"…Jadi apa yang ingin Your Majesty lakukan pada manusia itu?" Syeol masih menatap Demon yang sedang dia cekik. Matanya telah tampak tak fokus, sembari mencengkeram sekuat tenaga tangan Syeol yang sedang berada di lehernya. Tak lama dari itu, dia berhenti dan tampak tak lagi hidup.
"Entah. Aku tak memikirkannya."
Syeol melemparkan jasad yang masih dia genggam lehernya di tengah tumpukan jasad lainnya di tengah tempat itu.
"Berada terlalu lama bersama tidak baik untuk kita, Your Majesty." Dia menjentikkan api dari jarinya dan melemparkannya ke tumpukan jasad itu. Membakarnya dan membuat api yang besar. "Dia berbeda dengan kita. Dan jika Your Majesty semakin menjauh dari sisi ini maka-"
"Aku juga tidak ingin dekat dengannya." Abaddon dengan cepat memotong kalimat Syeol yang terdengar sedikit mengomel.
"Jika Your Majesty tidak ingin menggunakan tangan Your Majesty untuk membunuh-"
"Bukan itu, Syeol." Lagi, Abaddon memotong kalimat Syeol dengan cepat.
Syeol terdiam memandang Abaddon. Berharap Abaddon memiliki alasan lain yang dapat membuatnya tidak mencemaskannya.
"Sudah selesai?" Abaddon bangkit dari duduknya. "Hanya ini pemberontakannya?" Abaddon menatap api yang tinggi membakar di depannya, matanya seakan menghitung berapa jasad yang berada di sana.
"Benar Your Majesty."
"Sepertinya aku tak perlu datang kesini. Kamu saja cukup membereskannya."
"Your Majesty, jika Your Majesty tidak menampakkan diri pada mereka, maka akan lebih banyak Demon yang berfikir untuk mengambil tahta-"
"Aku mengerti. Tapi tidak akan ada yang lebih kuat dariku. Kamu tenang saja." Dia menepuk bahu Syeol. "Aku kembali dulu. Hotaru akan ribut mencariku." Abaddon dalam sekejab menghilang dari tempat itu. Meninggalkan Syeol disana sendirian.
"…Jika Your Majesty terlalu lama bersama manusia, hati Your Majesty akan berubah, dan… harusnya Your Majesty tahu apa yang akan terjadi…" gumam Syeol dengan menggenggam tangannya menahan amarahnya.