Bagian 7.
Biarkan Sebagaimana Mestinya Perasaan Itu Tumbuh
Setelah Arkan bercerita tentang mengapa ia terlambat tadi, Keira mendengarkannya dengan tenang sembari angin bertiup kencang.
"Kei?kok diem?Keiii?"
"Eh, kamu cerita kayak lagi ngedongeng, aku menghayati banget kamu cerita."
"Untung aja kamu ga tidur."
"Aku kira kamu gabisa bangun pagi Arr." Ucap Keira sambil tertawa.
"aku juga gatau kenapa tadi pagi kebangun jam segitu."
"Karena kamu pulang lebih awal, terus motor kamu?"
"Di bengkel Kei."
"Loh?ntar kamu pulangnya gimana? Jalan kaki?"
"Paling juga sama Jaka."
"Emang Jaka ga pulang sama Kamila?"
"Iya juga yaa, mereka kan deket terus gimana Kei?"
"Kan ada aku Arr, aku temenin ke bengkel, gimana?"
"Masa ngerepotin kamu terus Kei."
"Gapapa kok Arr, aku ga ngerasa di repotin."
"yaudah deh dari pada aku tolak penawaran kamu, di tolak tu menyakitkan." Ucap Arkan bergurau.
"kek kamu pernah di tolak aja."
"Belum pernah si, tapi di tolak tu menyakitkan tau."
"Orang orang nolak juga karena punya alasan tau, lagian ga ada salahnya juga buat nolak kan?kalo itu emang buat nyelametin diri sendiri juga ga salah kan?"
"Iya bener si Kei, udah deh kalo soal kayak gini kamu jagonya."
Jam istirahat pun berakhir. Bel pun berbunyi.
"Ayo Arr balik ke kelas."
"Eh abisin dulu tuh minumannya."
"Gamau lah."
"Nanti airnya nangis loh."
"Ihh tau dari mana kamu."
"Dari ibuku pas kecil dulu tiap aku makan ga pernah abis." Ucap Arkan sambil sedikit tertawa.
Keira pun meminum minuman tersebut sampai habis.
"Udah abis, airnya ga bakal nangis ok?" Ucap Keira.
"Iya deh, yok ke kelas."
Mereka berdua pun kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran.
Setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Bel pulang sekolah pun berbunyi.
"Ayo Arr."
"Mau kemana."
"gausah pura pura lupa, ngeselin." Ucap Keira.
"Eh tapi kamu parkir dimana?mesti di depan?"
"Tadi pagi berangkat awal si." Ucap Keira.
"Ntar aja deh duduk di depan kelas dulu aja, kalo keluar sekarang nunggu disana lama, harus ngantri, mending nunggu disini." Ucap Arkan.
"Yaudah nurut aja deh."
Keira pun duduk.
"Arr, kamu kok tenang tenang aja si."
"Emang aku harus gimana Kei? khawatir?" Ucap Arkan.
"Aku mau buat kamu khawatir, sekarang laper ga?ada lauk ga di rumah?udah nyuci baju buat besok belum?udah ngegosok baju buat besok belum? Udah nyiapin tugas buat besok belum? Hayolo semuanya harus kamu pikirin." Ucap Keira.
"Ini Keira?apa wartawan?" Ucap Arkan Sambil tertawa.
"ihh masa kamu gitu, tapi kamu harus mikirin itu semua." Ucap Keira.
"Kalo makan kan bisa beli nasi bungkus, kalo ngegosok ya paling malem, nugas? ga pernah nugas, bisa di sekolah. Nah udah kan? simpel jangan ribet ribet." Ucap Arkan.
"Simpel banget yaa, eh ini udah sepi belum si?"
"Oiya lupa, ayo Kei."
Kemudian mereka berdua menuju parkiran sekolah. Untuk mengambil motor Keira. Sesampainya disana.
"Eh Arr, ini kuncinya." Ucap Keira.
"Aku yang di depan?" Ucap Arkan
"Iya lah kamu kan cowo." Ucap Keira sambil tertawa.
Arkan pun mengendarai motor Keira.
"Naik." Ucap Arkan.
"Tapi Arr..." Ucap Keira.
"Kenapa?" Ucap Arkan.
"Jangan ngebut ngebut." Ucap Keira.
"Iya Kei iya."
Di perjalanan Keira berbicara kepada Arkan tetapi Arkan tidak mendengarnya.
"Arr?" Ucap Keira.
"Apa?" Ucap Arkan.
"Ntar beli ayam bakarnya bu Inah yu, aku laper belum makan deh." Ucap Keira.
"Iya." Ucap Arkan, ia hanya mengiyakan Keira karena tidak bisa mendengar perkataan Keira ketika mengendarai motor.
Mereka berdua pun sampai di bengkel.
"Loh?nyampe?deket kok dari sekolah." Ucap Keira.
"yaa deket tapi kalo jalan kaki ya cape Kei." Ucap Arkan.
"Gapapa biar sehat." Ucap Keira.
"Coba deh bayangin, aku berangkat lari dari bengkel, sampe sekolah hampir terlambat, bayangin kalo aku terlambat, habis lari dari bengkel trs lari lapangan 10 kali, bisa bisa aku pingsan tuh." Ucap Arkan.
"ya tapi kan kamu jarang lari, jadi ya lebih baik lari biar sehat, organ kamu kan kurang stabil. Tidur kamu kurang, telat makan, jarang olahraga, yakan yakan?" Ucap Keira.
"Udah, iyain aja deh. Udah aku mau ambil motor, kalo ngobrol terus ga pulang pulang." Ucap Arkan.
Kemudian Arkan pun mengambil motornya dan membayarnya. Arkan pun menaiki motornya.
"Lohh Arr? langsung pulang?" Ucap Keira.
"Iya makasih banget ya Kei, dah mau ngasih tumpangan." Ucap Arkan.
"Ih kamu kan, ga denger. Telingamu gimana si?" Ucap Keira.
"Ohh pas tadi di motor, kan lagi di motor Kei pikiran juga ga tenang, mikirin motor." Ucap Keira.
"Tapi kamu tadi jawab iya, coba aku tanya, tadi aku ngomong apa?" Ucap Keira.
"Aku denger cuma kamu ngajak aku, tapi ga tau kemana, ga kedengaran Kei." Ucap Arkan.
"ya udah aku kasih tau, aku tuh laper aku tadi ngajak kamu buat makan ke tempat makan ayam Bu Inah, tapi kamu gamau keknya udah buru buru pulang." Ucap Keira.
"yakan tadi ga denger, yaudah ayo, tapi masa motor dua?mending aku anter kamu ke rumah, nanti kita ke tempat makan Bu Inah pake motorku aja, kan tadi aku dah numpang kamu Kei, sekarang giliran aku ngasih tumpangan ke kamu, gimana?adil kan?" Ucap Arkan.
"Emm gimana yaa?" Ucap Keira.
"Kelamaan mikir deh Kei." Ucap Arkan.
"yaudah nurut Arkan aja deh, lagian itu keknya cara yang paling terbaik." Ucap Keira.
Kemudian Arkan pun mengantar Keira sampai rumahnya, ketika sampai di rumahnya.
"Bentar ya Arr." Ucap Keira.
"Iya." Ucap Arkan.
Kemudian Keira memasukkan motornya ke garasi dan masuk ke rumah. Arkan pun menunggu nya, sembari duduk di atas motor.
Keira masuk rumah dan langsung bertemu ibunya.
"Tok, tok, tok." Keira mengetuk pintu.
Kemudian ada yang membuka pintu tersebut, yaaa... Ia adalah ibunya.
"Loh Keira?udah pulang?" Ucap ibunya.
"Udah Bu, ini mau naro tas sekalian mau keluar sama Arkan ya Bu." Ucap Keira.
"Eh itu Arkan yang kamu ceritain dulu kan Kei?" Ucap ibunya.
"Iyaa, yang ibunya meninggal." Ucap Keira.
"ohh, yaudah tiati di jalan yaa." Ucap Ibunya
Kemudian setelah berpamitan Keira pun keluar dan menemui Arkan.
"Udah?" Ucap Arkan.
"Udah, ayo kita makan." Ucap Keira.
"yaudah naik." Ucap Arkan.
Kemudian mereka berdua pun menuju ke tempat makan Bu Inah, di perjalanan Arkan bertanya.
"Kei, Kei." Ucap Arkan.
"ha?kenapa?manggil aku?" Ucap Keira, Keira tidak terlalu mendengar ucapan Arkan.
"Bukan, aku manggil orang yang di jalan." Ucap Arkan.
"Ohh yaudah." Ucap Kiera.
Setelah 10 menit perjalanan mereka pun sampai di tempat tujuan, tempat makan Bu Inah.
"yeayy udah sampai." Ucap Keira.
Arkan pun turun dan memarkirkan motornya.
"Arr kamu yang pilih tempat duduk, ntar aku yang pesen ayamnya." Ucap Keira.
Sementara Arkan duduk dan Keira berbicara dengan Bu Inah.
"Bu Inah..." Ucap Keira.
"Eh Mba Keira, mau pesen apa?" Ucap Bu Inah.
"Mau pesen ayam bakarnya dua, di makan disini aja, sama minuman nya es teh.... Arr sini deh." Ucap Keira memanggil Arkan.
Arkan pun menghampiri Keira.
"Kamu mau minum apa?" Ucap Keira kepada Arkan.
"Aku pen es lemon deh, ada ga?" Ucap Arkan.
"Aneh aneh kamu, mending es jeruk, jeruk sama aja kan?" Ucap Keira.
"yaudah kalo adanya jeruk ya jeruk aja." Ucap Arkan.
"yaudah sana duduk lagi." Ucap Keira.
Arkan pun kembali duduk.
"Bu minumnya es teh sama es jeruk." ucap Keira kepada Bu Inah.
"okey, di tunggu ya." ucap Bu Inah.
Kemudian Keira pun duduk dan menghampiri Arkan.
"Aku laper banget deh." Ucap Keira.
"Sabar, tuh liat ayamnya lagi di bakar." Ucap Arkan.
Kemudian Keira membuka HP nya dan menggunakan mode Camera.
"Arr, liat sini deh." Ucap Keira.
*Cekrek* Suara HP Keira berbunyi.
"Kamu kok gitu si Kei. Masa tiba tiba ngefoto." Ucap Arkan.
"Ihh tapi hasilnya bagus kok Arr." Ucap Keira sambil menunjukkan fotonya.
"Gatau deh, tapi bagus dikit. Simpan aja fotonya Kei." Ucap Arkan.
Setelah beberapa menit. Ayam Bakar pun telah matang. Kemudian mereka berdua pun makan bersama untuk ketiga kalinya.
"Yaaa... Sepertinya aku sering sekali ke tempat ini, tapi ntah mengapa kali ini berbeda dari biasanya. Tempat sederhana yang biasa aku kunjungi sendiri kini berubah berbeda, dengan hadirmu di sebelahku, kamu seperti membuat warna dalam hidupku. membuat hal yang biasa menjadi istimewa. Aku kagum. Kamu ternyata seistimewa itu yaa..." Ucap Keira dalam hati.