Chereads / Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir) / Chapter 19 - Neraka di Tunggurana

Chapter 19 - Neraka di Tunggurana

Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.Baik manusia,Bangsa Raksasa Ditya,Bangsa Siluman ular,Siluman air dan Para Penunggang Naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para ayah mereka.Yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna.

"Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi Sosok Ksatria Untuk mendampingi kalian, Ngger? "kata Sri Khrisna pada Putra dan Para keponakannya.

" Kalau boleh Hamba meminta Adi Prabakusuma dan Adi Wilugangga.Untuk ikut dijajaran depan bersama Kami,Kanjeng Rama...?"kata Raden Sitija Kepada Sang Ayahanda.

"Kami disini, Kakang...!"terdengar Suara bersamaan di Barisan Pasukan Pemanah.

Terlihat Dua Ksatria keluar dari Barisan Pemanah.Dua Ksatria tampan berbadan sedang.Berselempang banyak busur di wadahnya.Dia adalah Raden Prabakusuma dan Raden Wilugangga putra Raden Janaka dari Dua orang apsari bernama Dewi Supraba dan Dewi Wilutama.

"Apakah Adi bisa menaiki Burung itu..?"kata Raden Guritno Sambil menunjuk kearah dua ekor Burung Elang Raksasa,Yang tak lain adalah Garuda Paksi Wildata dan Garuda Paksi Wilmuna.

"Bisa,Kakang Atmaja...!"Seru Mereka Bersamaan.

"Baiklah,Kalau begitu Kita akan segera berangkat...!"sambung Raden Sitija Sambil menaiki Kuda.

"Ayo, Adi.Kalian Pasang tali kekangnya...!"Pinta Raden Guritno Kepada Kedua Adik Sepupunya.

Sambil memberikan Tali kekang Paksi Wildata dan Paksi Wilmuna pada Raden Prabakusuma dan Raden Wilugangga. Raden Prabakusuma Beserta Raden Wilugangga menerima Tali Kekang Dari Sang Kakak.Kemudian Mereka Berdua mendekati Paksi Wildata dan Garuda Paksi Wilmuna.Raden Prabakusuma Membagikan salah satu Tali kekangnya pada Sang Adik, Raden Wilugangga. Paksi Wildata dan Paksi Wilmuna pun seolah mengerti. Kedua Burung Raksasa itu mengangguk -anggukkan kepalanya,Sambil mengeluarkan suara seperti burung tekurkur. Setelah memasangkan tali kekang Kepada Kedua Paksi. Raden Prabakusuma dan Raden Wilugangga mengelus leher Sang burung lalu menaikinya.

"Tunggu,Ngger Sitija. Apakah Kau mau membawa ini...!"terdengar Suara yang tak asing dari kejauhan. Lalu ada suatu lemparan tombak melayang dan segera ditangkap oleh Raden Sitija.

Raden Sitija tersenyum melihat tombak itu.Padahal Hanya Tombak Jenis Tombak Prajurit Biasa.

"Terimakasih, Uwak Kakrasana.Apakah Uwak tidak keberatan.Jika tombak kesayangan, Uwak.Hamba bawa.Tapi selesai ini akan Hamba kembalikan...!"Kata Raden Sitija kearah Pasukan Tombak. Ternyata yang melempar tombak itu adalah Prabu Baladewa.

"Tidak usah,Ngger.Aku memberikannya Untukmu. Walaupun Tombak itu senjata biasa.Tapi jika yang memegangnya adalah Orang yang luar biasa.Pasti akan menjadi sesuatu yang sangat mematikan.Aku tahu, Ngger.Kau menyukai permainan Tombak,Jadi bawalah ...!"Kata Prabu Baladewa Kepada Keponakannya.

Raden Sitija menyatukan kedua telapak tangannya. Diikuti oleh Raden Prabakusuma sembari menundukkan kepalanya.Lalu serempak Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Wisangkhanta Juga mengikuti.Kecuali Raden Wisanggeni, Raden Antasena dan Raden Srenggini yang hanya menundukkan kepalanya saja . Setelah berpamitan Mereka pun bergegas menuju perbatasan Tunggurana.Mereka akan menghadang Pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara. Raden Prabakusuma dan Raden Wilugangga menghentakkan sedikit Tali kekang Wilmuna dan Wildata. Kemudian kedua burung itu mengeluarkan suara melengking,mengepak -epakkan sayapnya dan terbang mengambang diudara.Diikuti oleh Raden Wisanggeni,Raden Wisangkhanta,Raden Guritno,Raden Antasena,dan Raden Srenggini.Mereka Segera meninggalkan Istana Trajutrisna.Yang terakhir adalah Raden Antareja dan Raden Sitija.Setelah berpamitan Raden Antareja tenggelam di dalam tanah.Raden Sitija Memimpin Pasukan Pringgodhani dan Pasukan Prabu Arimbaji.Raden Sitija Menyusul Mereka dengan Berjalan Dari Arah Belakang.

............

Pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara sudah menunggu diperbatasan. pasukan mereka yang tak kalah jumlahnya walaupun hanya diisi oleh para Raksasa dan manusia. Raden Wisanggeni yang sampai lebih dulu lalu menghampiri Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara dengan terbang mengambang di depan pasukan nya

"We...Lah...Dalah,Ternyata Hanya Bocah-bocah ingusan yang akan melawanku.Hha...Hha...Hha...!"kata Prabu Bomabomantara Kepada Rombongan Raden Sitija.

Prabu Bhomabomantara dan Prabu Narakasura adalah Manusia setengah Raksasa. Dengan tinggi dua kali lipat manusia biasa.Tinggi Mereka hampir menyerupai tinggi Raden Werkudara. Mereka berdua tertawa terbahak bahak.

"Siapa namamu, Cah Bagus?...Mungkin kalau Kau kalah nanti.Biar Kau menjadi santapan Hewan -hewan Buas Peliharaanku.Hha...Hha...Hha...Hha..."sambung Prabu Narakasura sambil Tertawa terbahak-bahak.

"Namaku Wisanggeni.Aku Adalah Putra Dresanala. Cucu dari Batara Brahma.Sebentar lagi Aku yakin,Omongan Begundal macam Kalian akan berbalik mengenai Kalian Sendiri.HEI...PRABU BHOMABOMANTARA DAN KAU PRABU NARAKASUARA...!"kata Raden Wisanggeni Sambil tersenyum mengejek dengan memukul mukul dadanya.

"BANGSAAATTTT...,KAU BOCAH TENGIK INGUSAANNN.KAU TIDAK TAHU, KAU BERHADAPAN DENGAN SIAPAAA...?!!"Bentak Prabu Narakasura Kepada Raden Wisanggeni.

"Aku tahu Siapa Kau, Heii…Narakasura.Kau hanya seorang Raja picik yang cabul.Dan Kau juga, Kau tak lebih dari ketiak, Si CABUL INI...!"jawab Raden Wisanggeni sambil menudingkan jari telunjuknya kearah muka Prabu Narakasura.

"Biarkan Aku berbicara kepada pasukanmu dulu. Sebelum Kalian benar -benar akan terbunuh...!"Kata Raden Wisanggeni Kepada Kedua Raja Itu. Dengan Senyuman Mengejek Kepada Mereka Berdua.

"BIADAB,KAU BOCAH LAKNAT...TAK TAHU DIUNTUNG...!"Prabu Bhomabomantara langsung naik pitam, mendengar Cemo'oh Raden Wisanggeni.

Dengan cepat Prabu Bhomabomantara melompat kearah Raden Wisanggeni. Raden Wisanggeni tetap bermuka tenang tanpa menghindar. Tiba -tiba…

"BLARRR...!!"

Terdengar suara ledakan dahsyat yang hampir menggetarkan Bumi.Tubuh Prabu Bomabomantara Terpelanting dan terpental kearah belakang.Tubuh Sang Prabu menggelinding Berjumpalitan dan berguling -guling di tanah.Ketika bangun Mulut Prabu Bhomabomantara memuntahkan darah Hitam Kental.

"Cuma hanya begitu saja kemampuanmu,Kau tahu. Aku hanya menyentil sedikit saja di bagian tubuhmu..."kata Raden Wisanggeni Tersenyum Mengejek kepada Musuhnya.

Kemudian Raden Wisanggeni terbang diatas langit dan berhenti dengan posisi berdiri Serta mengambang diatas Angkasa.

"HEI...,DENGARKAN PASUKAN PRAJATISTA DAN SURATELENG. KALIAN TIDAK TAHU,KALIAN BERURUSAN DENGAN SIAPA.KAMI LEBIH MENGHARGAI PARA PENGECUT YANG MEMASANG BENDERA PUTIH GUNA MENYERAH.DAN KEMBALI KE KELUARGANYA.DARIPADA PARA PENGKHIANAT YANG LARI DI MEDAN LAGA.DISINI,TIDAK ADA TEMPAT BAGI PENGKHIANAT.BAHKAN TIDAK ADA TEMPAT BAGI MEREKA DI SWARGALOKA.JIKA KALIAN MAU BERTEMPUR.BELA KEPENTINGAN NEGARA KALIAN. WALAUPUN ITU CUMA ADA SATU PILIHAN.MAJU KALIAN MATI MUNDUR KALIAN TETAP MATI...!"suara Raden Wisanggeni Menggelegar diatas langit.

Seketika langit menjadi gelap tertutup awan hitam dan petir menyambar -nyambar.Bunyi guntur menggelegar bersahut -sahutan.Mengiringi akhir dari kata Raden Wisanggeni.Diiringi jutaan pasukan Naga terbang mengelilingi Angkasa.Menambah Suasana Di Perbatasan Tunggurana yang sangat semakin mencekam. Para Naga itu mengaum -Ngaumdi udara. Suaranya sampai terdengar sampai ke daratan. Dimana para Pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara berpijak. Raden Wisanggeni menatap dengan pandangan angkuh Dan Tersenyum Sinis kearah pasukan lawan yang akan dihadapinya.

Tiba -tiba hampir seperempat pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara menanggalkan Senjata mereka. Mereka balik ke pulang tanpa memperdulikan Rekan Mereka. Tetapi ketika ada satu yang menghalangi langkah Pasukan yang kembali.Salah satu dari para Naga itu langsung menyemburkan api.Hingga tubuh Sang Penghalang itu hancur menjadi abu.

Raden Sitija, Raden Guritno bersama Raden Prabakusuma yang berada didepan Pasukan Pringgondani dan bekas Pasukan Prabu Arimbaji menyerukan serangan kearah Pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bhomabomantara.

"AYYYOOOO...,PASUKAN PRABU ARIMBAJI…SA'ATNYA BALAS DENDAM KALIANN,SERANG DAN HANCURKAN MEREKAAA...!"Seru Mahasenopati Anchakagra.

Seketika Pasukan Raksasa Prabu Arimbaji Yang kebanyakan bersenjatakan Kapak Batu Runcing perimbas berlari kearah lawan -lawannya tanpa rasa takut.

Pertempuran sengit pun terjadi Diantara Para Raksasa. Pemandangan yang sangat mengerikan terjadi disana. Lalu dari sebelah kanan dan kiri pertempuran Pasukan penunggang Hewan melata Raksasa Jangkarbumi beserta Pasukan Kisiknarmada juga ikut disana. Para Pasukan yang bisa Menyelam dan bernafas di dalam tanah.

Raden Sitija tiba -tiba merasa ada yang aneh dalam penglihatannya.Raden Sitija seperti memasuki sebuah ruang dimana semua Pasukan yang bertempur tak bergerak. Mereka semua Berdiri Dengan Posisi mematung.Bahkan Kuda yang ditungganginya juga ikut mematung.Walaupun masih Dalam Posisi Berlari.

"Ada apa, Kakang...?"kata suara dibelakangnya yang tak lain adalah Raden Wisanggeni.

Raden Sitija kebingungan,Karena Raden Sitija melihat ada dua tubuh Adik sepupunya.Yang satu masih mengambang diudara mematung, Seolah mau memerintahkan para Pasukan daksinageni.

"Bagaimana bisa,Apa ini adi...?"tanya Raden Sitija keheranan Kepada Adik Sepupunya.

"Inilah Pandangan Mata dan kecepatan Resi Narasinga ,Ketika Sang Resi berhasil membunuh Hirakanyaksipu,Kakang."Jelas Raden Wisanggeni.

"Sekarang…,Aku akan mengajarimu Kakang. Bagaimana cara menggunakan kekuatan Resi Waraha.Turunlah dari tungganganmu,Kakang..."Ajak Raden Wisanggeni.

Raden Wisanggeni Mengisyaratkan pada Raden Sitija untuk melompat turun dari Kudanya.Dan Raden Sitija pun menuruti Perintah Sang Adik.

" Kau lihat…,Kakang. Beberapa Pasukan Raksasa Denawa Di depan Paman Prabakesha, Paman Pancatyana Dan keempat Paman Patih Prabu Arimbaji.Yang seakan bergerak mau menyerang Mereka dengan Tombak, Kapak dan kelewang besar itu...?"

"Iya, Adi.Ada apa...?"

"Pukullah semua Kepala Mereka Atau belah menggunakan tombak yang Kamu bawa, Kakang.SEKARANG…!"Perintah Sang Adik Sepupunya Kepada Sang Kakak.

Raden Sitija Mengangguk Dan Kemudian berlari kecil menghampiri Pasukan Raksasa di depan Patih Prabakesha. Raden Sitija mencoba apa yang dikatakan Adik sepupunya itu. Raden Sitija menghampiri dan mendaki diantara pakaiannya.Ketika sampai diatas Raden Sitija menjambak Rambut Sang Raksasa. Raden Sitija Mulai menggenggam Semua Jari tangan kanannya. Tiba -tiba Semua Jari Dalam Genggaman Raden Sitija mengeluarkan sinar merah.Lalu dengan Sekuat tenaga Raden Sitija memukul keras kepala Raksasa.Sang Raksasa berada di depan Mahasenopati Prabakesha yang mematung.Raden Sitija melihat kepala Sang Raksasa itu mengembung.Secara pelan dan pecah secara perlahan -lahan Bentuk Ceceran darah, mata, gigi dan otaknya pun seakan terjatuh dalam keadaan lambat seperti beku.Ketika disentuh oleh Raden Sitija Tetap dalam kondisi cair diantara jempol dan telunjuknya.

"Pukul Mereka sebanyak -banyak nya, Kakang.Karena bagimu Mereka tak ubahnya seperti benda tak bergerak dan tak bernyawa...!"Perintah Raden Wisanggeni kearah Kakak Sepupunya.

Raden Sitija pun memilih satu demi satu Raksasa musuh yang berhadapan dengan Pasukan Pringgondani dan. Pasukan Prabu Arimbaji.Raden Sitija terus memukul Satu Raksasa, lalu dua, tiga dan terus menerus sampai tak terhitung jumlahnya.Dengan Kecepatan Tak tertandingi Laksana Kilat Membuat semua kepala Raksasa Hancur Berantakan.Berlaku sama seperti Raksasa yang dipukul pertama kali oleh Raden Sitija .

Raden Sitija, Prabakesha, aditya Pancatyana, Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara, Amisundha dan pasukan pringgondani menjadi pembantai mengerikan di pertempuran yang terjadi di wilayah Tunggurana. sementara dari arah angkasa pasukan daksinageni yang dipimpin Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno,Raden Wilugangga dan Raden Prabakusuma yang menaiki Garuda Wildata dan Wilmuna juga tidak mau kalah.

Pukulan -pukulan jarak jauh dan busur Pasupati. Beserta Hempasan lesatan Busur Ardhadedali yang terlepas dari Gendewa Mereka.Seperti Jutaan hujan api yang membunuh Pasukan musuh mereka. Para Pasukan yang terlihat di daratan.Ajian Braja Musti, Braja Denta, Braja Wikalpa dan Braja Lamatan milik Raden Guritno. Seperti Pukulan kilat yang keluar dari tangan dan kakinya. Ajian Yang memburu dan memecahkan kepala -kepala musuhnya.Pasukan Jangkarbumi dan Kisiknarmada yang dipimpin Raden antareja, Raden Antasena dan Raden Arya Srenggini juga menebar kengerian mereka. Dengan mengikis tanah dan membuat lubang terdalam.Hingga terlihat isi perut bumi guna menjebak Prajurit Musuh.Mereka Seperti menebarkan kepanikan dan ketakutan seakan berhadapan dengan penguasa Neraka.Kepada Kedua Kubu Pasukan Milik Prabu Narakasura Dan Prabu Bhomabomantara.

Banyak jeritan kearah sekarat menyayat hati menuju kematian yang memilukan dan mengenaskan. Keluar dari erangan Pasukan Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara. Sedang Raja mereka hanya terpaku Dan Terpana menatap pemandangan mengerikan.Mereka Berdua Terpaku disekeliling Pasukannya tanpa bisa berbuat apa -apa.