Kisiknarmada sebuah KotaRaja Kerajaan maju di
Pathala Laut diantara Muara.Dihuni oleh Banyak ikan, Hewan melata yang bisa hidup di dua alam Beserta Hewan air lainnya. Mereka Hidup Berdampingan jutaan Wangsa Matsya (Siluman Ikan ).Wangsa yang dipimpin oleh seorang Dewa yang bernama Batara Baruna.Batara Baruna mempunyai Seorang Perdana Menteri sekaligus Juga Sang Adik yaitu Batara Rekatatama. Meski Sebuah Negara yang tidak tersinari oleh Matahari.Tapi menjadi Kota indah nan mempesona Di Kedalaman Laut.Sekarang disana sedang kedatangan tamu khusus yaitu Batara Brahma. Batara berwujud Kakek tua tapi masih berbadan tegap. Batara berkepala empat Sekaligus bertangan empat. Disetiap tangannya memegang benda. Tangan kanan pertamanya memegang Japamala,Tangan kanan kedua memegang bunga Teratai, Tangan kiri pertama memegang Kendil dan Tangan Kiri yang keempat memegang gulungan Kitab.Batara yang dijuluki juga Sang Agni memasuki Kisiknarmada menaiki tunggangannya yang berupa Angsa sakti.
Angsa sakti yang bernama Hamsa Awatara. Mereka berdua memasuki kayangan Kisiknarmada. Dengan disambut ribuan Yaksa Dewa Kuwera disetiap pintu -pintu Istananya. Setelah tiba di pintu utama Seorang Batara yang mempunyai capit kepiting di punggungnya menyambutnya. Dia adalah Batara Rekatatama adik dari Sanghyang Baruna.
"Sugeng Rawuh Kanda Brahma..."sapa Sanghyang Rekatatama.Batara Rekatatama Memberikan Hormat Kepada Batara Brahma.
"Matur Sembah Nuwun(Bahasa Jawa:Terimakasih Banyak) ,Adi Rekatatama."jawab Muka sebelah kiri Sang Batara Brahma.
"Apakah, Cucuku. Raden Wisanggeni Sering menemui Eyang Barunanya...?"Tanya Batara Brahma kearah Batara Rekatatama.
"OHHH…Cah bagus…Dia sering kemari, Kanda Brahma…"Jawab SangHyang Rekatatama tersenyum sambil mempersilahkan masuk SangHyang Brahma kearah Istana Kisiknarmada.
"Beberapa bulan yang lalu, Dia memintaku untuk menyelamatkan Cucu Kita yang lainnya..."
"Oh...Iya…Kanda.Maksudnya Putra dari Kanda Wisnu Dengan Dewi Pertiwi,Yang berwujud Sri Khrisna Dan Dewi Satyabhama...?"sambung SangHyang Rekatatama.
"Iya...Adi Rekatatama.Dia bernama Raden Sitija...?"
"Silahkan Kanda Menunggu sebentar, Mungkin Kanda Baruna sebentar lagi akan menuju kemari..."Jawab Sang Hyang Rekatatama Mempersilakan Sang Hyang Brahma.
Batara Brahma pun menganggukkan kepalanya sambil duduk di kursi Senopati di sebelah Singgasana Sang Hyang Baruna.
Tidak lama kemudian terlihat sosok Dewa lain muncul berperawakan setengah baya.Tapi Kulit tubuhnya bersisik Merah seperti Ikan. Dengan membawa jaring yang berupa senjatanya yang bernama Barunastra. Dia adalah Dewa penguasa air yang bernama Sanghyang Baruna,Kakek dari Raden Antasena.
"Sugeng Rawuh, Kanda Brahma..."sapa Sanghyang Baruna pada Batara Brahma.
"Aku diminta Kemari oleh Cucuku, Yang tentunya juga Cucumu juga,Adi Baruna.Raden Wisanggeni…? "Jelas Sang Hyang Brahma.
"Ohhhh...Bocah bagus.Hha...Hha...Hha...,Iya…iya…,Kanda..."kata Sanghyang Baruna sambil Tertawa.
"Mari Kanda Brahma...,Ikutlah Denganku...!"Ajak SangHyang Baruna merangkul pundak Sang Hyang Brahma menuju ke suatu tempat Seperti ada sebuah gunung di dasar Laut.
"Apakah Kanda sudah siap...?"Tanya SangHyang Baruna kearah Batara Brahma.
Batara Brahma menjawab dengan menganggukkan kepala.
"Sebentar lagi…,Kanda.Kita akan melihat Raden Sitija akan mengarah ke tempat ini,Kanda… "Jelas Sang Hyang Baruna kepada Sang Hyang Brahma.
Sang Hyang Baruna segera Melepaskan Jaring Barunastra Yang diselempangkan Dipundaknya.Sang Hyang Baruna Lalu memutar jaring Barunastra pelan.Tiba tiba terjadi Pusaran air di putaran -putaran Jaring Barunastra.Sang Hyang Baruna semakin memutar Kencang Jaringnya. Sehingga Tercipta Pusaran Air. Pusaran Air Yang Perlahan -lahan bertambah Lebar dan melebar.Pusaran Air Bentukan Ayunan Senjata Barunastra semakin membesar.Dan semakin Tambah Membesar. Sementara dari langit terlihat gumpalan Awan hitam yang menyelimuti langit.Batara indra dengan menunggangi Kuda bernama Uchaissrawa yang melihat pusaran Air segera berlari mengitarinya. Batara Indra menghantamkan petir kearahnya berkali -kali. Sehingga tercipta Badai diatas Pusaran air Raksasa. Batara Guru memecah dirinya menjadi Rudra yang menari -nari sambil menjulurkan lidahnya. Sehingga tercipta angin Topan disekeliling Pusaran.Batara Baruna menghantamkan pukulan nya kearah langit sehingga terjadi hujan dan Badai. Batara Brahma segera duduk bersila sambil membaca mantra. Tiba -tiba dari atas pusaran Air raksasa itu muncul sebuah Lubang hitam. Lubang Hitam Yang bisa menyedot apa saja yang berada tak jauh dari dekatnya.Semua. pohon --pohon tertarik kearah atas tersedot di dalamnya. Batara Wisnu yang juga melihatnya berubah menjadi sosok Raksasa yang bernama Brahala sewu.
Brahala sewu mengeluarkan Cakra Sudarsana.Dalam Wujud besar Triwikramanya.Sang Wisnu melemparkan Senjata Cakrasudarsana tepat diatas lubang itu. Dengan kekuatannya Brahala sewu menekan Lubang itu menuju pusaran Raksasa. Ketika Batara Wisnu menarik Cakranya Lubang hitam itu. Seketika Lubang Hitam Itu menyatu dengan Pusaran air Raksasa.Dan didalamnya terdapat kilat dan guntur. Langit semakin gelap,Suara guntur Menggelegar.Hujan badai dan Pancaran -pancaran Kilat membahana mengelilingi pusaran Raksasa yang berada di laut sekitar Kisiknarmada.
Sementara itu tak jauh dari tempat itu. Pertarungan sengit yang masih berlangsung antara Raden Sitija dan Prabu Narakasura. Pukulan -pukulan Mereka setiap mengenai bagian tubuh masing -masing seperti bunyi Dentuman-dentuman Meriam. Pakaian yang Mereka kenakan pun sampai compang-camping.Badan Mereka kelihatan sangat lusuh. Pertarungan Mereka yang membawa kerusakan besar disetiap tempat yang dilewati.Kadang Prabu Narakasura hampir kewalahan ketika Raden Sitija menggunakan Ajian amblas buminya. Tapi SangPrabu akhirnya bisa keluar dari seretan Raden Sitija. Dengan menghempaskan Kakinya dan membanting tubuh Raden Sitija kearah permukaan. Raden Sitija yang melihat badai pusaran Raksasa segera terbang menghampiri Prabu Narakasura.Dengan mengejarnya dari arah belakang. Ketika sampai di tengah ujung badai pusaran. Prabu Narakasura memberikan tanda kepada Raden Sitija Agar berhenti terlebih dulu.
"TUNGGU...HAI...BOMANARAKASURA...!"Seru Prabu Narakasuta Kepada Raden Sitija.
Raden Sitija menghentikan pengejarannya.
"AKU SEBETULNYA DAN KAKANGKU,HANYALAH ALAT DARI PERMAINAN INI...!!"
"APA MAKSUDMU HAI ,NARAKASURA.BUKANKAH KAU YANG MEMULAI INI SEMUAA...!!"Teriak Raden Sitija kearah Prabu Narakasura.
"APA KAU TAHU SIAPA YANG KAU BUNUH ITU...,DIA BUKAN BOMABOMANTARAA.HAI BHOMANARAKASURA...,DIA KAKANGKU YANG BERNAMA PRAHASTA.DIA SATU RAHIM DENGANKUUU,SITIJAAA...ATAU SIAPAPUN NAMAMU...AKU DAN KAKANGKU DIPERALAT OLEH BOMABOMANTARAA.AKU TAHU KALAU SEMUANYA AKAN BERAKHIR SEPERTI INI...!!"setelah berkata Prabu Narakasura menerkam Raden Sitija.
Mereka Bergumul memasuki dalam pusaran Raksasa. Seketika Prabu Narakasura melepaskan tangannya. Raden Sitija yang geram segera meraih leher Prabu Narakasura. Tampak dalam pandangan Prabu Narakasura kekuatan besar yang akan menghabisinya dibelakang Raden Sitija. Tersembul bayangan raksasa berpakaian Resi Berwajah Babi hutan mengaum mengepalkan tangan dan matanya yang berwarna merah meniru apa yang dilakukan oleh Raden Sitija.Prabu Narakasura memejamkan matanya sambil tersenyum dan menyatukan kedua telapak tangannya.Seketika pukulan Raden Sitija menghancurkan Tubuh Sang Prabu. Potongan tubuh Prabu Narakasura dan seluruh darah nya terseret dalam lingkaran hitam. Raden Sitija yang berusaha lepas. Akhirnya juga Ia juga tersedot kedalam lubang hitam itu. Seketika itu juga pusaran Raksasa itu perlahan lahan berhenti.Langit yang semula kelam menjadi cerah kembali. Selang berapa lama muncul Sosok Manusia.Sosok yang memakai Pakaian serba hitam mengenakan penutup wajah terbang mengambang pelan mendekati bekas pusaran itu.Ketika melepaskan penutup Wajahnya. Wajah itu adalah Raden Sitija.Dia tertawa terbahak -bahak seperti senang telah tersalurkan dendamnya.
..........................
Batara Brahma yang selesai menunaikan tugasnya berpamitan kepada Batara Baruna dan Batara Rekatatama.
"Aku harus kembali…, Adi Baruna...!"
"Hha...Hha...Hha...Kenapa harus buru-buru, Kanda Brahma.Bukankah Kita baru bertemu...?"
"Ada sesuatu yang harus Kuselesaikan dengan para Batara lainnya.Adi Baruna."jawab Batara Brahma Sambil menyatukan kedua telapak tangannya kearah Batara Baruna.
"Jika itu kehendak, Kanda.Aku mohon ma'af atas kelakuan yang ditimbulkan Cah Bagus cucuku.Hha...hha...hha...!"kata Batara Baruna sambil tertawa dan menggandeng Batara Brahma menuju pintu Istana Kayangan Kisiknarmada.
"Cucumu adalah juga Cucuku juga, Adi Baruna..."jawab Batara Brahma.
"Silahkan, Kanda.Hamsa Sudah Terlihat...!"Tandas Sang Hyang Baruna sambil Menunjuk dengan melebarkan semua jarinya kearah tunggangan Batara Brahma.Awatara Hamsa yang sudah mendarat di halaman istana.
"Terima kasih Adi Baruna Dan Adi Rekatatama…"jawab Batara Brahma sambil menyatukan kedua telapak tangannya sembari menundukkan Kepalanya.
Kemudian Kedua Batara Kakak Beradik itu membalas dengan hormat yang sama. Sang Hyang Brahma menaiki tungganganya Awatara Hamsa. Seketika Hamsa mengepakkan sayapnya meninggalkan kedalaman Pathala Kisiknarmada.
"Aku melihat Prabu Bhomabomantara mendekati pusaran pusara Prabu Narakasura dan Nakmas Raden Sitija,Kanda...?"Tanya Batara Rekatatama pada Sang Hyang Baruna.
"Biarkan saja,Adi Rekatatama.Itu sudah bukan menjadi urusan Kita."jawab Batara Baruna sambil tersenyum dan memegang pundak Adik Kandungnya Batara Rekatatama.
"Biarkan Kanda Wisnu yang menanganinya nanti dalam wujudnya sebagai Narendra Dwarawati..."
"Apakah Keempat Cah Bagus Akan segera menuju kesini, Kanda...?"
"Sudah tentu, Adi.Mereka cucu kebanggaan Kita.Ha...Ha...Ha...!"jawab Batara Baruna Seraya Tertawa mengajak masuk kedalam istana.
Batara Baruna sambil memegangi pundak Adiknya.Batara Rekatatama hanya tersenyum melihat kegembiraan Kakaknya. Mereka berdua duduk di Singgasananya masing -masing.
"Bagaimana juga nantinya nasib Raden Sitija,Kanda...?"
"Untuk sementara Raden Sitija aman berada disana,
Adi.Sampai Suatu hari nanti,Raden Sitija akan menjalani tugas yang lebih besar.Tugas yang lebih berat dibandingkan yang Cucu -cucu Kita Sekarang lakukan hari ini. Karena memang seorang Ksatria Dewa harus diberikan tantangan Atau Medan.Agar Mereka terlatih menghadapi bahaya-bahaya.Walaupun itu butuh pengorbanan yang tidakbisa dianggap Dan dilihat dengan sebelah mata."
"Lalu Nasib Raden Sitija Bagaimana,Kanda Baruna…?"
"Suatu hari nanti,Raden Sitija akan menjadi penyambung lidah Resi Abiyasa,Adi.Raden Sitija mungkin sekarang berada ditempat antah berantah. Dan hanya Sanghyang Rama Wenang dan Kanda Brahma yang mengetahuinya.Raden Sitija akan menyebarkan cerita dengan membantu para pujangga di suatu tempat. Yang nanti Tempat Itu bernama Jawadwipa.Dan sekitaran Pulau yang dinamakan pulau Dewata.Akhirnya cerita keberadaan kita akan dikenal oleh Anak beserta cucu mereka.Seluruh tempat yang nanti oleh para Dewa dinamakan NUSWANTARA...,Adi Rekatatama."
Sang Hyang Rekatatama bersedekap sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
"Lalu sebagai Apa Kanda,Raden Sitija disana?"
SangHyang Baruna tersenyum kepada Adiknya
"Bisa menjadi Seorang Resi muda atau bahkan Weisya juga bisa seorang Sudra.Suatu sa'at nanti Raden Sitija akan berusaha menghilangkan sifat Ksatrianya.Hanya untuk beberapa ribu tahun.Kecuali dalam keadaan tertentu."