Chereads / Arkan Dan Keira / Chapter 9 - Bagian 9, Batu Nisan Yang Bertuliskan Namanya

Chapter 9 - Bagian 9, Batu Nisan Yang Bertuliskan Namanya

Bagian 9

Batu Nisan Yang Bertuliskan Namanya

Hari itu telah berganti, 1 Hari yang rasanya sangat menyenangkan sekali. Aku tidak pernah merasakan hari itu. Betapa bahagianya bersamamu menghabiskan waktu. Meski aku tau jika aku berkata "Jangan Pergi, Aku Menginginkanmu disini." Terlihat egois jika aku mengatakan semuanya. Arkan adalah orang yang sangat istimewa bagi Keira. Ntah apa anggapan Arkan tentang Keira.

Keesokan harinya di sekolah. Keira mendekati bangku Arkan.

"Arr." Ucap Keira.

"Kenapa?" Ucap Arkan dengan nada lesu.

"Tumben lesu banget jawabnya, Biasanya juga ga selesu ini." Ucap Keira.

"Ntar aja deh Kei, Ntar aku kasih tau." Ucap Arkan.

"Ih masa di gantung, Di suruh nunggu. Mana ga pasti lagi." Ucap Keira.

"Iya iya, Ntar aku kasih tau pas istirahat. Ntar ngobrol di tempat biasa aja Kei." Ucap Arkan.

"Sejak kapan kita punya kebiasaan?" Ucap Keira.

"Di pinggir lapangan kek yang kemarin kemarin." Ucap Arkan.

"Ohh okey." Ucap Keira.

Kemudian mereka melanjutkan pelajaran di sekolah sampai jam istirahat. Keira tidak sabar mendengar cerita Arkan yang membuatnya ingin tidur.

Bel pun berbunyi. Arkan langsung keluar tanpa menunggu Keira. Keira melihatnya

"Kamu beda banget hari ini." Ucap Keira.

Keira tidak langsung keluar dan menemui Arkan, Ia pergi ke kantin terlebih dahulu. Ia membeli 2 minuman soda dan 4 buah martabak unyil. Kemudian Keira menuju ke pinggir lapangan sekolah.

"Eh itu Arkan." Ucap Keira.

Kemudian Keira berjalan mendekati Arkan.

"Allo Arkan." Ucap Keira.

"Hai. Kirain kamu ga bakal kesini." Ucap Arkan.

"Kapan aku bilang gitu. Masa Keira ingkar janji si." Ucap Keira.

"Iya iya deh, Kamu bawa apaan?" Ucap Arkan.

"Aku? Masa gaboleh duduk, Bolehin duduk dulu, Nanti aku kasih tau." Ucap Keira.

"Yauda duduk, Mau duduk aja ribet Kei." Ucap Arkan

"Kan belum kamu suruh." Ucap Keira tertawa.

"Iya iya, Kamu bawa apaan?" Ucap Arkan.

"Bawa minuman soda, sama jajan." Ucap Keira sambil memberikan minuman soda pada Arkan.

"Okey makasih, Tumben banget beli minuman soda Kei?" Ucap Arkan.

"Yakan, Biar bisa ngerasain apa yang kamu rasain." Ucap Keira.

"Iya deh iya Kei." Ucap Arkan.

"Kamu tuh kenapa? Dari berangkat sekolah keknya lesu banget, Ga ada semangat semangatnya sama sekali. Kamu kenapa?" Ucap Keira.

"Emang keliatan banget yaa?" Ucap Arkan.

"Kalo di orang lain mungkin ga keliatan tapi kalo bagiku Keliatan, Karena yaa aku kan ga pernah liat kamu kayak gini sebelumnya." Ucap Keira.

Keira yang selalu tau, Keira yang sering mencari tau tentangnya. Sampai hafal di luar kepalanya. Melihatnya lesu karena dunianya sedang tidak baik baik saja. Kerinduan akan kepergiannya membuat harinya berat, Seperti rumah tiada lampu, Ia terjebak dalam gelap, Ia tidak ingin keluar. Ia menikmatinya. Berfikir keluar tapi jalan sudah tertutup dengan kegelapan.

"Aku.... Pengen ketemu ibu...." Ucap Arkan.

Angin bersiuk, Matanya berkaca kaca kepalanya menunduk.

"Arr." Ucap Keira.

Keira memegang kepalanya, Mendekapnya dan Arkan meneteskan air matanya.

"Semuanya udah ku tahan, Tapi air mata ini tetap menetes." Ucap Arkan.

"Iya Arkan, Engga ada salahnya buat nangis. Engga akan ada yang bilang kamu lemah. Lepasin semuanya ke aku, Gapapa Arr. Kamu ga sendirian, Ada aku." Ucap Keira.

Kamila dan Jaka pun melihatnya dari kejauhan.

"Eh itu Arkan bukan si?" Ucap Kamila.

"Siapa lagi kalo yang deket sama Keira, Kalo bukan Arkan." Ucap Jaka.

"Dia kenapa?" Ucap Kamila.

"Mila kamu lupa ya... Semenjak ibunya pergi. Arkan tuh rada rada beda gitu, Emang berat banget si bagi Arkan. Dia tuh sayang banget sama ibunya. Dia di rumah sama di luar rumah tuh beda banget. Kalo di luar rumah orang orang ngeliatnya ya dia Anak nakal. Tapi kalo di rumah dia bener bener beda." Ucap Jaka.

"Tau darimana kamu?" Ucap Kamila.

"Aku pernah main ke rumahnya. Dulu aku aja sempet kaget ngeliat dia pas di rumah. Dia nurut banget sama ibunya. Mungkin ya kalo di bandingin, Arkan lebih sayang ibunya dari pada temen temen nya." Ucap Jaka.

"Ohh, Aku baru tau. Sedih deh liat Arkan kayak gini." Ucap Kamila.

"Iyaa, Dia kehilangan cinta pertamanya. Dia kehilangan arahnya." Ucap Jaka.

"Beruntung banget ada Keira." Ucap Kamila.

"Ngomong ngomong soal Arkan sama Keira. Kamu tau ga Mil?" Ucap Jaka.

"Kenapa? Aku ga terlalu tau tentang mereka si. Aku kenal mereka juga karena kamu." Ucap Kamila.

"Mereka berdua dari SD kelas 4 udah satu kelas, Bahkan sampe sekarang. Tapi mereka mulai akrab baru baru ini." Ucap Jaka.

"Berarti selama 7 tahun lebih mereka cuma dieman?" Ucap Kamila.

"Iya, Arkan tuh ga pernah nyari tau. 7 Tahun lebih cuma tau nama." Ucap Jaka.

"Ternyata ada ya orang kek gitu, Unik." Ucap Kamila.

"Kenapa kok unik?" Ucap Jaka

"Iya, 7 Tahun diem akhirnya bisa akrab. Mungkin mereka berdua udah saling pemasaran cuman ga ada yang berani mulai. Cerita orang emang masing masing yaa" Ucap Kamila.

"Iya, dah ayo balik ke kelas, Biarin aja Arkan sama Keira dulu. Bentar lagi belnya mau bunyi." Ucap Jaka.

Arkan masih berada dalam dekapan Keira. Meluapkan tangisnya. Tak ada yang menopang kesedihan nya kecuali Keira.

"Arr. Bentar lagi bel nya mau bunyi." Ucap Keira perlahan.

Arkan mengelap matanya dan pipinya.

"Eh maaf Kei, Tadi kebawa suasana." Ucap Arkan.

"Gapapa, Lain kali kalo ada apa apa bilang ya Arr. Cerita aja gapapa. Aku siap jadi pendengar kamu. Gimana? Udah mendingan? Tuh habisin dulu minumannya." Ucap Keira.

"Udah, Maaf yaa... aku ngerepotin kamu terus." Ucap Arkan.

Arkan pun mengambil minumnya dan menghabiskannya.

"Engga ngerepotin sama sekali Arkan. Lagian kan bener, Kamu tu ga sendirian lagi sekarang. Kan udah ada aku." Ucap Keira.

"Iya deh, Udah ayo masuk ke kelas." Ucap Arkan.

"Arr, Kamu beneran gapapa? Masih bisa ikutin pelajaran di kelas?" Ucap Keira.

"Gapapa, Kan ada Keira." Ucap Arkan.

Keira tersenyum. Kemudian mereka berdua kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran.

"Walaupun aku gatau gimana perasaan kamu sekarang. Ntah kamu bener bener butuh aku apa engga. Tapi yang pasti aku senang, Karena akulah yang kamu cari ketika duniamu sedang tidak baik baik saja. Untuk sekarang aku nyaman denganmu yang seperti ini. Dengan kamu membagi duniamu padaku."

Selepas pulang sekolah Keira menanyakan sesuatu pada Arkan di depan kelasnya.

"Eh Arr." Ucap Keira.

"Iya kenapa? Mau ngobrol? Ucap Arkan.

"Engga, Mau nanya aja si." Ucap Keira.

"Nanya apa?" Ucap Arkan sambil mencari tempat duduk.

"Kamu kapan ke makam ibu?" Ucap Keira.

"Kok kamu tau? Aku belum bilang ke kamu padahal." Ucap Arkan.

"Emang kamu bakal bilang? Mungkin engga." Ucap Keira.

"Iya, Besok aja deh. Besok kan libur." Ucap Arkan.

"Besok pagi? Ga mungkin pagi si." Ucap Keira.

"Sore, Kamu boleh ikut." Ucap Arkan.

"Ihh, Kok tau si. Harusnya kan basa basi dulu. Ga seru lah!" Ucap Keira.

"Tau lah, Karena cuma kamu yang ga bakal ninggalin aku sendirian." Ucap Arkan.

Kemudian Arkan pun berjalan ke parkiran sambil mengucap "Dah Kei aku mau pulang dulu."

"Ohh iya, Tiati Arr." Ucap Keira.

Keira masih duduk di depan kelasnya.

"Barusan Arkan ngomong apaan yaa. Emang bener dia ngomong gitu? Ihh malesin banget jadi bingung sendiri. Emang bener bener tuh Arkan suka banget bikin orang mikir." Ucap Keira sebelum ia pulang.

Keesokan harinya. Keira datang ke rumah Arkan pada pukul 14:00.

"Tok, Tok, Tok. Arkan..." Ucap Keira sambil mengetuk pintu.

"Ini mesti Keira." Ucap Arkan sambil berjalan membukakan pintu.

"Allo Arkan." Ucap Keira.

"Hai. Sini masuk." Ucap Arkan.

"Loh?!!, Kamu? Kamu baru bangun tidur?" Ucap Keira.

"Hmm iya." Ucap Arkan.

Sambil melihat ke kanan dan kiri. Keira tampak kaget.

"Wah, Kamu habis beres beres Arr? Keliatannya rapi banget, Mana bersih lagi." Ucap Keira.

"Iyaa makanya tadi habis beres beres langsung tidur." Ucap Arkan.

"Wih rajin.... Btw cape ga?" Ucap Keira.

"Gatau, Pake nanya lagi. Oh iya. Kamu tuh kesini siang siang mau ngapain? Padahal kemarin aku bilangnya sore." Ucap Arkan

"Ohh gaboleh? Yaudah aku mau pulang aja." Ucap Keira.

"Dih marah, Aku kan tanya kamu. Bukan ngusir." Ucap Arkan.

"Iya deh. Aku tu di rumah bosen tau. Ga ada temen ngobrol. Gatau juga di rumah mau ngapain. Gatau deh bosen." Ucap Keira.

"Emang kalo disini bakalan ngobrol?" Ucap Arkan.

"Ga juga si, Dan gatau juga. Tapi kan kalo disini ada temen nya jadi ga sendirian gitu. Lagian kamu kan juga sendirian, Jadi kita sama sama sendirian." Ucap Keira sambil tertawa.

"Bentar bentar deh.... Berarti kita harus saling mengisi gitu?" Ucap Arkan.

"Ga gitu Arr, Tapi gatau juga deh. Kamu tuh bangun tidur ngapain mikir, Mending minum air putih dulu kek, Atau makan apa gitu." Ucap Keira.

"Gatau, Kalo soal yang tentang cinta mungkin cuma kamu yang tau artinya." Ucap Arkan.

"Cinta tuh luas tau." Ucap Keira.

"Tuh kan mulai deh. Kenapa cinta bisa di bilang luas? Seluas lautan gitu?" Ucap Arkan.

"Bukan lautan. Karena kita ga bakal tau bagaimana bentuk cinta. Saking luasnya cinta, Cinta punya banyak sudut pandang, Kek gini contohnya, Kok orang itu mau si sama dia. Padahal kan dia gini... Gini... Gini... Kita gaboleh berkomentar kayak gitu. Cuma karena dia punya kekurangan dia ga layak buat di pilih, Itu salah banget. Kalo mungkin bagi dia kekurangan itu bisa buat ngisi satu sama lain ya... Ga ada salahnya. Kita ga bakal tau bentuk cinta yang sebenernya." Ucap Keira.

"Wih, Keira mirip dokter cinta." Ucap Arkan.

"Ihh kamu mah bukannya meresapi malah kek gitu. Gatau lah" Ucap Keira.

"Apa yang harus aku resapi kalo aku ga pernah ngerasain cinta yang sebenernya? Serem deh kalo bahas cinta, Apalagi bahas perasaan." Ucap Arkan.

"Kok serem Arr?" Ucap Keira.

"Iya serem, Cuma karena kita punya perasaan, Kita jadi ngerasain kecewa, Di jauhin, di patahin. Bahkan ga di peduliin. Kek, Apa dia peduli tentang perasaan kita. Sedangkan dia bilang, Kita bisa jalin sebuah hubungan tanpa harus melebihkan sebuah pertemanan. Dia bilang gitu tanpa sadar dia ga pernah mikirin perasaan aku sendiri." Ucap Arkan.

"Kek nya kamu pernah di tolak deh Arr." Ucap Keira.

"Engga. Dah aku mau siap siap aja" Ucap Arkan.

Kemudian Arkan pun bersiap siap. Keira menunggu nya. Suasana kembali berbeda. Hening, Tenang. Seperti suasana pada saat ibunya Arkan meninggal. Keira benar benar merasakannya.

Setelah Arkan bersiap siap selama 20 menit. Arkan menyuruh Keira untuk memasukkan motornya.

"Kei, Motormu masukin aja, Ntar ke makam pake motorku aja." Ucap Arkan

"Baiklah." Ucap Keira.

Kemudian mereka berdua menuju makam. Di perjalanan mereka berdua diam. Keira yang tidak ingin membuka cerita dan Keira sadar ini bukan waktunya buat cerita. 10 Menit perjalanan akhirnya mereka sampai.

Mereka mengucap salam ketika masuk ke makam. Keira mengikutinya dari belakang. Berjalan dengan tenang, Sampai berada di depan makamnya. Melihat batu nisan yang tertuliskan namanya, Menghirup nafas seakan kenapa semuanya secepat ini. Membersihkan rumput yang menancap di atas makamnya, Menabur bunga di atas makamnya, Mendoakannya dan bercerita tentang kesehariannya setelah ibunya pergi. Berharap ia bisa mendengarnya lewat langit.

Setelah selesai mendoakan doa terakhirnya, Arkan pun mengajak Keira keluar dari makam. Sambil berjalan...

"Arr, Eh itu kamila sama Jaka kan?" Ucap Keira yang melihat mereka di depan pintu makam.

Arkan tetap diam seakan mulutnya terkunci.

"Loh kalian kok disini?" Ucap Keira pada Jaka Dan Kamila.

"Hehe, Iya." Ucap Jaka.

Tangan Jaka memegang pundak Arkan dan berkata.

"Kan, Jangan ngerasa sendirian terus ya... Sekarang kan ada kita bertiga." Ucap Jaka.

Keira menyaut.

"Iya Arr, Sekarang kamu ga sendirian lagi. Kan ada Kamila, Ada Jaka, Ada Aku juga." Ucap Keira.

Arkan tersenyum dan menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya.