Chereads / Kontrak Cinta Dengan Bule / Chapter 5 - bab 5. Jena Pdkt

Chapter 5 - bab 5. Jena Pdkt

Jena diperhatikan Marco merasa senang sebab Jena ada rasa dengan Marco kalau Marco entah Jena belum tahu perasaannya apa mungkin Marco orangnya suka menolong Jena juga tidak tahu.

"Jena kamu pesan apa?" tanya Marco dengan melihat pesanan Jena.

"Pesan ini bang ini makanan kesukaan aku soto Betawi." jawab Jena.

"Kapan-kapan aku main k rumah kamu boleh?" tanya Marco.

"Boleh dong bang aku senang kalau ada teman yang main ke rumah." jawab Jena.

Mereka lalu makan sambil ngobrol sedang Jena lebih banyak nanya tentang pekerjaan dia sebab Jena belum mengerti benar seluk beluk tentang  pekerjaannya.

"Wah….kenyang bang kamu enggak kembali ke ruang kerja kamu?" tanya Jena.

"Iya dong ayo kita bersama-sama kesana." ajak Marco.

Kemudian mereka berbarengan menuju ke ruang kerjanya namun tempat Marco disebelah ruang Jena jadi tidak sama ruangannya, setelah sampai di ruangan Marco lalu Marco berjalan masuk ke ruangannya, sedang Jena berjalan ke sebelah ruangan Marco.

Tina yang lebih dulu masuk ke ruangannya menggoda Jena waktu melihat Jena bersamaan dengan Marco selesai dari kantin.

"Wah….baru masuk kerja ditambah baru kenalan kayaknya akan ada suatu ikatan nih!!!…" ucap Tina.

Teman satu ruangannya tertawa mendengar Tina menggoda Jena, yang digoda tersenyum kelihatannya juga gembira dia dipasangkan dengan Marco.

Teman satu kantor sudah tahu kalau Marco kelihatannya ada hati dengan Jena karena dilihat tadi Marco langsung mendekati Jena.

"Jena sebaiknya apabila Marco mendekati kamu dan ingin jadian sama kamu terima saja dia orangnya baik kerjanya juga bagus." jelas Anto.

"Iya….iya Jena Marco tampan apalagi kariernya sedang bagus." kata Tina.

Jena yang sudah di dukung temannya merasa bersemangat apabila Marco benar suka dengan dia dan mangajak jadian pasti dia akan langsung menerimanya.

Mereka bekerja mengurus bagiannya masing-masing tak terasa sudah sore lantas mereka bersiap akan pulang sebab jam kerja sudah selesai, Jena menyimpan brosur yang diambilnya dari lemari lalu dimasukkan ke tempatnya lagi.

Selesai menyimpan semuanya selanjutnya Jena keluar dari ruangannya terus berjalan ke parkiran dia terus naik motornya untuk pulang kerumah, Marco yang pulang naik mobil melihat Jena dia mengikuti Jena dia ingin tahu rumah Jena.

Jena tidak merasa ada yang mengikuti, dia naik motor dengan kencang biar cepat sampai rumah maksud Jena begitu, lama Jena sudah masuk ke halaman ruamhnya dan motornya diparkir di halaman itu juga.

Marco sudah mengetahui rumah Jena dia langsung pergi melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumahnya Marco kelihatan semangat waktu sudah mengetahui rumah Jena.

***

Ibu Jena mengetahui Jena sudah pulang lantas bertanya kepada Jena.

"Bagaimana pekerjaannya Jena sudah di beri pengarahan oleh atasan kamu tadi kamu sudah paham?" tanya ibunya Jena.

"Syukur Bu aku mempunyai teman yang baik semua mereka membantu aku sebab aku juga baru." ucap Jena.

"Baguslah kalau mempunyai teman seperti itu." jawab ibunya Jena.

Ibunya Jena tenang sekarang anaknya sudah bekerja jadi dia bisa menghidupi dirinya sendiri tidak tergantung dengan ibunya, saat mendengar kakaknya sudah pulang kerja Lusi lalu keluar dari kamarnya.

"Kak Jena bagaimana temannya baik semua mau membantu?" tanya Lusi.

"Benar Lusi bekerja disitu temannya baik kakak gugup saja mereka bilang santai saja tidak usah grogi." ucap Jena.

Lusi berpikir kakaknya enak bisa bekerja keluar kuliah langsung bisa.mendapat  pekerjaan, semoga aku besok juga bisa seperti kak Jena.

"Kakak kalau besok berangkatnya juga seperti tadi pagi sekali?" tanya Lusi.

"Memang kenapa nanya begitu." jawab Jena.

"Enggak kalau bisa bonceng kakak uang angkot bisa untuk jajan." kata Lusi tertawa.

Jena tersenyum mendengar pertanyaan Lusi dia juga paham adiknya kalau diberi uang jajan ibunya juga pas-pasan, jadi kalau dia bonceng dengan dirinya uang angkotnya utuh bisa buat jajan.

Ibunya Jena juga tersenyum mendengar Lusi bicara begitu, namun ibunya Jena juga berkata dalam hati sebenarnya aku juga kasihan dengan anakku aku tidak bisa memberi uang jajan seperti temannya.

Untungnya anakku tahu hal ini sehingga mereka juga tidak meminta yang lebih mereka cukup mengetahui keadaan ibunya.

***

Tak terasa Jena kerja sudah beberapa bulan di kantor dia sudah dekat dengan Marco, setiap pulang Marco selalu menunggu Jena diparkiran motor.

Seperti hari ini Marco keluar dari kantor bersamaan dengan Jena, mereka berjalan menuju parkiran motor.

"Lho bang Marco ngapain ikut diparkiran motor?" tanya Jena.

"Aku ingin menanyakan kepada kamu apa boleh aku nanti main ke rumah kamu besok kan kantor libur kita jalan-jalan gitu." ucap Marco.

"Boleh silahkan ke rumah aku tunggu malam nanti." kata Jena.

Kemudian Jena naik motornya biasa kalau naik kencang banget sudah biasa itu buat Jena, dalam hati Jena berkata bang Marco apa tahu rumah aku dia belum pernah kerumah, biarlah nanti dia juga menelpon aku.

Sampai di rumah Jena terus memasukkan motornya seperti biasanya lalu Jena masuk ke dalam rumah dan duduk dengan ibunya di ruang tamu.

"Bu nanti teman Jena katanya akan kesini." kata Jena.

"Teman kantor yang membantu kamu kalau kamu nanya-nanya yang kamu belum paham?" tanya ibunya.

"Benar Bu bang Marco namanya." ucap Jena.

"Main ya biarin kamu kan sudah biasa teman kamu banyak yang main disini, apa Marco teman khusus?" tanya ibunya Jena.

"Entahlah Bu." jawab Jena.

Setelah ngobrol dengan ibunya Jena terus masuk ke kamarnya.

Jena duduk dipinggir kasurnya sambil melamun seandainya bang Marco mengajak jadian sama aku pasti deh aku tidak nolak kata teman-teman di kantor juga begitu harus aku terima.

Iya kalau bang Marco mau sama aku kalau enggak wah….bisa malu aku, Jena melamun dikamarnya ibunya memanggil dari depan pintu kamarnya.

"Jena dicari teman tuh sudah nunggu di depan!!…." ucap ibunya.

"Sebentar Bu saya akan keluar." jawab Jena.

Lantas Jena keluar dari kamar terus menemui temannya yang ada di luar rumah duduk di kursi yang berada di warung.

"Lho bang Marco kok sudah kesini aku saja belum apa-apa mandi juga belum masih santai tadi." ucap Jena.

"Biasa kali kamu pasti penasaran aku bisa sampai disini tidak nanya kamu aku sudah mejawabnya sendiri." ucap Marco tersenyum.

Jena memang akan nanya itu namun Marco sudah menjawabnya sendiri jadi Jena mengurungkan niatnya itu.

"Ayo masuk ke dalam rumah bang biar enak ngobrolnya." kata Jena.

Lantas Jena dan Marco berjalan ke dalam rumah mereka duduk sambil cerita masalah di kantor tadi.

"Bicara yang lain dong." kata Marco.

"Contohnya apa?" tanya Jena.

"Terserah pokoknya jangan soal pekerjaan bikin pusing kepala." jawab Marco.

Lantas mereka membicarakan tentang masa kuliah Jena setelah diwisuda bulan yang lalu kelihatannya Marco suka mendengarkan Jena waktu kuliah.

Bersambung…..