Hanako meletakkan alat makannya dengan pelan. Tatapannya terlihat begitu penuh tekad. Dia memandang Ayah dan Ibu nya yang kini memandangnya, menunggu Hanako mengatakan sesuatu.
"Dad, Mom, aku ingin tinggal dengan Nenek." Ucapnya terlihat serius. Namun ada sedikit ketakutan di sana.
Ayah dan Ibu Hanako saling memandang.
"Apa kamu yakin?" Ibu Hanako memandang Hanako.
Hanako mengangguk.
"Apa kamu tahu jika kamu tinggal dengan Nenek, kamu nantinya akan mewarisi kuil?" Ibu Hanako bertanya lagi. Memandang Hanako yang masih kecil dimatanya.
Hanako mengangguk. "Aku tidak yakin jika aku ingin mewarisi kuil. Tapi aku ingin tinggal disana. Untuk mendalami kuil." Ucapnya tersenyum.
"Apa kamu tidak ingin lulus dari sekolah dulu?"
Hanako tampak berfikir. "Apa itu yang Mom inginkan?"
Ibu Hanako mengangguk. "Setidaknya lulus dulu."
"Tapi aku akan sangat terlambat jika aku memulainya setelah lulus, Mom."
Ibu Hanako terlihat masih enggan menyetujuinya.
Ayah Hanako tersenyum. "Hana dapat sekolah di desa. Bukankah di sana ada sekolah?"
Hanako mengangguk. "Jika kalian mengizinkannya aku akan sekolah dengan baik disana."
Ibu Hanako hanya diam.
"Apa Mom tidak mengizinkan?"
Ayah Hanako mengelus rambut Hanako. "Dia bukan tidak mengizinkan. Tapi dia hanya merasa kesepian jika kamu pindah kesana." Ayah Hanako memandang Hanako dengan hangat. "Kamu pasti sudah mengerti tentang hubungan Mom dan Nenek, kan?"
Hanako mengangguk. "Dad dan Mom harus datang saat libur." Dia tersenyum. "Dan aku juga akan mengunjungi kalian saat aku senggang."
Ibu Hanako menggenggam tangan Hanako. Erat. "Jika kamu berubah fikiran, kamu harus cepat menghubungi kami. Oke?"
Hanako mengangguk. "Tentu. Jika tidak ada apa-apa pun, aku pasti akan selalu menghubungi kalian." Ucapnya riang.