"Mom!" Hanako berteriak senang lalu berlari memeluk Ibunya yang bahkan belum menutup pintu mobilnya.
"Hana, sayang…" Ibunya memeluk Hanako dengan erat dengan senyuman.
Hanako melihat ayahnya juga keluar dari mobil. "Dad!" dia melepaskan pelukan ibunya dan kini memeluk ayahnya. "Dad tambah tampan!" ucapnya menatap wajah Ayahnya tanpa melepaskan pelukannya.
"Oh, benarkah?" Ayahnya tersenyum. "Hana juga semakin cantik." Dia memperhatikan Hanako. "Apa nanti Hana akan lebih tinggi dari Mom?" ucapnya tertawa.
"Oh, aku sudah lebih tinggi dari Mom!" Hanako melepaskan pelukannya dan kini berdiri di samping Ibunya. "Lihat. Aku lebih tinggi kan?"
Ayahnya memicingkan mata seakan serius memperhatikan perbedaan tinggi mereka. "Sepertinya masih sama." Ucapnya sambil tertawa.
"Dad!" Hanako langsung cemberut.
"Ms. Hana…" seseorang memanggil Hanako sehingga senyuman dari wajah Hanako menghilang.
Hanako tak menjawab Ria, dan hanya memperhatikan dua orang yang berdiri mengikuti Ria mendekatinya. Hanako masih mengingat salah satu dari dua orang itu. Dia adalah anak laki-laki yang kemarin datang. Tapi kini dia datang tidak bersama pria yang kemarin. Dia kini datang dengan seorang wanita yang terlihat lebih tua sedikit dari ibu Hanako.
"Ada apa?" Hanako bertanya tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.
"Ibu ini-"
"Bukankah kemarin mereka yang memilih pergi?" Hanako memotong penjelasan Ria.
"Tapi-" Ragu-ragu, Ria ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan.
"Aku mohon, Ms." Ibu yang datang bersama dengan anak laki-laki itu menangis dan menggenggam tangan Hanako.
Hanako menoleh ke arah Ibu Hanako saat Ibunya meletakkan tangannya ke bahu Hanako dengan lembut. "Kami tidak apa-apa."
"Tapi, aku tidak akan dapat bersama kalian dalam waktu dekat." Hanako mengubah wajah kesalnya menjadi cemberut di depan Ibu nya.