Raden Sitija yang Masih Berada Diruangan Bersama Ibunda,Bibi,Paman,Sepupu dan keponakannya.
"Lalu Paman Prabakesha,Bagaimana Bisa Wesi Aji Melancarkan Pemberontakannya Di Hastinapura…?"Tanya Raden Sitija.
"Untuk Pertanyaan, Uwak Sitija.Biar Hamba yang Menjawabnya,Eyang Prabakesha…"jawab Cucu Keponakannya Prabu Nagabaginda (Danurwendha).
"Peristiwa Itu Diawali Mirip Dengan yang Uwak Hadapi Sekarang.Banyak Remaja Putri dan Anak Kecil Dari Kalangan Wangsa Jalma Di Wilayah Hastinapura Diculik oleh Kawanan Begal(Perampok).Yang Anggotanya Kala itu Bukan hanya Dari Lelaki Wangsa Jalma saja.Tapi Juga Para Denawa.Mereka yang Wanita Tidak hanya Dijadikan Budak Nafsu Para Begal itu,Uwak Sitija.Tapi Juga Akhirnya Dibuat Persembahan Kearah Batari Durga dan Batara Kala.Berikut dengan Anak -anak Kecil tak Berdosa. Bahkan Seusia Bayipun,Mereka tega Jadikan Persembahan.Di waktu Yang sama Juga Sebelum Uwak Sitija Datang Menolong Kita. Di Hastinapura Juga Diguncang Prahara Terbunuhnya Adi Parikesit Oleh Eyangku Taksaka. Tapi Kejadian Itu Tidak Berkaitan Satu dengan lainnya. Hanya Masalah Dendam Pribadi Eyangku Dengan Keturunan Pandawa Yang Berasal dari Jalma. Dendam Pribadi Eyangku Taksaka Terbentuk Karena Kesalah Pahaman Kanjeng Ramaku Raden Antareja Yang Memilih Bela pati Di Kurusetra. Menurut Eyangku Karena Permintaan Kanjeng Ramamu,Uwak. Eyang Prabu Khrisna Yang Sejatinya Tidak Menghargai Niat Baik Wangsa Naga yang Akan Membantu Perang BharataYudha di Kurusetra. Dengan Menyuruh Kanjeng Ramaku Menghindari atau Menjauhi Segala Urusan Yang menyangkut Pandawa. Karena Sejatinya Kanjeng Ramaku Sebelum Pergi kearah Kurusetra. Kanjeng Ramaku Bersumpah Wangsa Naga Akan Memenangkan Pertempuran Di Kurusetra atau Kanjeng Ramaku Belapati Jika Tidak Diijinkan Membelah Kepentingan Ayahandanya(Raden Werkudara).Padahal Niat Eyang Khrisna adalah Bermaksud baik. Karena Sejatinya juga Eyang Khrisna Takut Jika Posisi Raja Di Hastinapura tidak Ada Yang Mengisi. Karena Akan Ada Suatu Bencana Besar Yang akan Menimpa Paman Pancawala dan Paman Pancakumara Kelak. Dan Kanjeng Ramaku Diharapkan Bisa Menjadi Bagian di Hastinapura. Sambil Menunggu Adi Parikesit Dewasa dan Siap memimpin Hastinapura.Tapi Sa'at Itu Eyangku Taksaka Tidak Mau Tahu Alasan Apapun yang Diberikan Kanjeng Ramamu,Uwak Sitija.Eyangku. malah Mengutuk Seluruh Pandawa. Karena Dianggap Tidak Becus Menjaga Putra-putranya. Eyangku Pun Bersumpah,Jika Ada Keturunan Pandawa Yang Berani Melecehkan Wangsa Ular dan Naga. Eyangku Taksaka Akan Membunuhnya Dan Itu Terjawab. Ketika Adi Parikesit tanpa sengaja mengalungkan Bangkai Ular Kearah Seorang Resi. Resi Itu Bernama Resi Begawan Samiti. Ayah Dari Resi Srenggi Yang Terkenal Pemarah. Awal mula Kejadian Itu Ketika Adi Parikesit Sedang Berburu Disebuah Hutan. Adi Parikesit Melihat Kijang Besar …,Karena Mungkin Hari Na'asnya.Panah yang dilontarkan Adi Parikesit tidak bisa Mengenai Kijang Itu. Akhirnya tetap dengan susah payah Adi Parikesit tetap mengejarnya. Adi Parikesit pun kelelahan dan berhenti sebuah Gubug tua dipinggir Hutan. Yang ternyata adalah Tempat Pertapaan Resi Begawan Samiti. Adi Parikesit pun menanyakan Kearah Mana Buruannya ke Begawan Samiti Yang Pada Waktu Itu Sedang Bersemadi.Begawan Samiti Yang Diam Akhirnya Membuat Adi Parikesit Jengkel.Adi Parikesit Juga Memaki -maki Sang Begawan Karena Tidak mau menjawab Pertanyaannya. Adi Parikesit Memanah Seekor Ular yang Berada Persis Dihadapannya. Dan Bangkai Ular Itu Dikalungkan Kearah Begawan Samiti yang Sedang Bersemadi. Ternyata Kelakuan Adi Parikesit Dilihat Oleh Salah Satu Nayaka (Murid) Sang Begawan. Sang Nayaka Yang Bernama Kresa Melaporkan Ulah Adi Parikesit Kearah Sang Putra Begawan Yaitu Resi Srenggi. Resi Srenggi Pun Marah Dan Sang Resi Tidak Terima Dengan Perlakuan Adi Parikesit Yang Dianggap Semena -mena. Hingga Resi Srenggi mengutuk Adi Parikesit Dalam Tujuh Hari Setelah Kejadian Itu. Adi Parikesit Akan Dibunuh Oleh Seekor Naga.Dan Kutukan itu didengar Oleh Eyangku Taksaka.Dan Eyangku Taksaka Memenuhi Sumpahnya. Ketika Terbangun Dari Semadinya Begawan Samiti Menyesal Dengan Ulah Sang Putra. Begawan Samiti Kesal Karena Ulah Sang Putra Resi Srenggi Yang Dianggap Sembrono. Karena Raja yang Dikutuknya Adalah Seorang Raja yang Bijaksana. Akhirnya Sang Begawan Menyusul Kearah Hastinapura. Guna Memberitahukan Kepada Adi Parikesit Agar Berhati -hati dan Waspada. Serta Meminta Ma'af Atas Perbuatannya dan Perbuatan Putranya. Dan Sang Begawan Berjanji Akan Membebaskan Kutukan Sang Putra Kepada Adi Parikesit. Tapi Adi Parikesit Yang Juga Merasa Bersalah Akan Perbuatannya Hanya Memilih Dirinya Berlindung Dengan Pengamanan Ketat Dari Pasukannya. Dan Tiba Hari Dimana Eyang Taksaka Melaksanakan Sumpah Putra Sang Begawan Samiti. Eyang Taksaka Malih Rupa Menjadi Seekor Ulat Dan Masuk Kedalam Jambu Yang Dibeli Oleh Juru Masak Istana Hastinapura. Karena Buah Jambu Adalah Kesukaan Adi Parikesit. Eyang Taksaka Bisa Melewati Penjagaan Ketat Dari Puluhan Penjaga. Dan Akhirnya Sampai Di mana Adi Parikesit Berlindung. Seketika Itulah Eyangku Taksaka Langsung Menyemburkan Upas Anta (Kekuatan Wangsa Naga Berupa Ludah Bisa )Kearah Adi Parikesit. Adi Parikesit Meninggal Dengan Jasad Yang Hangus Terbakar Dan Sebagian Tubuhnya Menjadi Abu. Eyang ku Taksaka yang Bisa Melarikan Diri Dari Hastinapura. Tapi Tidak Dengan Hukuman Di Sapta Arga. Eyang Anantaboga Murka Atas Kelakuan Eyang Taksaka (Adik Kandung Anantaboga).Kemudian Mengurungnya Di Bawah Penjara Pathala Jangkar Bumi. Karena Dendam Yang Membabi Buta.Padahal Eyangku Taksaka Tahu Kalau Semua Cucu-cucunya Sedang Menghalau Kekacauan. Dengan Membantu Salah Satu Cucunya (Prabu Parikesit)yang Ditimbulkan Oleh Cucunya yang Lain(Raden Wesi Aji). Malah Eyangku Taksaka Dituduh Oleh Eyang Anantaboga Tega Membunuh Cucu yang Mau Mengharapkan Bantuannya.Eyangku Taksaka Akhirnya Menyesali Perbuatan yang Ia lakukan. Akhirnya Harapan Itu Hanya Menunggu Uwak Sitija. Eyang Kakrasana yang Kembali Berwujud Eyang Basuki. Akhirnya Mau kembali Menjadi Sosok Eyang Kakrasana Kembali. Untuk Melawan Adi Wesi Aji yang Terlampau Kuat Buat Kami. Hamba Danurwendha, Eyang Kakrasana,Adi Sashikirana, Adi Arya Kaca Dan Adi Jayasumpena Dibuat Berkali -kali Terjungkal Beserta Muntah Darah dalam Adu Kanuragan dengan Adi Wesi Aji ,Uwak Sitija.Tapi Eyang Kakrasana Bilang 'Tahan, Ngger. Aku Yakin Sebentar Lagi Keajaiban Itu Akan Datang …!',Eyang Kakrasana Dengan Kami Melawan Adi Wesi Aji Habis Habisan. Sampai Tenaga Kami yang Sudah Hampir Terkuras. Hanya Bisa Melihat Eyang Kakrasana yang Terluka Sangat Parah Tetap Baku Pukulan Dengan Adi Wesi Aji. Akhirnya Ketika Eyang Kakrasana Sudah Diambang Ajal. Kami Hanya Bisa Memohon Agar Adi Wesi Aji Tidak Menghabisinya. Dan Uwak Sitija Menyelamatkan Kami. Tapi Kita Tetap Kehilangan Uwak Kakrasana dengan Wujud Jalmanya,Kan Uwak Sitija."Cerita Sang Keponakan Prabu Nagabaginda (Raden Danurwendha).
"Nakmas Sitija,Dan Semua yang Berada disini Hamba Meminta Ma'af Yang Sebesar-besarnya.Hamba Menyesali Perbuatan Hamba."ujar Rakrian Mahamantri Taksaka Bersimpuh kearah Semuanya.
"Itu Semua Sudah Berlalu,Paman Taksaka.Tidak Perlu Lagi Paman Meminta Ma'af.Biar Itu Menjadi Pelajaran Bagi Kita. Sekarang Yang Terpenting Kita Tetap Bersama,Paman."Jawab Raden Sitija Sambil Mengangkat Tubuh Pamannya.
"Jadi Pemimpin Begal Atau Para Perampok Itu Adalah Nakmas Wesi Aji …? " Sambung Raden Sitija Bertanya Kearah Prabu Nagabaginda.
Prabu Nagabaginda Pun Menganggukkan Kepala kearah Uwaknya.
"Semua Dendam Itu Terbentuk Kearah Kanjeng Ramamu,Uwak.Uwak Sitija Pernah Membunuh Dua Kakang Kembar Uwak Yang Bernama Prabu Narakasura dan MahaSenapati Mahasenopati Prahasta.Atau yang Lebih Dikenal Dengan Nama Bhomabomantara Palsu ? "Tanya Balik Prabu Nagabaginda.
"Iya,Ngger…!"jawab Raden Sitija.
"Nah…, Bhomabomantara Yang Asli Adalah Yang Meniru Fisik Uwak. Dia Adalah Putra Dari Batara Kala Dan Dewi Gedhe Pramuni (Batari Durga) .Anak Dari Hubungan Intim Antara Sosok Ibunda dan Putranya.Sosok Asura Ditya Yang Dibunuh Oleh Titisan Batara Wisnu,Yaitu Eyang Khrisna Dan Titisan Eyang Budewi(Dewi Pratiwi/Dewi Pertiwi),Eyang Putri Satyabhama.Mereka Adalah Ibundamu Uwak Sitija.Suami Istri yang Masing-masing Mempunyai Dua Raga Satu Nyawa.Apakah Uwak Tahu…?"Tanya Prabu Nagabaginda kearah Uwaknya.
Raden Sitijapun Tersenyum kearah Ibundanya. Senyuman Raden Sitija Dibalas dengan Senyuman Sang Ibunda Tercinta. Lalu Raden Sitija Mengangguk Kearah Keponakannya.
"Di Ekapratala Aku memang Seolah Adalah Putra Pertama Bagi Kanjeng Ramaku.Tapi Di Dwarawati Aku Adalah Adik dari Kanda Partajumena(Pradjumna),Adik Dari Raden SaranaDewa.Iya Memang…Aku adalah Putra Nomor Dua. Sulung Kembar dari Adikku Dewi Sundari Ibunda Satyabhama. Aku Adalah Kakang dan Kakang Mbok Raden Setyaka."Kata Raden Sitija Tersenyum.
"Kami Sudah Menyadarinya …,Dari Dulu,Ngger…!"Kata Rakrian Mahamantri Prabakesha Dan Semua sambil Menyatukan Kedua telapak tangannya kearah Raden Sitija.
"Jadi Seperti ini, Ngger.Nakmas Danurwendha...Sebenarnya Aku Raden Sitija punya Nama belakang Lagi Yaitu Subawono(Subhanu).Nama Itu Kusandang Ketika Aku Belum Dibawa Oleh Kanjeng Ramaku Narendra Dwarawati, Sri Khrisna Kearah Eyangku Batara Ekawarna.Eyang Dari Bangsa Manusiaku adalah Prabu Setyajit.Aku Mempunyai Kakang Yang Bernama Raden Bambang Arya Aribawono,Sulung dari Ibunda Setyabhama.Adik Kembarku Bernama Dewi Setya Sundari Savitri,Raden Bambang Setyaka SwarBawono,Kami Sebelas Bersaudara dari Kanjeng Ibundaku.Istri Ketiga Dari Prabu Narayana. Setelah Kanjeng Ibu Jembawati Yaitu Kanjeng Ibunda Satyabhama.Saudaraku Berjumlah Tujuh puluh Sembilan Orang Semua Berjumlah Delapan Puluh.Jadi Aku Gugusan Putra Prabu Narayana dari Delapan Permaisuri Utama Dwarawati Yang disebut dengan Gugusan Asthabarya.Dimulai Dari Kanjeng Ibunda Rukmini,Kanjeng Ibunda Jembawati,Kanjeng Ibundaku Satyabhama,Kanjeng Ibunda Kalindi,Kanjeng Ibunda Mitrawindha,Kanjeng Ibunda Nagnajiti,Kanjeng Ibunda BadraRohini(Badra Madrim),Kanjeng Ibunda Leksana.Menurut Kanjeng Ramaku Batara Wisnu Sebetulnya Ada Tiga Sosok Yadawa Terakhir,Salah Satunya Adalah Aku,Adik Kembarku Dewi Sundari dan Raden Karyadesna Atau Lebih Dikenal dengan Raden SaranaDewa Putra Dari Kanjeng Ibunda Rukmini.Kakangku Saranadewa Berwujud Raksasa (Ditya),Raden Saranadewa Sampai Sekarang masih Berada Di Karang Kadempel,Menjadi Cantrik(Guru) Pembantu Batara Ismaya Atau Ki Lurah Semar Badranaya…"jawab Raden Sitija Tersenyum Sambil Menundukkan kepala seraya menyatukan Kedua Telapak Tangannya.