"Aha! Akhirnya datang juga!" ucapku riang.
Aku memang sengaja menunggu chef atau staff dapur di sini karena aku mau melakukan sesuatu.
"Ada apa, Miss?"tanya salah satu staff dapur sambil menaruh lasagna di dalam etalese kaca ini.
Aku melihat staff itu memakai seragam khas kitchen. Dia memakai seragam biru, topi chef dan celemek. Aku juga melihat papan nama yang tersemat di bajunya. Tertulis nama Alex.
"Alex, kok di sini gak ada menu pasta ya?"tanyaku.
"Oh, sebenarnya kami ada menu pasta, Mungkin dia sudah habis,"ujar Alex.
"Apakah kalian akan membuat menu pasta kembali?"
"Sebenarnya stok kami tinggal sedikit lagi dan sepertinya kami harus membuat pasta di keesokan harinya,"aku Alex.
"Bisakah bikin pasta dengan bahan seadanya?" pintaku.
Alex terlihat ragu. Namun, aku menunjukan muka puppy eyes seperti suatu emoji yang biasanya kita pakai di whatsapp. Aku terlihat sememelas mungkin agar Alex dapat kasian padaku sehingga dia mau membuatkan pasta untukku.
"Oke … aku hanya akan membuat satu porsi saja untukmu," ucap Alex sambil mengehela nafas panjang.
"Yes. Makasih!"
Aku senang sekali karena Alex mau membuatkan pasta untukku. Sepertinya dia luluh dengan ekspresi puppy eyes yang aku pasang. Kemudian aku menunggu sampai Alex kembali. Selagi menunggu, aku mengeluarkan telepon genggam. Aku membuka aplikasi whatsapp.
"Banyak sekali chat yang masuk,"gumamku.
Meskipun pesan yang masuk begitu banyak tetapi aku tidak ada energi untuk membalas. Bahkan untuk sekedar membuka pesan whatsapp saja aku sedikit malas. Kemudian aku membuka aplikasi lain yaitu Instagram. Banyak notifikasi yang masuk. Mereka semua rata-rata menyukai post serta story yang aku unggah. Memang semenjak menginjakkan kaki di negeri Paman Sam ini, aku tidak henti-hentinya mengunggah foto dan story. Apalagi di bandara LAX terdapat wifi gratis sehingga aku dapat flexing sambil bernyanyi panjat sosial. Kemudian aku melihat beberapa reels Instagram untuk membunuh waktu.
Ting!
Ada bunyi notifikasi masuk. Ku lihat dari aplikasi apa notifikasi ini datang. Ternyata dari aplikasi Sudabay.
"Oh iya, aku lupa buat balas pesan dari S.S!" seruku.
Aku ingat sebelum membantu Sekretaris Joe membawa nampan berisi Fish and Cips. S.S mengirimkan pesan kepadaku. Kemudian ketika aku perhatikan lagi dengan lebih mendetail. Ternyata notifikasi yang masuk ini adalah dari S.S.
"Seingatku, dia udah kirim pesan yang belum sempat aku bales, deh! Dia mau kirim apa lagi, ya?"tanyaku dalam hati.
Daripada dipenuhi dengan sejuta pertanyaan, aku membuka pesan dari S.S, Namun sebelum sempat membaca pesan kedua dari S.S, aku dipanggil oleh Alex.
"Miss, pastanya sudah jadi,"panggil Alex.
Aku tersentak. Kemudian aku menutup semua aplikasi di telepon dan memasukan telepon genggam ke dalam tas. Lalu, aku mengambil pasta yang Alex buat dan menaruhnya di atas nampan.
"Makasih banyak Alex."
Aku tersenyum sambil berlalu.
***
"Claretta, sebenarnya saya penasaran."
Sekretaris Joe berjalan dan mengajakku mengobrol tetapi tidak ada jawaban yang dia dapatkan. Kemudian dia berbalik ke belakang dan tidak menemukanku dimana-mana. Dia meletakkan tangannya di dahi sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Dimana dia? Jangan-jangan dia hilang lagi kayak di bandara,"gumam Sekretaris Joe.
Kemudian Sekretaris Joe menuju meja prasmanan berharap menemukanku disana tetapi aku tidak dapat ditemukan disana.
"Aduh, mati aku!"
Sekretaris Joe menuju etalase yang mungkin aku datangi sebelumnya. Namun, hasilnya nihil.
***
Aku berlalu dari etalase makanan Italia dan menemukan sosok tak asing. Dia adalah Sekretaris Joe. Dia terus mengaruk-ngaruk kepalanya. Sepertinya dia bingung harus mencariku di mana. Dia juga tidak menyadari aku yang tidak jauh dari tempatnya berada. Inisiatif, aku memanggilnya.
"Sekretaris Joe, saya di sini!" seruku sambil melambaikan tangan.
Sepertinya Sekretaris Joe tidak mendengar teriakanku karena hiruk pikuk kantin ini. Malah dia memegang telepon genggam dan seperti menelepon seseorang. Akhirnya, daripada membuat Sekretaris Joe kesusahan, aku segera menghampirinya.
"Sekretaris Joe, saya di sini,"ujarku sambil melambaikan tangan di depan matanya.
Sepertinya dia terkejut sehingga dia langsung mematikan telepon genggamnya.
"Claretta, darimana saja kamu?"tanya Sekretaris Joe dengan raut wajah cemas.
"Sewaktu Sekretaris Joe pergi dari etalase masakan Italia, saya tidak langsung pergi,"jawabku.
"Kenapa?" Sekretaris Joe melirikku. Dia melihatku membawa dua nampan. Satu berisi lasagna dan satu lagi berisi pasta. "Oh, kamu mau ambil makanan lagi,ya?" lanjutnya.
Aku terkekeh. Dia mengusap dadanya dan menghirup nafas lega. Melihat perasaan lega yang ditunjukkan Sekretaris Joe, aku mulai merasa bersalah.
"Sekretaris Joe, maaf ya, aku mengambil makanan tanpa memberitahu Sekretaris Joe,"ucapku sambil menundukkan kepala.
"Tidak apa-apa. Kalau soal urusan perut beda cerita. Maaf juga ya saya tidak perhatian sehingga hampir saja kamu hilang kembali."
"Oh, tidak apa-apa kok, Sekretaris Joe."
Kemudian kami berdua terdiam dan mulai berjalan menuju meja tempat Sinta berada. Mungkin karena kecanggungan yang terjadi, Sekretaris Joe membuka suara.
"Ngomong-ngomong, saya penasaran. Kenapa kamu bisa berpisah dari saya dan Sinta?" tanya Sekretaris Joe berusaha mengorek informasi dariku.
Aku tidak langsung menjawab pertanyaan Sekretaris Joe. Mukaku tersipu malu dan mengibaskan rambutku sebagai pengalihan. Namun, Sekretaris Joe menunjukkan wajah yang sangat penasaran. Seakan-akan menunggu jawaban yang akan aku berikan.
"Sa- Saya malu sih mengatakan ini. Sebenarnya saya ketinggalan karena asyik foto-foto setelah aku turun dari pesawat."ucapku.
"Foto-foto apa? Emang di bandara ada apaan?"tanya Sekretaris Joe tidak percaya.
"Foto pesawat, foto orang-orang di sini, banyaklah. Kali aja pas foto atau bikin video ketemu artis Hollywood, kan?"
Sekretaris Joe hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala. Kemudian dia bertanya kembali.
"Untung aja kamu langsung inisiatif ke meja informasi setelah terpisah dari kami. Saya tidak bisa membayangan kalau kamu kayak orang hilang,"ujar Sekretaris Joe.
"Sebenarnya saya pikir saya tidak terpisah dengan kalian. Soalnya pas foto-foto, saya liat seseorang yang mirip seperti Sinta dari belakang. Makanya aku merasa aman. Eh, ternyata orang lain."jawabku
"Kamu panik gak pas tahu dia bukan Sinta dan ternyata terpisah dari kami?"cecar Sekretaris Joe.
"Tentu saya panik sekali. Namun, wanita yang saya kira Sinta itu baik sekali. Dia menenangkan saya supaya gak panik dan mengantarkan saya ke meja informasi."
"Saya bersyukur kamu bertemu dengan orang yang baik." Sekretaris Joe menepuk-nepuk bahuku. 'Jika kamu bertemu dengan orang yang tidak baik, saya khawatir kamu kenapa-napa. Apalagi kamu adalah pendatang yang belum pernah menginjakkan kaki di negeri ini sebelumnya."lanjutnya.
Aku sangat mengerti maksud Sekretaris Joe. Pada awalnya, aku juga sempat takut Cecillia adalah orang jahat yang ingin membawaku ke tempat aneh. Ternyata, dia sangat baik. Meski dia sedikit aneh.
Kami melakukan perbincangan selagi kami berjalan menuju meja tempat Sinta berada. Tidak berapa lama, kami menemukan Sinta yang sedang melipat tangannya di depan dada. Ekspresi kesal terlihat jelas di wajahnya. Sepertinya dia kesal karena aku meninggalkannya sendirian.
"Claretta, kamu darimana?"tanya Sinta.
Dia melirik nampan yang aku pegang. Kemudian mengucapkan kata "oh' sebelum aku sempat menjawabnya. Lalu aku dan Sekretaris Joe duduk di posisi kami masing-masing dan menaruh nampan makanan ini di atas meja.
"Ini pasta untuk Sekretaris Joe." Aku mengambil piring yang berisi pasta di atas nampan dan menyodorkannya ke Sekretaris Joe.
"Tidak usah. Itu 'kan makanan kamu," tolak Sekretaris Joe.
"Bukanlah. Aku ambil ini emang sengaja buat Sekretaris Joe. Aku hanya ingin ambil lasagna."
Sekretaris masih menolak pasta pemberianku. Namun, aku memaksanya.
"Sekretaris Joe,tolong terima pasta ini. Aku sampai repot-repot melobby staff dapur, loh! Asalnya mereka gak mau buat pasta lagi makanya ga ada di etalase," bujukku.
Aku mengeluarkan jurus yang sama seperti yang aku lakukan ke Alex. Memasang ekspresi wajah puppy eyes. Untuk lebih ampuh, aku memfokuskan pandanganku ke Sekretaris Joe. Akhirnya, Sekretaris Joe luluh dan menerima pasta pemberianku ini. Meski dia memiliki makanan lain tetapi dia langsung memakan pasta pemberianku ini. Melihat Sekretaris Joe melahap pasta terlebih dahulu membuatku senang karena perjuanganku menunggu dan melobby tidak sia-sia.
"Claretta, aku penasaran kenapa kamu bisa terpisah dari kami?"tanya Sinta sambil memandangku.
Aku malas memberi tahu alasan mengapa aku tertinggal darinya. Selain karena aku tidak dekat, aku tidak mau dijudge olehnya. Aku memandang Sekretaris Joe dan dia peka. Dia menghentikan makannya dan berdeham.