Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Istri Sementara Tuan CEO

Hachim_13
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.9k
Views
Synopsis
Velisa Tang Gadis cantik yang harus menerima takdirnya untuk tidak melanjutkan pendidikannya hingga selesai karena keegoisan sang ayah. Karena tergila-gila akan meja judi. Mahen tega menjadikan putri yang ia besarkan sebagai taruhan kepada para pemenang dengan menunjukan foto Velisa yang cantik. Tentu saja para pria hidung belang langsung tergiur akan kecantikan dan wajah polos Velisa. Afran Keinzo seorang CEO yang terkenal dingin dan diusia yang menginjak 27 tahun dia tidak tertarik dengan gadis manapun untuk mendampinginya. Afran yang terpaksa mengikuti permintaan dari klien pentingnya untuk ikut bertanding, menang dan Mahen harus menyerahkan putrinya kepada Afran. Bagaimanakah nasib Velisa Tang ditangan Afran Keinzo. Akankah Velisa berakhir di tangan Klien hidung belang ataukah Afran akan menjadikan Velisa istrinya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Twin Card

Mahen membuka kartu terakhir dan hasinya adalah Qiu Delapan. Ia merasa bahwa kali ini kemenangan sudah pasti berada di tangannya mengingat dua kartu sudah berhasil ia kalahkan.

Beberapa petarung terlihat tidak senang melihat kartu Mahen. Tadinya mereka sudah sangat berharap putri Mahen yang menjadi taruhan akan menjadi milik dari salah satu pria hidung belang yang ikut bertaruh. Sudah beberapa kali Mahen menjadikan putrinya yang masih Virgin untuk dijadikan alat taruhan yang cukup fantastis nilainya.

"Sepertinya putriku punya peruntungan di kehidupan ku. Tidak perlu berlama-lama tuan Afran serahkan saja semua uang mu dan letakkan kartu mu. Aku yakin kali ini tidak akan ada yang bisa menyaingi kartu ku." Ucap Mahen.

Twin Card... Semua orang terbelalak menatap kartu yang di jatuhkan Afran. Seketika senyum lebar Mahen surut dan wajahnya terlihat gusar.

"Jadi kapan kau membawa putrimu kehadapan ku? Kau tau bukan aku tidak suka menunggu." Sambil mengeluarkan pistol dan meletakkannya di atas meja.

"CK... Dalam Lima belas menit aku akan membawa gadis itu kehadapan mu."

Mahen meninggalkan kerumunan.

*****

Lima belas menit kemudian.

Mahen menyeret gadis berambut hitam pekat berkulit putih melewati kerumunan orang yang sedang menunggu. Sesekali terlihat gadis itu menangis sembari memukul tangan Mahen yang mencengkram erat tangannya.

"Ayah... Apa salahku, Lepaskan aku Ayah!"

Mahen mendorong tubuh Gadis itu kehadapan Afran. "Ambil dia... Aku tidak butuh gadis bodoh ini."

Afran menatap gadis itu dan seketika langsung memalingkan wajahnya. Memberi isyarat kepada bawahannya untuk membawa gadis itu ke suatu tempat.

"Tidak... Tidak, ayah apa maksudnya ini."

"Tuan... Tidak jangan bawa aku, apa yang ingin kalian lakukan?" Tanya Gadis itu berusaha memberontak.

"Bawa dia ke kamar 207." Ucap Afran Dingin.

Gadis itu meronta berusaha melawan sekuat tenaga untuk bisa lepas dari orang suruhan Arfan.

Setibanya di kamar 207.

Terlihat seorang pria paruh baya duduk sembari memancarkan senyum takjub di wajahnya.

"Aku tau kau tidak akan pernah mengecewakanku."

"Sepertinya benar kata orang, apapun yang di inginkan Tuan Oscar maka akan menjadi miliknya. Aku memenangkan taruhan dan gadis ini adalah hadiah mu." Afran menarik kursi dan duduk di hadapan Kliennya.

Afran membuka jas hitam miliknya dan meletakkannya di atas meja.

"Namun sebelum hadiah ini kuberikan Tuan Oscar harus menandatangani berkas ini." Ucap Afran.

Lelaki paruh baya itu mengangguk dan langsung menandatangani berkas yang ada dihadapannya.

"Kalau begitu selamat menikmati hadiah dariku, dan semoga kerja sama kita akan terjalin dengan baik."

Afran memberi perintah kepada bawahannya untuk meninggalkan Gadis itu di dalam ruangan bersama Tuan Oscar.

"Tuan..." Gadis itu menarik lengan baju Afran.

"Tuan... Aku mohon jangan tinggalkan aku disini. Aku... Aku tidak ingin disini, jika ayahku berhutang padamu maka ijinkan aku untuk melunasinya. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku disini. Aku takut..."

Afran menepiskan tangan gadis itu dan berlalu pergi meninggalkannya tanpa menoleh sedikitpun.

"Selamat bersenang-senang Tuan Oscar." Ucap Afran sebelum akhirnya pintu kamar hotel tersebut tertutup rapat.

Kali ini Afran merasa sangat senang karena pada akhirnya Tuan Oscar mau bergabung dengan perusahaannya.

"Tuan aku merasa sangat kasihan dengan gadis itu. Sepertinya dia gadis baik-baik dan ayahnya benar-benar tega melakukan hal ini." Ucap Pengawal Afran.

Seketika Afran menoleh dan menatap pengawal itu dengan sinis sambil berkata. "Inilah dunia jika kau ingin mendapatkan sesuatu maka kau juga harus bersedia mengorbankan sesuatu. Sebaiknya urus saja perkerjaan mu. Soal gadis itu biarkan dia menerima takdirnya sendiri. Jika takdirnya baik maka dia akan selamat dari tangan Tuan Oscar."

Pengawal itu sudah kehabisan kata-kata. Di satu sisi ia iba melihat gadis itu namun disisi lain ia tidak bisa menentang Afran yang tak lain adalah bosnya sendiri.

Di dalam kamar 207

Oscar beranjak dari tempat duduk dan berjalan mendekati gadis itu.

"Tenang aku tidak akan menyakitimu. Siapa namamu?"

"Na... Namaku Velisa..."

"Wah... Namamu sangat indah sama seperti wajahmu yang cantik."

"Berapa usiamu?"

"Delapan belas tahun Tuan."

"Wah... kau masih sangat muda. Kemarikan tanganmu."

Dengan ragu Velisa menyerahkan tangan kanannya.

Dan ketakutan Velisa benar-benar terjadi. Oscar menariknya dan mencium pipi Velisa.

Refleks Velisa mendorong Oscar dan langsung menampar wajah Oscar.

"Jangan kurang ajar!" Velisa menggosok pipinya dan berlari kearah pintu berusaha untuk lari dari kamar tersebut.

Tentu saja Oscar tidak tinggal diam dengan perlakuan Velisa barusan. Dengan wajah memerah dan emosi yang meluap Oscar menghampiri Velisa dan menjambak rambut gadis itu. Membenturkan kepala Velisa tepat ke pintu kamar hotel, terlihat darah mulai mengalir dari pelipis gadis itu. Suara jeritan Velisa memenuhi ruangan. Oscar menampar gadis itu beberapa kali dan mendorongnya dengan kasar.

Velisa tidak tau siapa yang baru saja ia tampar, seorang Oscar yang kejam dan berdarah dingin. Ia tidak akan mengampuni siapa saja yang membuatnya marah.

"Kau pikir kau siapa berani memperlakukanku seperti itu, jika aku mau aku bisa menjadikanmu mayat yang hilang tanpa nama. Berani sekali kau menamparku." Ujar Oscar kembali mendorong Velisa.

Oscar mengangkat Vas bunga yang ada di atas meja dan mengarahkannya tepat di kepala Velisa.

"Tuan Oscar..."

Suara seseorang dari luar disertai ketukan pintu menyelamatkan nyawa Velisa yang saat itu sudah terkulai lemas di ujung ruangan.

Oscar menoleh dan langsung melangkah mendekati pintu. "Tunggu saja kau aku akan menyelesaikan mu nanti."

Terlihat Afran berdiri sembari menatap Oscar dengan tajam. Afran sudah berdiri cukup lama di depan pintu dan mendengar segala keributan yang terjadi. Perlahan bola matanya bergulir menyaksikan isi kamar yang berantakan. Yang membuatnya tidak habis pikir kala itu, saat ia melihat Velisa yang tengah menatapnya seolah meminta pertolongan. Darah terus mengalir turun melewati wajahnya.

Afran mendorong Oscar. Entah apa yang menggerakkan dirinya hingga seberani itu kepada Oscar. Tapi batinnya seolah berseru, memintanya untuk menyelamatkan Velisa.

"Berhenti disana Tuan Afran, sepertinya anda sudah terlalu lancang mencampuri urusan saya. Lepaskan gadis itu atau kontrak itu akan saya batalkan." Ancam Oscar.

Afran hanya menatap tajam Oscar dan kemudian berlalu pergi sembari membopong tubuh Velisa. Afran teringat akan kata-katanya, dan ternyata takdir menyelamatkan gadis itu lewat jas yang tertinggal. Namun bahkan saat itu Afran tetap meninggalkan baju Jas nya di dalam kamar.

"Dev gadis ini punya takdir yang cukup baik, lihat bagaimana takdir bekerja dengan sendirinya." Ucap Afran kepada Asisten pribadinya.

Dev tidak bisa berkata apapun dan hanya tercengang melihat kondisi gadis yang diselamatkan oleh bosnya. Baru kali ini dia melihat seorang laki-laki bisa menyiksa wanita sebegitu kejamnya.