Chereads / Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 21 - Sang Prabu Narakasura

Chapter 21 - Sang Prabu Narakasura

Di Singgasana Prajatista duduk termenung seorang Raja yang kehilangan segalanya.Dengan Gada besar penuh duri bersandar di balik Kursi Singgasananya. Malam kian temaram, Dengan Raut Muka penuh murka Sang Prabu mencoba tetap tenang. Tampak dari kejauhan Seorang Pemuda membawa Tiga Kepala manusia.Tiga Kepala yang masih segar dengan darah menetes di setiap lantai. Sang Pemuda Menenteng Ketiga Kepala pada genggaman tangan kirinya.Dengan Membawa Tombak prajurit di tangan kanannya. Sang Pemuda melangkah menuju kearah Sang Prabu.Sang Pemuda melemparkan Kepala -kepala itu dibawah kaki Sang Prabu.

"Hha...Hha...Hha...,Ternyata hanya Seorang Bocah ingusan. Yang bisa membantai semua Pasukan Prajatista.Dan membunuh Kakangku Bhomabomantara.Siapa namamu, Ngger.APA KAU PUAS DENGAN INI SEMUA...!?"Seru Sang Prabu Sambil Menunjukkan Jarinya Kearah Muka Sang Pemuda.

"Narakasura...,Namaku adalah Sitija.Putra Dari Satyabhama (Dewi Pertiwi/Pratiwi)dan Sri Khrisna.Aku tahu, Kau dan Bhomabomantara merencanakan sesuatu yang buruk pada kerajaan Dwarawati.Beserta seluruh kayangan..."Kata Sang Pemuda Yang tak Lain Adalah Raden Sitija.

"Berarti Kau adalah Adikku...?"Tanya Sang Prabu

Narakasura sambil menoleh pada Raden Sitija.

Raden Sitija Menjawab Pertanyaan Sang Prabu Dengan menganggukkan Kepalanya.

"Jadi Kau yang selama ini digembar-gemborkan sebagai Raja baru itu,Yang mempunyai Gabungan namaku dan nama Kakangku.Jadi Kau Sang Bhomanarakasura itu...?"

"Aku bukan Raja, Narakasura.Aku tidak akan mau hidup seperti dirimu...!"Jawab Raden Sitija Kepada Sang Prabu.

"Baiklah,HEIII…SITIJA ATAU BHOMANARAKASURA. JIKA SUDAH KAU DITAKDIRKAN UNTUK MEMBUNUHKU.AYOOO...LAKUKANLAH,TAPI AKU TIDAK AKAN MENYERAH PADAMU. SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISANKU...!"setelah berkata lalu Prabu Narakasura Turun dari Singgasananya.

Sang Prabu memasang kuda -kuda dengan membawa Senjata Gadanya. Raden Sitija juga melakukan hal yang sama.Prabu Narakasura Menyerang Raden Sitija dengan kekuatan yang diluar perkiraan.Sang Prabu berhasil mematahkan tombak yang dipakai sebagai senjata oleh Raden Sitija. Pukulan Gada dilancarkan bertubi -tubi kearah tubuh Sitija.Hingga.Membuat tubuh Raden Sitija terpental dan terpelanting kearah belakang. Tubuh Raden Sitija sampai berguling -guling di tanah. Tapi untungnya Baju Nappakawaca yang melindunginya bisa tidak membuat Raden Sitija terluka.

"Hanya begitu saja ternyata kemampuanmu.HEIII BHOMANARAKASURA...!!"Seru Prabu Narakasura Kepada Raden Sitija.

"KAU TIDAK TAHU, SIAPA AKU SEBENARNYA.HEII…NARAKASURA.KAU HANYA SEORANG RAJA BODOH YANG BESAR MULUT...!"jawab Raden Sitija, Lalu Raden Sitija terbang Dengan Posisi Berdiri mengambang di Angkasa.

"AYOOO…KALAU KAU BENAR -BENAR MERASA HEBAT. AKU TANTANG ENGKAU,KITA BERTARUNG DI ANGKASA...!"sambung Raden Sitija sambil melesat sampai diatas langit Kemudian Menunggu Sang Prabu Narakasura diatas langit.

"HA...HA...HA...,BAIKLAH BHOMANARAKASURA.JIKA ITU MAUMU.HA...HA...HA..."Sahut Prabu Narakasura Kepada Raden Sitija.

Sang Prabu pun melesat terbang kearah Raden Sitija. Pukulan Raden Sitija pun segera melayang dengan cepat kearah perut Sang Prabu. Terdengar bunyi ledakan -ledakan bersaut sautan seperti suara Meriam. Ketika mereka saling beradu Pukulan Bahkan tendangan. Terkadang Raden Sitija terpelanting kearah daratan, begitu pun Sang Prabu Narakasura.

Mereka Bertarung Sampai memakan waktu berhari -hari. Mereka berdua Tidak hanya bertempur diatas Langit, didalam gunung melewati berbagai lautan dan daratan.Kekuatan Mereka seperti tidak ada habisnya. Semua tempat yang Mereka lewati menjadi hancur berantakan.Tak perduli Kota kerajaan atau desa maupun hutan belantara. Terkena dampak dari saling terpentalnya Tubuh karena pukulan -pukulan Mereka Berdua.

Sementara itu di benteng istana Trajutrisna. Masih berkumpul Para Pasukan dari berbagai negara sekutu Dwarawati. Terlihat diantara Mereka Sang Narendra Dwarawati dengan muka cemas menanti kedatangan Sang Putra. Sampai Seorang hulubalang Dwarawati menghampiri Sri khrisna sambil bersimpuh dan menyatukan kedua telapak tangannya kepada Sang Narendra.

"Ampun Sinuwun,Para Rombongan Pasukan dari Kerajaan Daksinageni, Jangkarbumi, Kisiknarmada dan Pringgondani.Mereka sudah memasuki wilayah Trajutrisna. "

"Apakah Paman melihat Putraku, Raden Sitija.Apakah Putraku Berada juga diantara Mereka,Paman...?"Tanya Prabu Khrisna sambil memapah berdiri Sang Hulubalang.

"Kakang Sitija masih bertempur dengan Prabu Narakasura,Uwak Narayana...!"terdengar Suara dari kejauhan dari atas langit.

Yang ternyata adalah Raden Guritno sambil menghormat dan menundukkan Kepalanya kearah Sri khrisna.

"Apakah Kakangmu berhasil membunuh Prabu Bomabomantara,Ngger Tetuka ?"tanya Sri khrisna kepada Keponakannya.

Raden Guritno Menjawab dengan menggelengkan Kepalanya.

"Prabu Bhomabomantara tidak ada disana, Uwak...!"Jawab Raden Guritno Kepada Sang Uwak.

"Lalu…Siapa, Ngger.Yang berhasil Kakangmu bunuh...?"Tanya Sang Narendra Dwarawati Cemas Ingin Mengetahui Keadaan Putranya.

"Mahasenopati Prahasta kembaran Prabu Narakasura.Yang memang titisan dari Prabu Hirakanyaksipu, Uwak Khrisna...!"suara Raden Wisanggeni menimpali. Raden Wisanggeni sambil terbang dengan posisi berdiri mengambang mendekati Sri khrisna dan Raden Guritno.

Raden Wisanggeni Mendarat Kearah Uwak nya Dengan Melandai Pelan Menapak Tanah.

"Besok Kita semua harus kembali,Uwak.Aku, Wisangkhanta,Kakang Antasena, Kakang Atmaja dan Kakang Srenggini akan membahas masalah ini Di Trajutrisna.Aku sudah berbicara kepada Kanjeng Ramaku,Uwak Khrisna."sambung Raden Wisanggeni sambil menundukkan kepala.

Dan berlalu dengan terbang kembali Dengan posisi berdiri dan mengambang sembari mendekati pasukannya.

"Ngger...,Apakah Kakangmu akan datang...?"tanya Sri Khrisna pada Raden Wisanggeni.

"Aku tidak bisa memastikannya, Uwak Khrisna.Aku baru sampai menuju tempat Eyang Brahma.Agar bisa meminta Eyang Baruna.Untuk menciptakan pusaran badai air Raksasa.Yang diisi oleh lubang hitam lautan Kosmik.Lubang Hitam yang terhubung dengan loncatan sebuah ruang menuju Bagian dari Alang-alang Kumitir (Antariksa). Lubang Hitam itulah yang dinamakan Anjang -anjang Kencana atau Langit Tanpa Batas. Hanya itu Cara untuk mengalahkan Prabu Narakasura. Karena jika dibiarkan, Kakang Sitija akan diseret ke Alang -alang Kumitir oleh Prabu Narakasura. Dan jika hal itu sampai terjadi, Maka secara tidak langsung tidak hanya Kakang Sitija saja yang akan mati.Tapi Uwak Putri Satyabhama Beserta Bumi, dan semua kayangan akan musnah. Eyang Brahma bilang.Seandainya Kakang Sitija tidak bisa membunuh Prabu Narakasura diatas pusaran air Raksasa itu. Maka secara tidak langsung Kakang Sitija juga akan terperosok kedalamnya.Jadi kesempatan Kakang Sitija itu sangat tipis.Jikalau Kakang Sitija bisa lolos atau keluar dari anjang -anjang kencana.Itu membutuhkan Duapuluh Yuga umur bumi Atau Bisa Lebih,Uwak.Ma'afkan Aku, Uwak Khrisna Aku harus mengatakan Ini Kepadamu."Jelas Raden Wisanggeni Kepada Uwaknya.

"Jagad Dewa Batara...,Ngger.Putraku,Apa yang harus Aku bilang pada Kanjeng Ibumu,Ngger..."kata Sri Khrisna terduduk bersimpuh sambil tak kuasa menahan sedihnya.

........

Pagi itu para pasukan Dwarawati, Mandura,Wirata,Jangkarbumi,Kisiknarmada,Daksinageni dan Pringgondani bersiap melakukan perjalanan kembali.Mereka berkumpul di halaman istana Trajutrisna.Semua Raja dan Ksatria termasuk Para Pandawa berkumpul bersama Putra -putra Mereka.Ketika sebagian Dari Mereka Akan membubarkan diri. Hanya tinggal Prabu Baladewa bersama Raden Wisata, Raden Wilmuka, Prabu Khrisna dengan Raden Arya gunadewa dan Para Pandawa. Juga berikut Para Putranya Raden Wisanggeni, Raden Wisangkantha, Raden Antasena, Raden Guritno dan Raden Srenggini.

"Apakah Adi Sitija berhasil membunuh keduanya.Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura,Adi Wisanggeni …?"tanya Raden Wisata pada Raden Wisanggeni.

Raden Wisanggeni menjawab Dengan menggelengkan Kepalanya.

"Lalu...?"

"Kakang Wisata dan Kakang Gunadewa,Aku mau bertanya Kalian Berdua.Apakah Kakang Berdua Masih ingat Waktu penyerangan yang Kita lakukan.Penyerangan Kita Waktu Kearah perbatasan Giyantipura…?"tanya Raden Guritno Kepada Kedua Kakak Sepupunya.

"Iya …,Adi.Ada apa...?"Raden Wisata kembali bertanya Kepada Adik Sepupunya.

"Kakang mengingat sebelum Leher Kakang dan Leher Kakang Gunadewa Dipatahkan oleh Prabu Bhomabomantara...?"

Raden Wisata dan Raden Gunadewa bersedekap sambil mengangguk.

"Bagaimana Rupa Prabu Bhomabomantara yang asli, Apakah Kakang berdua tidak lupa…?"tanya Raden Wisanggeni kepada kedua sepupunya.

"Tidak...,Aku tidak lupa karena pada sa'at itu aku tertegun dan terkesima Melihat Wajah Asli Prabu Bomabomantara. Prabu Bhomabomantara yang membunuh Kami berdua.Dia Mempunyai kemiripan Wajah Dan Bentuk Perawakannya dengan Adi Sitija.Mereka seperti pinang yang terbelah menjadi dua..."Jawab Raden Arya Gunadewa.

"Akhirnya Uwak dan Paman -paman disini tahu.Jika Prabu Bhomabomantara yang asli putra dari Prabu Kalayuwana dan Dewi Pramuni.Juga berwajah sama Mirip dengan Kakang Sitija...?"kata Raden Wisanggeni.

Seketika Semua Yang Berada Di Ruangan itu menjadi riuh.

"Lalu Siapa yang dibunuh di Surateleng,Ngger.Bukankah Dia juga Prabu Bhomabomantara...?"tanya Raden Janaka keheranan pada putranya Raden Wisanggeni.

"DIA PUTRAKUUU…!"tiba -tiba ada Suara Wanita di tengah tengah Mereka. Yang ternyata adalah Dewi Pratiwi(Dewi Satyabhama Dalam Wujud Batarinya).

"Bibi Satyabhama…?!"seru Raden Wisata kepada Sang Bibi.

"KALAU TAHU BAHWA KEJADIANNYA BAKAL SEPERTI INI,AKU TIDAK AKAN MENGIJINKAN PUTRA KESAYANGANKU. IKUT DALAM RENCANAMU,KANDAAA...!"teriak Dewi Pratiwi menudingkan jari Telunjuknya kearah Suaminya.

"Ma'afkan, Aku Dinda..."jawab Sang Narendra Dwarawati menghiba pada Istrinya.

"Kau mengorbankan Sitijaku guna kepentinganmu. Dan Kau membunuh Sitijaku...,Putramu Darah Dagingmu Sendiri.Putra Dari Seorang Narendra Dwarawati…!"mata Sang Dewi berkaca -kaca.

Sri Khrisna berusaha menenangkan Istrinya.Tapi Dewi Pratiwi yang kehabisan kesabaran berusaha meronta dari dekapan suaminya.

"Aku tahu ini akan terjadi...,Dinda.Ma'afkan Aku…"

"Kau membunuh darah dagingmu sendiri.KAU PEMBUNUHH...!"kata Dewi Pratiwi sambil terisak -isak dalam dekapan Suaminya.

"Uwak Khrisna,Tenangkan Uwak Putri Satyabhama dulu."kata Raden Wisanggeni Pada Uwaknya.

Sang Narendra Dwarawati segera mengajak Istrinya.Dewi Pratiwi yang masih menangis terisak berlalu dari semua yang berada disitu.

"Apakah benar yang dikatakan Kanjeng Ibunda Satyabhama itu, Adi?"Tanya Raden Arya Gunadewa.

"Iya, Ngger...!"jawab Prabu Baladewa.

"Dahulu kala, Waktu Asura Bernama Hiranyaksa mau menenggelamkan Bumi di lautan Kosmik.Batara Wisnu yang meminta pada Adi Pratiwi.Untuk merelakan Rahimnya.Diisi oleh Ruh dari Hiranyaksa.Kemudian selang beberapa bulan giliran Ruh dari Hiraknyaksipu.Sang Kakang Dari Prabu Hiranyaksa. Karena pengendalian diri Batara Wisnu goyah oleh bentuk Triwikramanya. Menjadi Awatara Resi Waraha dan Resi Narasinga.Batara Wisnu Akhirnya Memutuskan Bahwa Ruh Kedua Asura Itu.Dimasukkan Dalam Satu Rahim Yang Sama."sambung Prabu Baladewa kepada semuanya.

"Adi Pratiwi menderita Kala itu.Dia dengan Kandungannya harus berjuang Sendirian.Melahirkan Putra Kembar yaitu Narakasura dan Prahasta.Tapi Kelahiran Mereka berdua ditentang oleh Batara Ekawarna, Ayah dari Adi Pratiwi.Karena Batara Ekawarna tahu kalau putrinya hanya dijadikan alat oleh Batara Wisnu.Maka diam-diam Batara Ekawarna menyuruh seorang Yaksa untuk membuang Mereka.Hingga ditemukan oleh Kakekmu Eyang Basudewa dan Eyang Ugrasena.Karena sa'at itu Eyangmu Dewi Mahendra belum mempunyai putra. Seperti Aku dan Ayahandamu dari Eyangmu Dewi Dewaki.Setelah kejadian itu Batara Wisnu pun berjanji kepada Batara ekawarna.Batara Wisnu akan menikahi Putrinya Kembali.Karena Batara Wisnu menyesal terhadap Apa yang dilakukannya pada Sang Putri.Dan akhirnya setelah Batara Wisnu menjadi Awatara lain. Yaitu Uwak, Ayahandamu dan Paman kalian Sri Khrisna.Batara Wisnu memenuhi janjinya Dengan Menikahi Bibimu Dewi Satyabhama, Putri Dari Eyangmu Prabu Setyajit Yang Juga Awatara Dari Dewi Pratiwi…"Jelas Prabu Baladewa kembali.

"Memang, Ada Sebuah kabar. Jika Adi Prahasta ketika dinobatkan menjadi Raja.Juga bergelar Prabu Bhomabomantara.Sedangkan Setahuku juga,Bomabomantara yang asli.Itu seumuran Sitija dan Wisata.Dan ada juga Slentingan Dia ini menyukai kecantikan para Apsari.Karena tujuannya yang tak pernah tersampai.Dia mencari dan membunuh banyak Raja yang mempunyai putri -putri jelita.Dan menjadikan Putri-putri dari raja-raja itu selirnya..."Kata Sang Prabu Baladewa.

"Tapi, Uwak Kakrasana.Bhomabomantara ini pernah melakukan tapa brata di daerah sekitar Ekapratala...?"Tanya Raden Guritno Kepada Uwaknya.

"Ada kemungkinan besar, Prabu Bhomabomantara pernah melihat kecantikan Kakang Mbok Yadnyawati."Gumam Raden Arya Gunadewa.

"Iya…?"Kata Raden Wisanggeni.

"Dia terpedaya oleh kecantikan Dewi Urwasi dan Dewi Yadnyawati.Sedangkan sekarang Dewi Yadnyawati adalah istri dari Kakang Sitija..."Jawab Raden Samba Kepada Mereka.

Sri Khrisna kembali di tengah tengah Pertemuan.Dan Sang Narendra meminta ma'af dengan menghormat.