Jena tertawa saat digoda Marco senyum sendiri seperti orang stres.
"Kau kira aku stres bang!!!…" kata Jena.
"Aku berpikir tadi masa istriku punya riwayat itu." kata Marco tersenyum.
"Sudah sana bang Marco ke tempatnya sana tidak selesai nanti pekerjaan aku gara-gara ada kamu." kata Jena.
"Tak kau usir sekalipun aku juga akan ke ruangan aku." jawab Marco sambil berjalan meninggalkan Jena.
Teman Jena yang baru masuk ruangan heran kenapa Marco keluar dari ruangan Jena tidak ngobrol dulu biasanya mereka ngobrol dulu, baru jam kerja mulai mereka terus meneruskan pekerjaan kantor.
Daripada penasaran Anto nanya Jena.
"Kenapa Marco tergesa-gesa ke tempatnya?" tanya Anto.
"Sengaja aku usir dia mengganggu kerjaku saja." ucap Jena.
"Oh….ya bukannya kamu senang kalau Marco disini." ucap Anto.
"Senang sih bang tapi sekarang pulang pergi ke kantor dia yang menjemput dan mengantar apa tidak bosan tuh." jawab Jena.
"Aneh diajak barengan kok bosan bagaimana kalau besok menjadi istrinya kalau bosan bisa gawat Marco pasti cari yang lain." kata Anto tertawa.
"Lain kalau sudah menjadi istrinya, bosan enakan dia dong pasti bang Marco cari yang lebih muda." jawab Jena.
Jena harus berpikir dua kali jika Marco sudah menjadi suaminya dia bosan enakan Marco beneran pasti dia cari yang lain, jangan sampai itu terjadi karena dia mengharap Marco jadi kekasihnya saja Jena sudah senang sebab Marco orangnya tidak begitu memperhatikan soal perempuan.
Anto memperhatikan Jena dia pasti memikirkan perkataannya kalau bosan dengan Marco pasti nantinya Marco mencari orang lain, sebab itu sudah kebiasaan orang-orang dewasa bosan dengan pasangannya mencari ganti yang lain.
Anto lalu menggoda Jena.
"Jena serius banget jangan dipikirkan omongan aku tadi hanya bercanda." kata Anto.
"Memang benar bang kalau aku bosan dengan bang Marco keenakan dia pasti bang Marco mencari gantimu." kata Jena kelihatan khawatir.
Lantas Jena kerja saja membaca brosur yang akan dia kunjungi besok di Jawa timur, Jena membaca tentang gunung Bromo ternyata tangganya menuju puncak Bromo sangat tinggi apantudak capek kalau aku besok naik kesana.
Sudah pasti capek namun orang-orang itu kelihatan senang menaiki tangga gunung Bromo.
"Bang Anto sudah pernah ke wisata gunung Bromo?" tanya Jena.
"Aku sudah pernah sebelum menaiki tangga Bromo aku mendaki bukit untuk melihat matahari terbit wah….sangat indah mataharinya kemerahan bulat jika dilihat terus mata seperti pedih." kata Anto.
"Lalu ke gunung Bromo bagaimana?" tanya Jena penasaran.
"Kalau itu akan menuju tangga saja jalan kaki bisa naik kuda juga bisa naiknya itu lho aduh….kaki rasanya pegel dan sakit banget." ucap Anto.
***
Mendengar penjelasan Anto kemudian Jena menyimpulkan bahwa wisata di gunung Bromo harus bagus fisiknya namun pasti kalau naik tangga itu sudah dipastikan kaki akan pegel dan sakit.
Aduh….kalau beneran kakiku sakit bakal tidak bisa masuk kerja, aku nanti punya solusi agar tidak sakit kakinya.
Jena kemudian mempelajari di sekitar gunung Bromo itu ada wisata apa lagi selain kedua tempat tadi.
Jena mencari lagi tempat wisata lain disekitar situ mungkin Minggu besok ada yang ingin wisata lainnya, Jena mencari brosur yan ada kaitannya dengan gunung Bromo itu.
Ternyata ada tapi jalannya sangat bahaya lalu Jena tidak jadi saja mempelajari tempat tersebut sebab Jena lihat jalannya licin sangat bahaya bagi pengunjung.
"Jena ayo istirahat waktunya jam makan siang ayo ke kantin dulu pekerjaan bisa di lanjutkan nanti." kata Tina.
Lalu Jena merapikan semua brosur itu lalu Jen berjalan dengan Tina menuju kantin, dilihat di ruang kerja Marco dia masih sibuk.
"Bang aku kesana dulu ya." ucap Jena.
Marco tersenyum sambil mengangguk, teman satu ruangan dengan Marco menggoda.
"Aduh yang baru mempunyai kekasih selalu senang hatinya dan sebentar lagi akan menjadi istrinya apa tidak bosan besok setiap hari ketemu itu-itu lagi baik di rumah dan dikantor." kata teman Marco yang satu ruangan.
Marco diledek temannya hanya tertawa saja.
"Tak tahulah tinggal besok kalau bosan ya mencari solusi yang tepat." ucap Marco tertawa.
Meskipun Marco pendiam namun dia juga berselera tinggi bila melihat wanita yang seksi dan kinclong, jadi teman satu ruangannya tidak heran lagi.
Namun kenapa Jena mau dan suka dengan Marco yang pendiam dan genit dengan wanita.
Mungkin Jena belum mengenal Marco kalau Marco suka genit dengan wanita yang dia tahu Marco orangnya pendiam dan baik hati.
"Sudahlah aku akan mengejar istriku di kantin." kata Marco terus berjalan ke kantin.
***
Sampai di kantin Marco lalu duduk dekat Jena dan memesan soto Betawi kesukaan Jena sebab Jena juga pesan itu.
"Bang ibu ingin tahu besok acara nikahannya di rumah aku apa di gedung dekat rumah aku?" tanya Jena.
"Sudah tak usah dipikirkan semua sudah di urus ibuku nanti kamu dan keluarga kamu tinggal berangkat di gedung dekat rumah kamu." jawab Marco.
"Jadi acaranya di gedung itu bang." ucap Jena.
"Benar sayang itu dekat rumah kamu biar nanti tidak terlalu jauh jika keluarga kamu akan ke gedung." ucap Marco.
Melihat Marco dan Jena asyik ngobrol kemudian Tina ikut bergabung dengan mereka.
"Ngomongin apa ini kelihatannya serius banget." kata Tina.
"Ini lho kak Tina sedang membicarakan tentang acara pernikahan kita memilih gedung dekat rumah aku." kata Jena.
"Kira-kira aku jadi panitia tidak?" tanya Tina.
"Pastilah kamu sama Anto aku suruh menjadi penerima tamu jadi orang kantor kalau perlu apa-apa kamu yang memberitahukan." kata Marco.
"Siplah….aku dan Anto kami akan selalu siap." ucap Tina.
"Silahkan dilanjutkan ngobrolnya aku mau makan pesanan aku." kata Tina terus meninggalkan mereka.
Sepertinya kak Tina senang melihat aku jadian dengan bang Marco apa mungkin bang Marco orang baik beneran atau memang bang Marco orangnya ingin segera mempunyai isteri tanpa pacaran.
Apa bang Marco sudah bosan pacaran yang akhirnya tidak sampai ke jenjang yang serius Jena tidak tahu, Jena hanya berharap semoga bang Marco setelah mendapat istri dirinya lebih baik dari sebelumnya.
Jena akan bertanya Marco kenapa tidak mau pacaran minta langsung menikah saja dia tidak enak hati, sebab takut menyinggung perasaan Marco jadi satu-satu jalan terbaik Jena diam saja.
"Jena ayo kembali ke tempat kerja aku perhatikan dari tadi kamu bengong seperti ada yang dipikirkan." kata Marco.
Jena hanya tersenyum tidak menjawab lalu Jena berdiri akan kembali ke tempat kerjanya diikuti oleh Marco, namun Marco berhenti sebentar untuk membayar makanan yang dipesan mereka berdua.
Selesai membayar makanan itu kemudian Marco dan Jena berjalan menuju tempat kerja mereka masing-masing, Jena sudah tenang sebab acara pernikahannya yang semua sudah diurus ibunya bang Marco.
Bersambung...