kepala. Jangankan bertaruh judi sabung ayam, judi bola saja dia tidak pernah.

Pemimpin regu menjadi curiga. Siapa tahu anak muda yang berlagak pilon ini adalah mata-mata musuh. Situasi sedang sedikit tegang di perbatasan Galuh Pakuan dan Majapahit. Bisa jadi pemuda ini telik sandi yang sedang menyamar. Pemimpin regu itu memberi isyarat kepada anak buahnya.

"Bawa dia ke markas! Serahkan ke hulubalang untuk diinterogasi. Dia cukup mencurigakan."

Raja kaget. Awalnya pemuda ini hendak membantah. Namun langsung teringat sesuatu. Ini kesempatannya masuk lingkungan istana!

Pemuda itu lantas pasrah saja saat pasukan itu menggiringnya sebagai tahanan. Menuju ke markas pasukan Galuh Pakuan khusus regu pengaman ibukota. Tak perlu waktu lama Raja sudah tiba di markas yang dimaksud. Tidak di dalam kompleks istana tapi setidaknya mendekati. Mereka bermarkas di luar gerbang utama istana. Raja diserah terimakan kepada regu jaga yang sedang bertugas.

Di hadapan Raja duduk seorang lelaki tinggi besar dengan kumis tebal namun bermuka ramah. Hulubalang itu menyodorkan secawan air dan sepotong ubi rebus di depan Raja. Perut Raja langsung berontak. Dia lapar sekali. Dengan sopan Raja bertanya bolehkah dia minum dan makan. Dia lapar sekali. Hulubalang itu mengangguk.

Raja melahap makanan dalam waktu sekejap saja. Menghabiskan minuman hangat yang disajikan lalu duduk bersandar di kursi sambil berkata.

"Terimakasih Hulubalang. Andika baik sekali. Nah, sekarang apa yang hendak andika tanyakan kepada saya?"

Hulubalang itu tercengang. Sepertinya pemuda bercelana aneh ini bukan orang awam kebanyakan. Cara bicaranya seperti orang terdidik. Justru tidak mudah menginterogasi jenis yang ini.

*