Gadis itu memainkan rambut Demon King dan mengepangnya. "Hei, namamu siapa?"
Demon King hanya diam. Dia sepertinya lelah untuk menolak atau bergerak melakukan apa pun.
"Namaku Hotaru." Gadis itu meneruskan kalimatnya tanpa menunggu jawaban dari Demon King. "Jadi namamu siapa?"
"…Abaddon."
"Ha?" Hotaru terlihat sulit mendengarnya.
"…Kamu manusia, tidak dapat mengucapkan namaku kecuali dengan kontrak." Abaddon menarik kepangan rambut yang hampir diselesaikan Hotaru, membuat kepangan itu terlepas dan rambutnya kembali terurai.
"…Kalau begitu aku akan panggil kamu Kii!"
Abaddon menatap Hotaru dengan murka. Seakan tidak terima dia dipanggil seperti itu.
"Kii!" panggil Hotaru senang.
"Jangan panggil aku dengan panggilan aneh itu." Suaranya terdengar marah.
Hotaru menatapnya tanpa merasa bersalah. "Jadi aku panggil apa?"
"Kamu tidak memiliki alasan untuk memanggilku!" jawab Abaddon dengan cepat.
"Bagaimana mungkin aku tidak perlu memanggilmu." Hotaru tertawa. Dia melihat beberapa goblin masuk ke dalam gua. "Oh. Sudah waktunya makan!" dia terlihat senang.
Goblin membawakan makanan lebih banyak dari biasanya dan tampak lebih tidak ketakutan dari pada sebelumnya.
Goblin dan Hotaru terlihat dekat setelah beberapa hari bertemu.
Abaddon menatap telapak tangannya. Beberapa hari bersama Hotaru dia menyadari kalau dia dapat menyentuh Hotaru, tapi jika dia tidak berniat untuk melukainya.
"Apa dia memiliki seakan jimat untuk menjauhkannya dari seseorang yang ingin mencelakainya?" gumamnya pelan. "Tapi aku adalah Demon King. Bagaimana mungkin ada jimat sehebat itu."