Aku mengabaikan panggilan yang masuk di telepon genggamku. Aku berpikir sejenak. Aku merasa melupakan sesuatu tetapi aku tidak tahu itu apa. Tiba-tiba aku mendapat ilham. Ternyata aku melupakan salah satu orang yang penting. Orang yang kutemui di bandara yang telah membantuku menuju meja informasi, Cecilia.
"Aduh, kok aku bisa lupa sama Cecilia? Padahal aku membicarakan dirinya ketika kami makan," ucapku dengan nada menyesal.
Ku scroll kontak dan mengetikkan nama Cecilia di daftar buku telepon. Aku menemukan namanya tidak lama kemudian dan menekan namanya. Ada tiga pilihan yang tersedia. Pilihan pertama adalah telepon dan video call dengan menggunakan whatsapp, pilihan kedua adalah telepon dan video call dengan menggunakan telegram serta pilihan ketiga adalah memanggil serta menelponnya dengan nomor biasa. Namun, karena aku masih memakai nomor biasa dan sering menggunakan whatsapp, aku mengirim pesan whatsapp kepadanya.
[Hai, Cecilia, ini aku Claretta.]
Aku menunggu jawaban dari Cecilia sambil melihat foto profilenya
"Dia cantik," ucapku singkat.
Cecilia memang terlihat cantik dan menarik. Selain kulitnya yang bagus dan bersinar bagaikan porselain, dia juga memiliki pipi yang freckless ala bocah bule. Bibir yang dimilikinya pun begitu menarik, tebal dan merah merona bagaikan Kyle Jenner. Alis tebal juga menghiasi kedua matanya. Bukan alis hasil sulam melainkan alis alami.
Di sebelahnya, terdapat foto laki-laki berambut pirang dan berwarna biru. Lelaki itu terlihat masih muda dan tampan. Tidak seperti Dad yang dia panggil di bandara ketika aku bertemu dengannya. Aku dipenuhi sejuta pertanyaan mengenai Cecilia tetapi aku tahu bahwa hal ini adalah privasi baginya. Lagipula aku masih belum dekat dengannya. Aku hanyalah orang asing yang tersesat dan kebetulan bertemu dengannya di bandara. Selagi aku masih asyik dengan foto profil Cecilia, terdapat pesan whatsapp yang masuk darinya.
[Hai Claretta, akhirnya kamu menghubungiku juga. Bagaimana setelah kamu berkumpul kembali bersama rombonganmu?]
Aku tersenyum tipis membaca pesan dari Cecilia. Meskipun aku hanyalah orang asing, tetapi dia benar-benar peduli padaku. Kemudian aku menjawab pesannya dengan cepat.
[Yah, begitulah. Awalnya aku pikir mereka bakal marahin aku, ternyata tidak.Aku tidak tahu bahwa pendamping aku khawatir padaku tetapi dia menyembunyikannya dengan baik. Hahaha. Untung ada kamu.]
Aku langsung mengirim pesan whatsapp kepada Cecillia, Tiba-tiba dia memanggilku via whatsapp call dan aku langsung mengangkat teleponnya tanpa ragu.
"Hai Claretta, gak apa-apa kalau aku telepon kayak gini? Ganggu gak?" ucap Cecillia di balik telepon.
Aku mengingat suara Cecillia. Intonasi dia begitu hangat. Terkadang aku heran mengapa ada orang yang sangat baik dengan orang asing. Padahal aku saja yang bekerja selama bertahun-tahun bersama dengan Sinta tidak bisa seperti itu. Kami masih tidak dekat. Jika kita berbicara, kita hanya akan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kerjaan atau sekadar formalitas.
"Tidak apa-apa. Aku lagi senggang kok,"jawabku dari balik telepon.
"Oh baguslah. Aku tidak ganggu. Untuk pembicaraan sebelumnya, tenang aja. Aku senang bisa membantu. Dad juga senang membantumu. Lucunya padahal aku benar-benar tulus membantumu tetapi Dad malah memberiku uang yang banyak karena sudah membantu orang asing,"aku Cecillia.
"Hahaha. Rejeki nomplok yang, Cil. Omong-omong aku mau nanya boleh?"
"Sok tanya aja, Ta. Eh, gak apa-apa aku panggil kamu, Ta? Soalnya nama Claretta kepanjangan nih!"
"Gak apa-apa. Aku juga gak apa-apa nih panggil Cil?"
"Tenang aja. Nama panggilan aku memang Cil,"ujar Cecillia.
"Oke. Oke. Oh, iya kamu mau nanya apa?"lanjut Cecillia.
Aku terdiam sejenak. Aku menarik nafas panjang sebelum mengungkapkan apa yang ingin aku tanyakan ke Cecilia lewat telepon.
"Dad yang kamu bilang? Kamu benar-benar ketemu di aplikasi Sudabay?"tanyaku penasaran.
Cecilia berpikir sejenak. Kemudian dia menjawab pertanyaanku.
"Tentu saja. Kenapa kamu bertanya seperti itu?Apa kamu sudah install aplikasi Sudabay?"
"Iya, Cil. Aku bukan hanya menginstall aplikasi Sudabay saja tetapi sudah membuat akun di sana."
"Wah, aku senang Ta! Gimana-gimana udah coba swipe-swipe belum? Udah dapat match?" cecar Cecillia.
Ternyata Cecillia memang menggunakan aplikasi Sudabay untuk mendapatkan Dadnya dan bukan hanya membicarakan omong kosong. Karena fakta tersebut, aku ingin bertanya beberapa hal karena aku tidak mau dapat zonk atau ditipu.
"Seperti katamu. Aku menggunakan aplikasi Sudabay di bandara LAX dan menemukan match pertamaku. Sayangnya aku tidak percaya padanya."
"Tidak percaya? Maksudmu apa, Ta?"
"Iya. Match pertama kau menggunakan inisial. Aku takut kalau aku bakal di catfish atau discam sama dia," jawabku.
Cecillia tidak langsung merespon pembicaraanku dalam panggilan telepon ini. Dia terdiam sejenak. Aku tidak tahu apa dia sedang berpikir atau melakukan hal yang lain. Namun, aku sabar menunggu responnya.
"Hmmm … Kamu ingat perkataanku sebelumnya tentang peristiwa seseorang yang berpura-pura jadi Sugar Daddy tetapi menyuruhmu untuk mengisi saldo paypal balance, ya?" ucap Cecillia setelah terdiam sejenak.
"Iya,"ucapku singkat.
"Lalu, apakah dia langsung memintamu untuk mengisi paypal balance?" tanya Cecillia.
Aku berdecak. Aku mengumamkan suara "hmm". Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Cecillia.
"Enggak, Cil tapi dia banyak rahasia. Dia menggunakan nama inisial dan tidak mau memberitahukan nama aslinya."
"Oh, inisial ya? Mungkin dia memang orang yang private, Ta. Coba aka kalian teleponan atau video call. Kalau udah aneh-aneh dan minta uang atau isi paypal balance baru deh kamu skip."
Mendengar perkataan Cecillia membuatku tersadar akan sesuatu. Aku terlalu agresif dengan S.S tanpa mencoba untuk memberinya kesempatan. Mungkin aku harus melakukan saran Cecillia dengan mencoba meladeni dia via telepon atau video call. Mungkin saja dia memang orang yang private dan bukan seorang scammer.
"Oh iya, Ta. Aku senang mengobrol denganmu di telepon tapi sayangnya aku harus pergi. Kita akhiri pembicaraan kita, ya!" ucap Cecillia.
"Oke. Makasih juga ya udah mau dengerin cerita dan jawab pertanyaanku. Lain kali, kita ngobrol lagi."
Cecillia mengucapkan salam perpisahan dan segera menutup telepon. Kemudian aku melihat riwayat panggilan. Aku melihat ada panggilan terjawab dari nomor yang tidak dikenal. Kemudian aku menerka-nerka siapa orang tersebut.
"Apa jangan-jangan S.S?"gumamku.
Aku masih melihat riwayat panggilan dan bingung dengan apa yang harus kulakukan.
"Apa aku kirim pesan ke dia dan bertanya apakah dia adalah S.S?"
Aku masih sibuk berpikir. Tiba-tiba ada panggilan masuk dari whatsapp dengan nomor yang sama. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjawab panggilannya.
" Hai, Claretta. Ini aku, S.S,"ucap S.S di balik telepon.
" Hai, S.S," jawabku.
"Terima kasih ya udah jawab panggilanku. Kamu tidak menjawab panggilanku sebelumnya. Aku pikir kamu gak mau angkat teleponku."
Sebenarnya apa yang diucapkan oleh S.S benar. Aku memang tidak mau menjawab panggilan S.S sebelumnya tetapi pembicaraanku dengan Cecillia mengubah pikiranku.
"Tidak masalah. Lagipula, aku tau itu pasti kamu. Soalnya hari ini aku belum memberi nomorku pada siapapun."
Aku mendengar S.S tertawa dari balik telepon. Namun aku merasa heran karena tidak ada hal yang lucu dari percakapanku dengan dirinya.
"Oh iya, kamu lagi apa?" tanyanya di telepon.
"Aku lagi istirahat aja nih. Kalau kamu?"jawabku sambil balik bertanya.
Aku sebenarnya tidak tahu mengapa aku bertanya balik. Padahal menurutku dia masih mencurigakan. Lagipula, dia juga seperti kebanyakan cowok lain ketika PDKT yaitu menanyakan kabar dan lagi apa. Tidak kreatif sama sekali.
"Oh, sama. Aku juga lagi istirahat. Aku lelah sekali karena baru selesai meeting," jawab S.S.
Sebenarnya aku tidak mau tahu apa yang sedang dia kerjakan atau dia habis apa. Semua ini hanya formalitas. Pelajaran dasar etika.
"Oh." Aku merespon dengan singkat
Kemudian tidak ada pembicaraan sama sekali antara kami. Aku mulai merasa bosan dan mau menutup pembicaraan kami di telepon. Namun, S.S meminta panggilan video.
Sontak, aku menolak permintaannya untuk melakukan video call.
"Mengapa kamu menolak permintaan video call dariku?"tanya S.S
Aku ingat perkataan Cecillia mengenai video call tetapi aku belum mau melakukan video call. Lagipula menurutku video call adalah hal yang krusial. Biasanya ketika aku menggunakan aplikasi dating, video call dilakukan ketika kita sudah berbicara cukup lama misalnya beberapa hari setelah kita saling bertukar pesan dan melakukan panggilan. Bukan di hari pertama kita kenal seperti ini.
" Em ... Gak apa-apa. Lagipula kenapa kamu mau minta video call sih?"cecarku.
"Bukannya kamu meragukanku?"ucap S.S
"Meragukanmu?"
"Iya. Kamu beberapa kali mencoba mengorek informasi dariku. Jadi, aku ingin menunjukkan diriku sebenarnya padamu."