Ckrek!
"Wow, hasilnya bagus sekali! Nanti aku bakal kirim ke keluarga dan teman-teman biar mereka iri," ucapku sambil tertawa kecil.
Aku masih belum menyadari bahwa aku ditinggal oleh Sinta dan rombongan. Mungkin karena ramainya bandara, aku mengira bahwa di depanku adalah Sinta. Kemudian, aku berlari mendekat dan menepuk bahunya.
"Sin, tungguin aku. Jangan cepet-cepet jalannya!"pintaku kepada wanita yang ada di depanku.
"Sin, what are you talking about?"[1] jawab wanita itu dengan nada terheran-heran.
Aku merasa malu karena salah orang. Dari belakang, wanita tersebut mirip sekali dengan Sinta yang memiliki rambut berwarna hitam berkilau yang panjangnya mencapai pinggang. Selain itu, figur wanita tersebut juga sama persis seperti Sinta.
"I really am sorry, I think you are my coworker. You both are similar,"[2] ucapku dengan nada memohon padanya.
"That is fine. I understand your situation. Are you from here?"[3] tanya wanita itu.
"No… I am foreign here. I am from Indonesia. It's my very first time landed here and I am lil bit lost."[4]
"Do you need any help?"[5]
"Am I bothering you?"[6]
Aku melihat wanita itu dengan curiga. Aku mulai memperhatikannya dari atas sampai bawah. Dari belakang, dia terlihat seperti Sinta tapi yang membedakannya adalah wanita ini lebih cantik dan lebih putih. Awalnya, aku berpikir bahwa figur wanita ini mirip dengan Sinta tetapi ternyata wanita ini lebih seksi. Dia juga mengenakan baju bermerk Lala dan memakai tas Ginca yang harganya mencapai ratusan juta.
"No, of course not. You are lost in foreign country. If I, were you, I would freak out. What is your name?"[7]
"I am Claretta. What about you?"[8] jawabku masih dengan tatapan curiga.
"I am Cecilia. Oh, for the first time, before you landed in foreign country, you must stay in line at the immigration gate. Do you want to go together?"[9]
Aku menggigit jari telunjuk dan berjalan ke arah kanan dan kiri. Aku benar-benar ceroboh. Pintu imigrasi membutuhkan passport dan visa untuk menempelkan cap kedatangan. Awalnya, aku memegang passport dan visa di tanganku. Tetapi, untuk mempermudah dan mempercepat antrian imigrasi. Aku, Sinta dan kandidat lain yang lolos untuk wawancara di Los Angeles menitipkannya pada sekretaris Joe. Sekretaris Joe akan memberikan visa dan paspor kepada kita tepat di antrian imigrasi untuk mendapatkan cap. Selain mengurus semua dokumen, sekretaris Joe juga menuntun kita selama di Los Angeles.
"Dang! My passport and my visa are in my guide. He is separated with me too. I bet he is with my friends,"[10] ucapku panik.
"Don't be panic! I will help you to go to information desk,"[11] hibur Cecillia.
Aku mengikuti saran Cecillia dan mengikuti Cecillia menuju meja informasi. Setelah beberapa meter berjalan, Cecillia berhenti sebentar. Dia melambaikan tangan kepada seseorang.
"Dad! I am here!"[12] teriak Cecillia.
Kemudian, orang itu menghampiri kami. Dia adalah seorang lelaki yang memiliki tinggi sekitar seratus delapan puluh lima sentimeter dengan badan yang tegap. Jika, aku kira-kira umurnya sekitar di pertengahan lima puluh tahun. Aku melihat rambut coklatnya dihiasi beberapa uban di berbagai sisi. Sebenarnya aku cukup heran karena Cecilia adalah orang Asia tapi lelaki yang dia panggil ayah adalah seorang bule tulen.
"Mungkin Cecillia adalah anak dari ras campur," batinku.
"Dad, I miss you," [13]ucap Cecillia sambil memeluk lelaki yang dia panggil ayah.
"I miss you too, baby. How was your vacation?"[14] jawab lelaki itu sambil membalas pelukan Cecilia.
"It was fantastic! Thanks Dad. Anyway, can we help her? She is lost and her document is in her guide,"[15] bujuk Cecilia dengan manja.
"Okay, we will go to information desk right now."[16]
"Thanks Dad, I love you."[17]
Aku melihat Cecillia memegang tangan ayahnya itu. Mereka berjalan di depanku dan aku mengikuti di belakang mereka. Selagi kami berjalan, aku mendengar Cecillia mengatakan beberapa brand terkenal. Aku juga mendengar dia berbicara dengan nada yang manja. Samar-samar terdengar kata permohonan untuk membeli beberapa merk terkenal yang aku ketahui. Namun, aku masih berpikir positif.
"This is the information desk. You can ask the staff to help you,"[18] ucap Cecillia.
"Thank you for your help."[19] ucapku dengan penuh rasa terima kasih padanya. Aku melihat senyum tulus dari wajah Cecillia.
Kemudian aku meminta staff informasi untuk membuat pengumuman agar dapat bertemu kembali dengan rombonganku. Seraya menunggu, terdapat beberapa bangku yang terletak tak jauh dari tempatku berdiri. Ternyata lumayan banyak dan terlihat nyaman sehingga timbul suatu hasrat untuk berlari ke salah satu bangku disana untuk mengistirahatkan kaki. Meski hasrat untuk selonjoran ini terlalu besar, aku harus menahan suatu hasrat ini agar tidak terlihat memalukan. Langkah awal untuk menjaga imej ini adalah dengan melihat sekitar dengan melihat ke kanan dan ke kiri. Ketika aku menengok, aku menemukan Cecilia dan ayahnya masih di sini. Awalnya aku berpikir bahwa Cecillia dan ayahnya akan meninggalkanku setelah kami sampai ke meja informasi tapi ternyata perkiraanku salah. Mereka masih menemaniku. Kemudian, aku segera duduk di bangku dekat meja informasi dan Cecillia ikut duduk menemani sedangkan ayahnya pergi ke arah lain.
"Where is he going?"[20] tanyaku pada Cecillia penuh rasa penasaran.
"He is searching for the washroom. Don't worry. He will back soon,"[21] ucap Cecillia santai.
"Oh, you know your father well. It seems like you both have a super close relationship,"[22] celetukku.
Cecillia menatapku dengan penuh tanda tanya. Kemudian, dia tertawa kecil.
"Hahaha. Do you think me, and him are a real father and daughter?"[23] tanyanya seakan mengetes diriku.
"Oh, so… you are an adopted daughter?"[24]
Cecillia makin tertawa terbahak-bahak. Aku dapat melihat setitik air mata yang biasanya terjadi ketika kita tertawa terbahak-bahak dan tidak dapat menahan tawa lagi. Aku masih terheran-heran dengan respon Cecillia hingga akhirnya aku tersadar apa yang dimaksud Cecllia.
"Wait. Do my assumption is true? You and your dad are a Sugar Daddy and Sugar Baby relationship?"[25] tanyaku meminta kepastian dari Cecillia.
"You are right! Your assumption is true,"[26] jawab Cecillia sambil tersenyum lebar.
"I don't get it. How do you get him? Where does it started?"[27]
"Do you want to know a my secret?"[28] ujar Cecilia sambil berbisik.
Lalu dia membisikan tentang segala rahasianya. Tidak lupa, dia memberikan kontak whastapp pribadi jika aku ingin menanyakan lebih lanjut. Kami masih asyik berbincang hingga akhirnya Sekretaris Joe datang menjemputku. Aku tidak tahu di mana Sinta dan yang lainnya berada tapi aku yakin, mereka pasti menungguku di antrian imigrasi. Sebelum aku pergi bersama Sekretaris Joe untuk menemui teman-teman yang lain, Sinta meneriakiku.
"Don't forget about my tips! Good Luck, Claretta!"[29]
Aku berlalu sambil tersenyum padanya.
Setelah melewati antrian imigrasi, aku dan rombonganku menanti jemputan untuk menuju hotel. Berdasarkan ucapan sekretaris Joe, mobil jemputan kita akan datang dalam tiga puluh menit. Namun, sepertinya kemacetan kota Los Angeles membuat jemputan kita sedikit terlambat. Untuk mengusir rasa bosan menunggu, aku menyalakan wifi di telepon genggam. Untung saja, bandara LAX memiliki akses free-wifi sehingga aku dapat berselancar di dunia maya. Karena penasaran, aku mempraktekan apa yang Claretta informasikan padaku.
"First, you must download Sudabay application. It's a third party application to meet us, Sugar Baby with our match, Sugar Daddy."[30]
Kemudian, aku membuka aplikasi playstore dan mengetik nama Sudabay yang muncul di tempat paling atas dari kolom pencarian. Aku tertawa konyol untuk sesaat hingga akhirnya segera kembali memasang ekspresi datar. Aku tidak mau dianggap gila oleh orang sekitar apalagi Sinta. Lalu, aku segera memencet aplikasi Sudabay dan mengarahkan tangan untuk menekan tombol install. Tidak butuh waktu lama, aplikasi Sudabay terinstall di telepon genggamku.
"After you install the application, you must make a profile. Put your bio and your pictures. Mention about all your standard for sugar Daddy. Don't be too naïve and be honest with your intentions."[31]
Kemudian, aku membuat profil, menuliskan bio dan menaruh foto-foto terbaik. Karena sebelumnya, aku sering menggunakan dating online. Ini merupakan hal yang mudah.
"For your information, since we are in L.A. We have several rich people here. The good location for searching a sugar daddy is in this airport, Beverly Hills and Hollywood."[32]
Aku benar-benar mempraktekan semua perkataan Cecillia. Bahkan aku sampai menggunakan aplikasi Sudabay di bandara ini.
"It's gonna be easy. If you use this app on those location. You will get match easily. Have fun in swipping and get your sugar daddy."[33]
Tidak perlu waktu lama untuk verifikasi, aku dapat langsung menggunakan aplikasi ini. Berdasarkan perkataan Cecillia, aku hanya tinggal swipe saja. Kemudian, aku mulai Swipe beberapa profile. Aku tidak hanya asal swipe tetapi aku melihat foto mereka dan membaca bio mereka dengan saksama. Aku tidak mau asal swipe meski aku hanya coba-coba saja.
Ting!
Aku mendapatkan match pertamaku. Aku tidak terlalu memperhatikan namanya karena aku melihat fotonya terlebih dahulu. Dia adalah seorang lelaki bule dengan mata biru yang indah serta rambut pirang berkilau. Pakaian yang dikenakannya juga sangat fashionable. Kemudian, aku melihat bionya dengan saksama. Dari bio yang dia tulis, aku mendapatkan kesan bahwa dia adalah pria kesepian yang romantis, pecinta alam, outdoor atau segala sesuatu yang berbau travelling dan seorang CEO. Aku tidak dapat menemukan perusahaan tempatnya bekerja. Mungkin, itu privasi baginya. Selain itu, tidak ada informasi lebih lanjut mengenai dirinya. Karena tidak ada yang bisa diteliti lagi, maka aku melihat namanya.
"S.S? Nama macam apa itu?" batinku.