"Kii?" Hotaru membuat rangkaian bunga berbentuk lingkaran.
Abaddon masih memejamkan mata, sambil mendengarkan. "Hmm?"
"Besok aku ulang tahun."
"Ulang tahun?" Abaddon mengulang. "Makanan jenis apa itu?" Abaddon bertanya dengan nada malas seakan tidak mengetahui arti kata itu.
"Itu adalah hari lahir. Dan setiap tahun dirayakan." Tidak terlalu pusing mendengar pertanyaan Abaddon, Hotaru menjawabnya dengan penuh semangat.
"Begitu merepotkan." Ucapnya lambat, masih dengan nada malas.
Hotaru mendengus.
"Beri aku hadiah, Kii!" Suara Hotaru membesar.
Abaddon seakan mengingat memorinya. "Aku tak pernah ingat jika aku pernah memberikanmu hadiah tahun-tahun sebelumnya."
"Tahun ini aku menginginkannya." Dia menatap Kii dengan wajah memelas. "Jadi apa kamu mau memberikan hadiah untukku?"
"Akan aku fikirkan, jika senggang." Ucapnya dengan santai. Bahkan Hotaru tidak yakin kalau dia menjawab dengan sadar atau hanya asal menjawab.
Hotaru seperti mengingat sesuatu. "Kapan hari ulang tahun Kii?"
Abaddon menatap wajah polos Hotaru. "Bahkan aku tak tahu sudah berapa ratus tahun aku berada di sini." Dia tertawa.
"Siapa orang tua Kii?" tanya Hotaru lagi.
"Bagaimana aku ingat?" Abaddon menjawab pertanyaan Hotaru dengan pertanyaan.
"Hmmm kalau begitu apa ras Kii?" Hotaru mencoba bertanya lagi.
"Ras?"
Hotaru mengangguk. "Demon lain memiliki ras sendiri-sendiri kan?" Hotaru terlihat mencoba mengingat ras demon yang pernah dia temui. "…Ada goblin, winged demon, hellhound…"
"Entahlah, aku tak tahu rasku apa." Abaddon terkekeh.
"Kii berbohong!" Hotaru melemparkan rangkaian bunga itu ke tanah di depannya dengan kesal.
Abaddon tertawa. Dia mengambil rangkaian bunga itu dan menaruhnya di kepala Hotaru.
"Bagaimana mungkin Kii tidak tahu apa ras Kii." Pekiknya tidak mempercayai Abaddon.
Abaddon hanya tersenyum mendengarnya. Tapi dia tidak berbohong. Dia benar-benar tidak tahu. Dia tidak ingat apa pun. Terakhir dia ingat hanya melawan demon-demon lain selama ratusan tahun dan akhirnya menjadi Demon King.
Abaddon menaruh tangannya ke kepala Hotaru. Mengelus rambutnya yang sudah jauh lebih panjang dari pada beberapa tahun lalu saat dia datang pertama kali ke hutan ini.
"Jadi hadiah apa yang kamu inginkan?" ucapnya mengalihkan pembicaraan.
"Besok aku akan mengatakannya. Kii harus mengabulkannya." Hotaru seakan sudah memiliki jawaban.
"Terserahlah." Kii terkekeh lagi dan meninggalkannya.
Hotaru mengejar. "Kii!"