Chereads / Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 27 - Bhoma (Sitija)dan Yadnyawati Bag.IV

Chapter 27 - Bhoma (Sitija)dan Yadnyawati Bag.IV

Raden Sitija Menemani Sang Istri kearah Kaputren Kayangan Ekapratala.

"Sebetulnya, Kanda. Aku Merasa Kasihan Dengan Ibundanya Hita.Tapi Disatu Sisi Walaupun Aku Hanya Bisa Meluangkan Waktuku Bersama Hita Dan Kanda DiWaktu senja sampai menjelang Pagi Buta.Tapi Naluriku Sebagai Seorang Ibu Aku Tidak Mau Kehilangan Putriku.Walaupun Hita Bukan Putri kandungku.Tapi Aku dan Kanda Menyayangi Hita Seperti Darah Daging Kita Sendiri,Kan Kanda.Iya kan…?"Kata Sang Istri Dewi Yadnyawati sambil Bersandar Di Bahu Raden Sitija. Raden Sitija Tersenyum mengangguk Sambil Mengelus -elus Rambut Sang Istri.

"Aku Tahu Sejarahnya,Kenapa Hita Putri Kita Mereka Cari.Tapi Siapapun Yang Mau Mengganggu bahkan Melukai Putri Kita dan Anak-anak Kita.,Mereka Harus Berhadapan Denganku Sebagai Pemimpin Para Laskar Dewa Milik Keturunan Aditya.Sebagai Mahasenapati Bhumi Milik, Batara Wisnu,Batara Surya dan Batara Baruna.Kalau Perlu Aku Habisi Mereka Sampai Tanpa Sisa,Jika Tujuannya Mau Membuat Putri dan Anak -anak Kita Sengsara.Siapapun Yang Mau Merusak masadepan Putriku Dan Anak -anak Kita.Meski Dia Esok Adalah Suami dan Keluarga Putriku Dan Anak -anak Kita.Hita dan Anak-anak Manusia Adalah Nyawaku dan Nyawamu Dinda.Akan Aku Pantau Terus Putri dan Anak-anak Kita.Sampai Mereka Dewasa,Menikah dan Memberikan Cucu Untuk Kita Bagi Bumi.Dinda,Tidak Perlu Mengkhawatirkannya. Budaya Yang Membuat Manusia Menjadi Bejat Seperti Orang Debil(Bahasa Jawa :Mempunyai Pemikiran Melebihi Orang Idiot,Bodoh) Harus Dihilangkan.Apalagi Sampai Menghilangkan Nyawa Orang Lain dan Makhluk Lainnya Dengan Tujuan Yang Tidak Jelas.Dengan berbagai macam Dalih yang Debil -Debil ini Buat-buat,Seolah Dialah Sosok Pencipta Semesta.Seperti Demi Harta,Pangkat,Jabatan,Uang dan Kekayaan yang Bersumber Duniawi.Jika Tidak Ada Satupun Yang bisa menjadi panutan Buat Buah Hati, Kita.Cukup Kaum Kita Saja, Kaum Aditya, Ditya,Naga dan Para Matsya Yang Berada Disampingnya,Mendampinginya.Memberi Tauladan Yang terbaik Demi Masa Depan Putri Kita Dan Anak-Anak Kita,Anak-Anak Bhumi.Agar Tidak Tumbuh Menjadi Debil-Debil Goblog Biadab Seperti Mereka…!"kata Raden Sitija.

Dewi Yadnyawati Tersenyum melihat Semangat Suaminya.

"Tak Percuma Aku Memilihmu, Ngger.Memang Kau pantas Menjadi Mahasenapatiku Di Bhumi Putraku,Sitija…!"Jawab Suara Lain.

Lalu Ada Seekor Angsa Putih Besar Mendarat Tepat Di Hadapan Sepasang Suami Istri itu. Tiba-tiba Angsa itu Berubah Menjadi Sosok Lelaki Tampan Berusia Separuh Baya Berkulit Biru. Mengenakan Busana Kerajaan Jaman Dulu. Dia Adalah Batara Wisnu Salah satu Bagian Dari Trimurti. Batara yang Bertindak sebagai Pemelihara Bumi. Batara Bertangan Empat Masing -masing tangan Memegang Bunga Padma(Wijaya kusuma), Sankhya(Terompet Kulit Kerang) Panchajanya, Gadha Komodaki dan Cakra Sudarsana.

Melihat Sang Ayah Tiba -tiba Muncul dihadapannya Raden Sitija dan Dewi Yadnyawati Segera Bersimpuh Menyatukan Kedua Telapak tangannya sambil Menundukkan kepala. Sang Batara Tersenyum Kearah Putra dan Menantunya. Kemudian Memberikan Isyarat Untuk Mereka Berdiri. Kemudian Wujud Sang Ayah Menyerupai Sri Khrisna. Batara Wisnu Memegang Lengan Putra dan Menantunya. Lalu Merangkul Mereka Berdua. dan Mengajak Mereka Duduk Di Bangku Batu Kursi Kaputren Ekapratala.

"Aku Tidak salah Memilihmu, Ngger.Kau Mempunyai Sifat Penyayang Seperti Ibundamu. Kuat dan Tegas dalam Memelihara Alam Seperti Aku Kanjeng Ramamu…"Kata Batara Wisnu Tersenyum kearah Putranya.

"Kau Memiliki Kekuatan dan Ketangkasan, Kecepatan Tanpa Batas.Yang Dahulu Diberikan Kepadaku Oleh Sanghyang Wenang.Yang Ketika Itu Aku Tidak Bisa Mengendalikannya,Ngger.Menjadi Sosok Resi Waraha dan Resi Narasinga.Jika Tidak Ada Kanda Manikmaya Mungkin Aku Tidak Bisa Kembali Diantara Kalian.Kau Juga Pewaris Sanghyang Basuki,Kau Kuat Mengangkat Senjata yang Terbuat Dari Bagian Dua Taringnya yang Berupa Tombak Bernama Alugara dan Nenggala.Padahal Waktu Itu Sanghyang Basuki Menitis Kearah Prabu Baladewa,Uwakmu.Tapi Kau Tidak Pernah Merasa Adigang, Adigung dan Adiguna (Pepatah Bahasa Jawa:Sombong dalam Banyak Hal Tentang Keduniawian)Menjadi Sosok Yang Kuat Memang Harus Sepertimu Putraku. Tidak Harus Mengalahkan ,Tidak Harus Selalu Menakutkan ,Tidak Harus Selalu Ingin Menguasai ,Tidak harus Selalu Ingin Menghancurkan ,Membunuh,Mengintimidasi dalam Masalah Dunia demi kepentingan pribadi.Jadilah Sosok Pengayom (Teladan)Bagi Semua Makhluk Ciptaan Sang Pencipta.Jadilah Sosok Yang Disegani Daripada Sosok Yang Ditakuti. Berikanlah Sesuatu Yang Kecil Maknanya Bagimu Tapi Besar Artinya Bagi Makhluk Lainnya.Yaitu Melindungi yang lemah,Memberikan Hak-Haknya Pada Yang harusnya Memiliki.Membela Kepentingan Yang Benar, Tetap Berusaha Rendah Hati Pada Semua Makhluk Yang Memang Wajib Kita Kasihi dan Sayangi.Berlakulah Adil Pada Semua Makhluk Ciptaan Sang Pencipta Atau SangHyang Wenang.Tetap Tegakkan Hukum Alam Bagi Mereka yang Menyalahi Aturan Semesta.Walaupun Itu terlihat Sangat Mengerikan Bagi Mereka yang Menyalahinya."Jelas Sang Batara Wisnu Tersenyum Kearah Putranya.

"Pada Dasarnya Masalah Yang Angger(Putraku), Putraku Hadapi adalah sama Halnya dengan Sebuah Kejadian Di Era Hastinapura. Ketika Dipimpin Oleh Keponakanmu sendiri Prabu Parikesit, Ngger…?"Kata Batara Wisnu kepada Putranya.

"Angger Pernah Mengalahkan Dalang Pelaku Kejadian yang Mirip dengan Masalah Pembantaian Generasi Manusia.Kamu Ingat ,Ngger.Siapa dahulu Yang pernah Merasa Angger Bunuh,Waktu Angger Menolong Nyawa Uwak Kakrasana,Sashikirana,Arya Kaca,Jayasumpena dan Danurwendha…?"tanya Batara Wisnu.

"Keponakanku Sendiri,Kanjeng Rama.Senapati Wesi Aji Putra Bungsunya Adi Guritno(Gatotkaca),Tapi Apakah Sekarang Wesi Aji Juga Masih Hidup,Kanjeng Rama?, Hamba Masih Belum Faham Kejadian Sebenarnya.Ketika Kejadian Itu Hamba Baru saja Sampai Ke Bhumi.Hamba Mencari Keberadaan Kanjeng Rama,Uwak Kakrasana,Para Paman-paman dari Pandawa.Seluruh Kerajaan Dwarawati,Mandhura,Cedi,Magadha, Kalingga dan Kerajaan Yang Bersumber Dari Keturunan Eyang Yaddu Hancur tanpa sisa.hanya Tersisa Puing-puingnya.Hamba Segera Menuju Kearah Pringgodhani.Hamba Bertanya Pada Paman Prabakesha Tentang Apa yang Terjadi Pada Kerajaan Yang Kanjeng Rama Pimpin.Paman Prabakesha Menceritakan Semua Kejadiannya pada Hamba.Kemudian Hamba, Paman Pancatyana,Paman Anchakagra,Paman Yayahgriwa,Paman Maudara dan Paman Amisundha.Disuruh Bibi Ratu Arimbi Dan Kanjeng Ibu Kearah Karang Kadempel Guna Mengantarkan dan Menitipkan Beserta Menunggui Kelima Paman Belajar Kanuragan disana. Sebelum Uwak Kakrasana Meninggal. Memang Hamba Sempat Telusuri Mayat Wesi Aji. Tapi Hamba Tidak Menemukan Keberadaannya.Tapi Hamba Yakin Sampai sa'at Ini,Belum Ada sanggup Menghalau Kekuatan Pukulan Resi Waraha Yang Berada Di Kedua Tangan Hamba Kanjeng Rama…?"Tanya Raden Sitija.

"Alangkah Baiknya Jika Angger Selidiki dulu Siapa Pelakunya. Tapi Aku Merasa Ada Sosok Yang Lebih Kuat Dari Resi Waraha dan Narasinga yang Akan Menjadi Lawanmu Beserta Para Laskar Dewa lainnya…,Ngger. Berhati -hatilah Putraku …! "Jelas Batara Wisnu.

"Sendiko dawuh,Kanjeng Rama…"Jawab Raden Sitija sambil Menundukkan kepala seraya menyatukan Kedua Telapak Tangannya Kearah Ayahandanya.