Bagian 4
Cukup
"Nih mie nya udah jadii." Ucap Keira, sambil berjalan membawa 2 piring.
"okey sip."
"Berdoa dulu sebelum makan, kamu tu mesti ga pernah berdoa sebelum makan."
"Sok tau banget, kalo makan juga gaboleh sambil ngobrol."
"Masa makan berdua cuma diem diem an, kan ga seru."
"Iya iya ngalah deh."
Keira pun tertawa melihat Arkan yang kalah berdebat dengannya.
Melihat Arkan yang sudah selesai makan, Keira terheran.
"Kamu kok makan nya cepet?" Ucap Keira.
"Lah?salah lagi?"
"Kamu tu laper?apa emang suka mie? Cepet banget."
"Laper."
"Piringnya tu bawa ke dapur, terus di cuci."
"Ha?dicuci?"
"Mesti ga pernah nyuci."
"Di cuciin ibu terus si."
"yaudah sekarang nyoba nyuci."
"Gamau, males lah."
"Arr, kamu tu harus mandiri. Kalo bukan kamu yang nyuci terus siapa?"
"Kalo sekarang kan ada kamu."
"Ngeselin lah, udah cepet ikut ke dapur, cuci piring sendiri sendiri."
"Tapi yang kamu bilang tadi bener juga si, yaudah ajarin nyuci yang bener."
Pikirkan Arkan sedikit terbuka setelah mendengar perkataan dari Keira "kalo bukan kamu yang nyuci terus siapa?" Kemudian mereka berdua pun menuju ke dapur, mereka mencuci piring dan sendok yang telah mereka pakai. Arkan pun meminta saran dari Keira.
"Kei."
"Hmm apaa?"
"Besok berangkat sekolah ga ya?"
"Kok nanya aku?"
"Minta saran."
"Kalo kamu udah bisa tenang dan bisa menerima yang terjadi ya berangkat aja si."
"Tapi males banget sekolah deh."
"Gaboleh kek gitu Arr, ibu tu liat kamu dari surga tau, ntar kalo kamu males males an, ibu kamu kecewa gimana?"
"iya deh Kei, tapi ga tau besok berangkat atau engga."
"Kan aku dah bilang, kalo udah bisa nerima semua yang terjadi dan udah bisa tenang mending berangkat, inget ga tadi kata Bu Dina?"
"Inget."
"Apa?"
"Harus semangat."
"Pinter, eh udah aku mau pulang. Cape banget."
"Iyaa, tiati Kei."
"Tuh kan lupa lagi."
"Makasih Keira."
"Kirain lupa, nah bagus."
"Eh tapi Kei, kamu ga di marahin gitu pulang sore?"
"Engga, kan udah bilang sama ibu."
"Ohh yaudah deh."
Kemudian Keira pun keluar dari rumah Arkan.
"Kei, makasih ya, kamu udah banyak banget ngebantu deh, maaf ngerepotin ya."
"sstt, udah kita kan temen."
"kan baru kenal kemaren."
"Gamau jadi temen? Ohh okey."
"Iya iyaa temen, sekarang kita jadi temen."
Keira menyalakan motornya dan melambaikan tangan pada Arkan.
"Okey sipp, dah ya dadahh."
Arkan pun melambaikan tangannya, kemudian Keira pun pulang.
"Dia kok baik banget ya? Paling juga. Gatau deh emang dia baik."
Malamnya, Arkan pun di ajak nongkrong oleh Ido dan bersama teman temannya. Ido mengechat Arkan.
"Kan?tempat biasa ga?gua jemput biar sekalian."
"Yok."
"Oke otw."
Sesampainya disana Arkan menghabiskan waktunya dengan teman temannya dengan bermain kartu. Pada pukul 21:00 HP Arkan berbunyi terdapat satu notif dari Keira.
"Arr."
Ido melihatnya dan berbicara.
"Kan, HP lu tu bunyi tumben banget jam segini ada yg ngechat."
"Biarin lah, lanjut dulu aja."
Arkan Dan teman temannya pun melanjutkan bermain kartu sampai lupa waktu.
"Dah pulang gua jam 03:00." Ucap Arkan.
"Lu besok sekolah kan?" Ucap Ido
"Gatau, keknya engga. Lu sekolah?"
"Sekolah dong, anak rajin masa iya bolos."
"Halah rajin dari mana, sekolah cuma berangkat sama pulang."
"Yang penting berangkat, masalah pelajaran mah bisa belakangan."
"Dah cepet do pulang, ngantuk banget gua."
"Yaudah ayo."
Sebelum pulang Ido pamit pada yang lainnya.
"Gua sama Arkan duluan yaa."
"Okei, tiati Do." Ucap teman yang lainnya.
Di tengah jalan Ido pun bertanya.
"Kan tadi tu yang ngechat lu siapa?"
"Kenapa emang?"
"itu mesti orang yang kemaren yaa."
"Belum gw cek, belum gw bales juga."
"Bales aja deh kalo itu emang dia, lagian dia baik loh Kan."
"masa bales orang pagi pagi gini?"
"Bales aja deh, dari pada ga di bales lebih sakit hati si."
"Iya deh."
Arkan pun sampai di rumah nya, Ido pun pulang. Arkan langsung menunju kamarnya dan membuka HP nya dan membalas chat Keira.
"Kenapa Keira?"
Setelah membalas chat tersebut Arkan langsung tidur.
2 hari setelah ibunya meninggal Arkan di rumah menutup diri, melihat betapa sepinya rumah tanpa hadirnya ibu, kepergiannya membuat seisi rumah berubah, Arkan kembali pada dunia malamnya lagi.
Pagi harinya Keira kesiangan, Keira bangun pukul 06:10.
"LOH KOK JAM 6 LEBIH, NAPA GA ADA YANG BANGUNIN AKU."
Keira langsung keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi, ia langsung bersiap siap.
Pukul 06:50 ia sampai di sekolah, meskipun ia tidak terlambat tapi ia melakukan semuanya dengan gugup. Selepas pulang sekolah, Keira berniat membeli makanan untuk Arkan.
"Kalo gua chat Arkan paling dia belum bangun deh, tapi ni dah jam 2 lebih."
Akhirnya Keira pun membeli 2 bungkus ayam bakar, Keira langsung ke rumah Arkan.
"Arkan, Arkan." sambil Mengetuk pintu.
"siapa dah siang siang gini ketuk ketuk pintu, biasanya juga ga ada tamu." Arkan turun dari kasurnya kemudian berjalan menuju pintu rumahnya.
"Keira?lah?mau ngapain?"
"Kamu tu baru bangun?"
"Engga, udah bangun tadi, karena ga ada kerjaan ya tidur lagi."
"Enak banget kamu ga sekolah, coba tebak aku bawa apa?"
"Bawa apaan emang, baunya kok enak."
"Tebak makanya..."
"Gamau lah, aku taunya kamu bawa makanan."
"Jadi Cowo kok ga berani, cemen kamu."
"Terserah deh."
"Taraa...."
Keira menunjukkan sebungkus plastik putih berisi 2 ayam.
"Aku mau numpang makan disini, kamu mau ga?"
"tapi aku belum masak nasi, gimana?"
"Masa makan ayam doang."
"Aku tuh gabisa masak nasi, hehe."
"Kamu tu apa yang bisa."
"Emang kamu bisa?"
"Apa yang gabisa dilakuin Keira?"
"ou gitu belagu."
"Udah sini masak nasi dulu."
"Kei ajarin lagi yaa."
"iya ntar kamu aja, ntar aku arahin."
Setelah kepergian Ibunya, Arkan banyak belajar dari Keira. Setiap kedatangannya memberikan hal baru, selalu mengisi hal yang tidak bisa Arkan lakukan.
Mereka berdua menunggu nasinya matang sembari itu Arkan berbicara pada Keira.
"Kei."
"Iya?"
"Semenjak ibu pergi aku bingung deh."
"Bingung kenapa?"
"Aku gabisa ngapa ngapain." tatapan Arkan yang Kosong.
"Gapapa Arr, mulai sekarang kamu harus belajar."
"Tapi berat banget deh kalo ga ada ibu."
"Gapapa, sekarang kan ada aku."
"Meskipun ga selamanya kamu ada disini, ibu yang menemaniku dari kecil saja pergi." Ucap Arkan dalam hati.
"Iya deh Kei, tapi agak ngerepotin."
"Aku engga ngerasa di repotin si, eh itu udah nasinya udah matang."
Arkan pun mengambil piring, kemudian mereka berdua duduk di ruang makan.
"Eh Kei, ini tuh ayam bakar yang di pertigaan bukan si?"
"Iya ini tuh ayam bakarnya Bu Inah."
"dulu ibu sering beli."
"jadi?yang suka ayam tu ibu atau kamu Arr?"
"Gatau si Kei, aku tuh suka atau engga, tapi ibu sering beli pas udah bosen masak, buat ganti ganti menu gitu lah kata ibu."
"Ohh, ini nasinya panas tau."
"tunggu aja deh."
"Eh Arr tau ga?"
"Kenapa?"
"Aku tu tadi pagi Kesiangan tau."
"terus?gimana?di hukum ga?"
"Engga, tapi gugup banget tadi pagi, untung aja sampe sekolah gerbangnya masih kebuka."
"Tumben banget kamu kesiangan, tapi katanya kalo terlambat disuruh lari lapangan 5 kali."
"Iya gatau deh, ga ada yang bangunin aku. Masa iya disuruh lari?"
"Iyaa kan aku pernah telat, tapi itu udah dulu banget si. Paling juga besok telat lagi."
"Berarti kamu besok berangkat dong?"
"emm, ini kamu gamau makan?udah ga panas, enakan di makan pas anget, coba deh."
Mereka berdua menghabiskan waktu bersama di dalam rumah, meski hanya bercerita tentang bagaimana keadaan hari ini.
"Rasanya Aneh, selama 7 tahun kita berdua selalu menutup diri, hingga aku mengenalmu, melihatmu terpuruk kehilangan arah, melihatmu terjatuh dalam lorong yang gelap, melihat tangis dan air mata yang turun di pipimu kala itu dan hari ini aku mendengar sedikit keluh kesahmu. Ini cukup untukku." Ucap Keira dalam hati.