Bagian 5
Duniamu, Duniaku
"Arr, habis ini aku mau langsung pulang deh."
"Ohh yaudah, ni uangnya aku ganti."
"Gausah Arr."
"Lah kenapa?kok gaboleh?"
"Anggep aja uang itu buat nyewa tempat."
"Jadi?kamu beliin aku ayam biar ngasih tempat buat kamu makan?"
"Sepertinya begitu." Keira sedikit tertawa.
"yee gitu, yaudah deh kalo gamau."
"dahh aku mau pulang dulu ya, ni piringnya jangan lupa di cuci lho."
"Iya ntar aku cuci deh."
"Bener?"
"Iya karena kalo bukan aku yang nyuci siapa lagi?"
"itu kan kata kata aku kemaren, gapapa deh yang penting sekarang kamu mandiri."
"Ga mandiri, baru aja dikit."
"Gapapa pelan pelan, ntar juga terbiasa kayak gitu."
"Eh Keii."
"Kenapa?"
"Makasih udah bawain makanan."
"Sama sama, makasih juga udah nyediain tempat."
"tiati di jalan Kei."
Keira pun melambaikan tangan dan pulang.
Sekarang dia tau tentang terimakasih ntah dia mengucapkan hanya padaku saja atau pun kepada orang lain dia begitu. Meski ucapan terimakasih hanya sekecil itu tapi ucapan itu sangat berarti. Ucap Keira sambil mengendarai motor perjalanan pulang ke rumahnya.
Malamnya Arkan melakukan hal seperti biasa, hal yang kemarin ia lakukan. Berkumpul dengan teman teman nya dan menghabiskan waktu malamnya dengan bermain kartu. Arkan pulang pukul 03:00.
"Do, pulang yok. Gua besok mau sekolah."
"tumben mau berangkat sekolah, dah oke lu?"
"Udah, pen berangkat. Bosen di rumah."
"Yaudah yok, gua duluan yaa" Ucap Ido berpamitan.
Mereka berdua pun pulang, setelah sampai rumah Arkan langsung tidur. Arkan bangun pukul 06:30.
"Yah gua telat lagi ni."
Arkan langsung bersiap siap untuk pergi sekolah, Arkan berangkat dengan mengendarai motor yang biasa ia bawa ke sekolah (motor satu satunya). Meskipun Arkan tau ia akan terlambat tapi ia tetap saja berangkat sekolah. Arkan sampai di sekolah pukul 07:20 (ia terlambat) Sesampainya Arkan di sana terlihat gerbang sudah tertutup.
"Baru aja ngambil cuti, dah di suru lari lagi." Ucap Arkan sambil menghela nafas.
"Pak tolong bukain gerbangnya." Ucap Arkan memohon pada pak Satpam.
"Eh Arkan, langganan. Turut berdukacita ya..." Ucap pak Satpam.
"Iya pak makasih, tapi tolong bukain gerbangnya."
Karena mendengar suara ribu di depan gerbang, salah satu guru BK pun mendengarnya, kemudian guru BK pun menuju ke gerbang.
"ada apa ini?kok ribut?"
"Pagi Pak Eko, ini ada siswa yang terlambat." Ucap pak Satpam.
Pak Eko menengok.
"Ohh Arkan, biasa langganan. Udah buka aja gerbangnya pak, suruh dia masuk."
Kemudian Pak Satpam membukakan gerbang dan Arkan pun masuk.
"Arr, sini ikut bapak dulu ke ruang BK."
Arkan tidak di hukum hari itu, karena satu sekolah tau, ia sedang berduka.
"Duduk Arr."
Kemudian Pak Eko pun bertanya pada Arkan.
"Arr kenapa kamu sering sekali terlambat?"
"Biasa Pak, main sampe pagi, begadang terus deh. Namanya juga anak muda Pak, hehe."
"Sebaiknya kamu kalau emang ada niat untuk berangkat sekolah kurangin aja dulu mainnya kalau gabisa berhenti ya pulangnya jangan sampe pagi, main boleh tapi harus inget waktu."
"Iya Pak, kemungkinan besok saya ga terlambat."
"Janji?kalau terlambat lari keliling lapangan 5 kali? Setuju?"
"Setuju pak."
"Yasudah kamu masuk kelas dan ikutin pelajaran dengan baik."
"Oke Pak makasih."
Arkan pun berjalan menuju kelas, setelah ia masuk ke satu kelas pun tidak terkejut dengan kedatangan Arkan karena Arkan sudah terbiasa terlambat. Hari itu Bu Saras sedang mengajar kesenian.
"Ehh den ganteng Arkan, kok baru berangkat siii" Ucap Bu Saras (teman satu kelasnya pun tertawa).
"iyaa saya terlambat bu."
"Kenapa terlambat?"
"Kesiangan Bu."
"Yaudah sana duduk, ikutin pelajaran yaa."
Arkan pun berjalan menuju bangku yang kosong dan duduk.
Keira melihatnya dan mendengar Arkan berbicara dengan Bu Saras.
"Arkan kok ga minta maaf si." Ucap Keira dalam hati.
Pada saat jam istirahat Keira menghampiri Arkan yang sedang duduk santai di bangkunya.
"Boleh duduk ga?"
"Boleh."
Terlihat dari kejauhan Jaka berjalan menuju kelas Arkan.
"Kannn." teriak Jaka.
Jaka adalah sahabat Arkan. tetapi ia tidak satu kelas dengan Arkan, Jaka mengenal Arkan pada saat Kelas 10. Jaka adalah teman pertamanya di kelas 10. Mereka dekat karena Jaka sering mentraktir Arkan setiap minggunya.
"Eh gabisa ngobrol ni Kei." Ucap Arkan.
"Yaelah Kan, pacaran mulu." Ucap Jaka sambil berjalan menghampiri Kursi Arkan.
"Jaga mulut lu deh, ga ngumpul lu semalem?"
"Engga, biasa sibuk."
"Sok sibuk lu."
"Jajan yok Kan, ke kantin. Gua traktir dah."
"nah gitu, yok."
"Dah ayo."
Arkan meninggalkan Keira di kelas. Keira merasa Arkan tidak berubah sedikitpun. Keira pun sedikit sedih.
"yaudah wajarin aja dulu deh. Lagian Jaka lebih penting. Jaka lebih dulu kenal Arkan." Ucap Keira dalam hati.
Malamnya Arkan melakukan hal yang seperti biasanya, sampai pada pagi harinya ia bangun tepat pukul 06:45 lebih siang dari kemarin.
"yahh,di suru lari gua nih."
Arkan pun bersiap siap. Ia tetap berangkat meskipun ia tau, ia akan di hukum. Arkan sampai di sekolah pukul 07:20.
"Pakk tolong, bukain gerbangnya."
"Arkan, Arkan. Kamu tuh ya gabisa jadi murid kayak lainnya, niat sekolah, berangkat tepat waktu."
"Tapi Pak, kita kan harus jadi diri sendiri."
"Iya juga yah, ya tapi kalo jadi diri sendiri yang buruk, mending berubah jadi baik dan teladan."
"Udah deh Pak, malah debat. Mending bukain gerbang biar saya bisa masuk."
datanglah Pak Eko (selaku guru BK).
"Arkan Arkan, kamu lupa sama janji kamu yaa." Ucap Pak Eko.
"Wahh janji apaan tuh pak." Ucap Pak Satpam.
"yah lupa Pak, gimana lagi kan manusia." Ucap Arkan.
"kamu tuh laki laki harus selalu tepatin janji kamu." Ucap Pak Eko.
"Iya deh terus sekarang saya harus lari?" Ucap Arkan.
"Pak tolong bukain gerbangnya." Ucap Pak Eko.
Pak Satpam pun membukakan gerbang dan Arkan pun masuk.
"Sekarang taruh tas kamu, terus kamu lari 5 kali keliling lapangan."
Arkan pun berlari keliling lapangan 5 kali mulai pukul 07:50 sampai pukul 08:30. ia sudah terbiasa dengan hukuman seperti ini, ia sudah sangat sering di hukum.
"Duduk Arr, kakinya lurus. besok lagi jangan terlambat yaa, kalo terlambat lagi saya tambah jadi 10 kali, dah saya masuk kantor dulu."
"iya Pak."
Arkan pun beristirahat, ia duduk sendirian.
"Masuk kelas ga ya?tapi bentar lagi istirahat. Mending gua disini, lagian gua cape deh."
Arkan memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran pertama. 15 menit ia duduk kemudian bel istirahat pun berbunyi. Keira yang baru selese pelajaran pun mengira Arkan tidak berangkat, ia di alpa saat jam pertama.
"Masa baru berangkat sehari langsung bolos lagi." Ucap Keira
Kemudian Keira pun berjalan keluar kelas dan pergi ke kantin. Sebelum ia sampai ke kantin. Ia melihat ada anak sedang duduk di pinggir lapangan.
"Ehh itu Arkan kan?" Ucap Keira.
Keira pun berjalan mendekati Arkan.
"Arkan?"
Arkan menengok.
"Eh keira,iya?"
"Loh kamu berangkat?kok ga masuk kelas?" Ucap Keira.
"Berangkat lah, masa iya ambil cuti lagi."
"ini mesti kamu habis di hukum."
"ga perlu di tanya deh, kamu juga sering liat kan?"
"Dih enggaa, aku ga pernah liat, Arr tunggu sini ya, bentar mau ambil sesuatu."
"Iyaa."
Keira pun berlari menuju kantin sekolah. Beberapa menit Arkan menunggu, Keira pun kembali dengan membawa 1 kantong plastik bewarna putih.
"Itu apa?" Ucap Arkan.
"Ga perlu di tanya deh."
"Ohh, sekarang sukanya ngikut ngikut, oke."
"gitu doang masa ngambek, tapi sebelum aku jawab pertanyaan kamu tadi... Ehhh ini aku ga disuruh duduk gitu?masa aku berdiri terus si?"
"yaudah duduk deh."
Keira pun duduk di sebelah Arkan.
"Lah? udah?cuma duduk?mending aku pergi deh" Ucap Arkan.
"Ehh jangan pergi dulu, aku kan lupa. kamu haus ga?"
"engga."
"Boong."
"Haus si dikit."
"Tadi kamu di hukum disuruh ngapain."
"Lari 5 kali keliling lapangan."
"Cape ga?"
"Ga perlu di tanya deh" Arkan menjawab dan Keira pun mengikutinya.
"Kei ini mau wawancara? dari pada lama mending aku liat plastik putihnya."
"Iya iyaa ga sabaran banget, Tadi tu aku beliin kamu minum. Kamu mesti haus." sambil memberikan sekantong plastik putih.
"Kok ada dua?"
"yaa buat aku satu kamu juga satu."
"Lah?ada martabak unyil juga?" Ucap Arkan kaget karena melihat seisi plastiknya.
"intinya yaa, kamu satu aku satu. Udah gitu."
"okei, makasih Kei."
"Udah jangan ngambek mulu kan udah aku kasih martabak, walaupun kecil si."
Melihat Keira yang tertawa karena Senang membuat Arkan kesal saat itu, Arkan sadar, setelah setengah dari dunianya hancur. Ia menemukan kembali dunianya.
"Aku selalu membagi duniaku untukmu, meski aku tau jika penolakan terasa menyakitkan dan penerimaan secara terpaksa sangat menyedihkan. Kita satu tempat,... yaa dari dulu. Tapi waktu tidak pernah mempertemukan kita secepat itu di titik temu." Ucap Keira dalam hati.