Terletak Dibawah Hutan Yakamba terdapat Sebuah Kerajaan Yang Bernama Pringgondhani. Pringgondhani Sebuah Kerajaan Megah Modern Yang Dihuni Oleh Wangsa Ditya dan Denawa(Raksasa). Dipimpin Oleh Seorang Ratu Dari Kalangan Bangsa nya. Berwujud Perempuan Cantik dari kalangan Manusia,Bernama Ratu Dewi Arimbi. Mempunyai Seorang Rakrian Mahamantri( Perdana Menteri) Yang Juga menjadi Tangan kanannya dan Juga Adik Kandungnya, Sosok Berwujud Ditya, Bernama Rakrian Prabakesha. Kerajaan Metropolis disebuah Wilayah Dasar Bumi. Dengan Penduduk Terdiri Dari Dua Ras Raksasa Yaitu Denawa Dan Ditya.
Di Aula Kerajaan Puluhan Anikhadipati (Panglima perang)Bumi Dari Berbagai Wangsa (Bangsa)yang Hidup Di Dunia Pathala Berkumpul. Menunggu Kehadiran Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta dan Raden Sitija. Tampak Raja Muda Yang Bergelar Prabu Nagabaginda atau Raden Danurwendha Beserta Perdana Menteri yang Juga Sang Kakek, Dewa Naga Taksaka. Berasal Dari Kayangan Sapta Arga Dan Kerajaan Jangkarbumi. Empat Panglima Perang Dari Kerajaan Pringgodhani. Raden Sashikirana(Meganthara), Raden Arya Kaca, Raden Madusegara Dan Raden Jayasumpena. Raden Jayasusena Dari Kisiknarmada, Raden Wisanthara Dari Daksinageni, Dan Masih Banyak lagi. Tak lama Berselang Para Mahasenapati Jagad Raya dan Mahasenapati Bumi Mendarat dan Memasuki Ruangan Besar Tempat Pertemuan Semua Mahasenapati Bumi.
Di Pimpin Oleh Ratu Arimbi,Dewi Pratiwi dan Rakrian Mahamantri Prabakesha. Mereka Berkumpul Untuk Memecahkan Masalah yang Terjadi Di Dunia Atas.
"SUGENG RAWUH.MAHASENAPATI BUMI,SUGENG RAWUH MAHASENAPATI JAGAD RAYA…!"Seru Semua Yang berada Diruangan Balai Patemon(Bahasa Jawa:Aula Pertemuan) .Kearah Raden Sitija dan Kedua Sepupunya.
"Ngaturaken Sembah Matur Nuwun Sedoyo(Terima kasih banyak)Para Rakrian,Para Anikhadipati,Bibi Ratu Arimbi Dan Kanjeng Ibu…!,"Kata Raden Sitija Bersimpuh sambil Menyatukan kedua telapak tangan sambil menundukkan kepala kearah Ibunda dan Bibinya.
Lalu Sang Ibunda Dan Sang Bibi Tersenyum, kemudian Mereka Berdua Mengangkat Tubuh Raden Sitija.Dan mendudukkan Ponakan dan Putranya Kearah Kursi Balai.
"Masalah Yang Dihadapi Dunia Jalma Di Atas Sangat Serius.Ancaman Terhadap Kepunahan Mereka juga sudah Diujung tanduk.Sebab Semua Disebabkan oleh Ulah Mereka Sendiri dari Dunia Atas.Tapi Itu Tidak Hanya mengancam Mereka Sendiri,BuDewi (Ibu Pertiwi/Dewi Pratiwi)dan Putranya Mahasenapati Bumi Akan mengalami Hal yang Sama.Tugas Kita Juga Sangat Berat,Disatu Sisi Kita Harus Menyelamatkan Para Jalma,Tapi Dilain Sisi Kita Harus Mengikuti Permainan Mahasenopati Para Denawa Raden Wesi Aji,Guna Menghabisi Mereka.Mereka yang Menyembah dan Menghamba Kesesesatan pada Wesi Aji.Sebetulnya Ajian Wesi Aji Yang Dipakai Menyekap Maharesi Aswatama Adalah Gambaran Kekuatan Kecil.Tapi Untuk Mengoyak Atau Meleburnya Kita Harus Menggunakan tenaga yang sangat Besar.Kita Semua Para Anikhadipati Bumi Punya Kekuatan Untuk Menghancurkan Kekuatan Gelap Sayuta milik Wesi Aji.Nama Kekuatan Itu Adalah Narantaka.Tapi Kita Hanya Melepaskan Kekuatan itu Harus Pas mengenai,Pada Sesuatu yang Dituju.Dampak Samping Dari Narantaka Adalah Sangat Fatal Jika Mengenai Bumi,Bumi Bisa Hancur lebur Terkena Hempasan Narantaka.Begitu juga Seluruh Makhluk Hidup yang berada Didalamnya.Tak Terkecuali Wangsa Kita.Jalan Satu satunya Adalah Membuat Wesi Aji Bisa Bertarung Di Anjang-Anjang Kencana Dengan Mahasenapati Bumi, Raden Sitija.Tapi Nyawa Raden Sitija Sekarang Juga Terancam.Dengan Kita Menghabisi Sebagian Dari Jalma Yang Tidak Mengerti Aturan Alam ini.Dikarenakan Sebagian Kekuatan dan Nyawa Raden Sitija Ada pada Seluruh Bumi dan Isinya.Keputusan Yang Diambil Dari Seluruh Negara Pathala.Raden Sitija Untuk Sementara Harus menjalankan Tapa Brata Selama Tiga Bulan.Untuk Mengisi dan Mengalihkan Kekuatannya Pada Wangsa Kita.Karena Seluruh Wangsa Kita Tidak Pernah Mau Kehilangan Mahasenapati Kita.Sedangkan Seluruh Anikhadipati, Ksatria Prajurit Negara Di Wilayah Pathala akan Mengemban dan Menyelesaikan Tugas Raden Sitija Yang sudah Berada Ditangan Wangsa Jalma yang Kita Percaya...!" Jelas Rakrian Mahamantri Prabakesha.
"SENDIKO DAWUH,SINUWUN RAKRIAN…!"Seru Semua Ksatria yang Berada Di Balai Patemon.
Sementara Di Waktu yang Hampir Bersamaan.Resi Hanoman, Raden Antasena dan Raden Srenggini Menuju kearah Lubang Hitam Lautan Kosmik. Mereka Bertiga Masuk ke kedalaman Lubang Hitam dengan terbang Melesat Seperti Roket. Sesampainya Ditempat Yang Dimaksud Mereka Bertiga Segera Berhenti dengan Terbang dengan posisi Berdiri Mengambang Di Udara.
"HALOO…PAKDHEEEEE…PAKDHEEEE…,HOOOOIIII…MASAK PAKDHE BUDEG(Bahasa jawa:Tuli)SEKARANG…!,"Seru Raden Antasena cengengesan sambil Melambaikan tangan Kearah Sebuah Kepala Raksasa Sebesar Planet di depannya.
"WADUOOHHHH…MAHASENAPATI JAGAD…!!"Kata Sanghyang Rahu. Tiba -tiba Ada Tangan Raksasa Menepuk Dan Mengusap Jidatnya.
"ADA APA,NGGER…!"Tanya Sanghyang Rahu pada Raden Antasena.
"Pakdhe…,Lebih Baik Jangan Bikin Ulah sama Para Aditya.Dimana Paman Aswatama…!!?"Kata Raden Srenggini kearah Sanghyang Rahu.
"AKU NDAK TAHU,NGGER.SUMPAH,NGGER…!"Kata Sanghyang Rahu kearah Mereka Bertiga.
"Kalau Tidak Mau Ngaku, Aku Cari Diatas Gundhulmu Loh Pakdhe,Boleh…Pakdhe…!?"tanya Raden Srenggini.
"IYA…,IYA…CARI SAMPAI KETEMU…,NDAK PAPA…!"Kata Sanghyang Rahu dengan Suara Gemetar Ketakutan.
Raden Srenggini segera terbang melesat kearah Kepala Raksasa Sebesar Planet Sanghyang Rahu.
"Bu Guru Bilang,Kalau Bohong…Diapakan Hayooo…!"Tanya Raden Antasena.
"DI EMUT KAYAK PERMEN SAMA EMBAH KAKUNGMU…,HANOMAN.WADDUOOHHH…,JANGAN TOH, NGGER.RAKYATKU BISA HUJAN AIR LIUR, SAMA KENA LONGSORAN JIGONGNYA MBAH KAKUNGMU.WADUOOOHH BIYUNG…TOBAT AKU,NGGER…!"Kata Sanghyang Rahu Ketakutan sampai Nangis mewek.
Sambil terus Mengusap Jidat dan Air matanya. Tiba Tiba Ada Suara Keras DiKepala Sanghyang Rahu.
"DIAMPUT…!,"Teriakan Suara Raden Srenggini terdengar Lantang Membahana Di atas Arcapada.
"BLETAAAAKK…TAKKK…TAKKK…!"
"WADUOOOOHHH…SAKIT,KEPALAKU…!"Seru Sanghyang Rahu tapi Tangannya Takut Memegang Kepalanya.
Tak Berselang Lama Raden Srenggini Kembali Kearah Raden Antasena.
"Loh…Kamu Apakan,Pakdhemu Rahu…Kok Sampe Menjerit Kesakitan Gitu?" Tanya Eyangnya Resi Hanoman kearah Raden Srenggini.
"Katanya Tadi Rencananya Suruh Njitak.Iya…,Tak Jitak Gundhulnya…!"Kata Raden Srenggini polos Kearah Kakeknya. Membuat Mereka Berdua Tertawa Terpingkal -pingkal.
"Iya…iya…iya…iya…!"Kata Raden Antasena manggut -manggut sambil Tersenyum melihat Ulah Adiknya.
"WADUH,NGGER.AMPUN…SAKIT INI KEPALAKU LANGSUNG PUYENG…!"Seru Sanghyang Rahu Meringis Sambil Tangan Kanan Raksasanya Menggaruk -garuk Kepalanya.
"Kalau Puyengnya Manusia keliatan Bintang Muter-muter sama Burung Pipit.Lah…Kalo Pakdhe Keliatan Burung Pterodactyl nya Muter-muter dikepalanya.Ha…Ha…Ha…!"Kata Raden Antasena Tertawa Terpingkal -pingkal sambil menunjuk kearah Sanghyang Rahu.
Raden Srenggini dan Resi Hanoman Juga Tambah Tertawa terpingkal -pingkal.
"Pertanyaan Terakhir ,Pakdhe.Dimana Sekarang Kita Bisa menemui Mahasenapatimu.Juga Ponakanku,Wesi Aji…?"tanya Raden Antasena lagi.
"SUMPAH,NGGER. DEMI JAGAD DEWA BATARA AKU NDAK TAHU …! "Sergah Sanghyang Rahu tambah ketakutan.
"MBAH KAKUNG…!"Seru Raden Antasena kearah Eyang Kakungnya.
Resi Hanoman Segera Bertriwikrama Menjadi Kera Raksasa 70 kali lipat Melebihi Besarnya Tubuh dan Kepala Sanghyang Rahu.
"Mbah kakungku Sudah Bertapa lama…Loh,Pakdhe.Puasa Sudah sering,Loh…iya…,EMUT MBAH KAKUNG KAYAK PERMEN LOLLYPOP…!"Kata Raden Antasena menunjuk Sanghyang Rahu.
Resi Hanoman Segera Mengambil dan Mencengkeram Tubuh Sanghyang Rahu Kemudian Menjilati Kepalanya.Kayak Menjilati Ice Cream. Lalu Memasukkan Kepala Sanghyang Rahu dan Separuh Badannya Kedalam Mulutnya.
"WADUOOOHHH…AMPUNNNN,NGGEERRR…HLERBBBB…SLURRRPPP…,AMPURNNNBLERRPP…!,"Teriak Sanghyang Rahu.
Kontan Membuat Raden Antasena dan Raden Srenggini Tertawa Terpingkal -pingkal.
"ENAK,MBAH KAKUNG. EMUT SAMPAI TIPIS JUGA NDAK PAPA.Ha…Ha…Ha…!"Teriak Raden Antasena Kearah Resi Hanoman.
Resi Hanoman mengangguk -anggukkan kepalanya.
Sanghyang Rahu Yang Teriak -teriak Tidak Dihiraukan Oleh Mereka.
"SUDAH…SUDAH.Ha…Ha…Ha…Kasihan Aku,Ngger…!"Tiba tiba Resi Hanoman Melepaskan Sanghyang Rahu Yang Basah Kuyup Sudah Mandi Air Liurnya. Kemudian Tubuhnya Perlahan Kembali Mengecil.
"AMPUUNNN,NGGER.SUDAH DIBILANG AKU NDAK TAHU…!,"Kata Sanghyang Rahu tersengal -sengal sambil Mengusap Mukanya Yang Basah kena Air Liur Kental Resi Mayangkara (Hanoman).
Raden Antasena dan Raden Srenggini Semakin Menjadi -jadi Tertawa Terpingkal -pingkalnya.
"Iya…iya…iya…,Kali ini Aku Percaya sama, Pakdhe.Tapi Ingat Kalau Pakdhe Macam-macam lagi,Biar Diemut sampai Tipis Sama Embah Kakungku,Iya… Pakdhe…!"Kata Raden Antasena Tersenyum sambil Cekikikan.
"IYA, NGGER.PAKDHE JANJI…!"Jawab Sanghyang Rahu Memelas kearah Mahasenapati Jagad.
"Ayoo…Kita Balik…!"Kata Resi Hanoman Kearah Mahasenapati Jagad Raya yang Juga Cucunya.
Raden Antasena dan Raden Srenggini Menundukkan Kepala Kearah Sanghyang Rahu. Kemudian Mereka Bertiga Kembali Terbang Melesat Secepat Kilat Dan Mengeluarkan Suara Dentuman Seperti Meriam.