Chereads / MY CEO IS MY SIMP / Chapter 1 - BAB I

MY CEO IS MY SIMP

Laurent95
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB I

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa saja yang selama ini hanya ada di pikiran menjadi kenyataan. Seperti kutipan yang berasal dari penulis Earl Nightiangle, " we become what we think about." Bahkan perkataan yang tidak sengaja terucap mampu menandingi kekuatan pikiran kita. Maka dari itu, perkataan disebut sebagai Spelling. Dengan kata lain, kita menciptakan apa yang telah kita katakan.

Tidak heran banyak motivator atau orang hebat yang memperingati untuk berhati-hati dengan pikiran dan ucapan kita. Meski, tentu saja aku menganggap remeh nasihat itu. Namun, kini aku percaya sepenuhnya.

I need sugar daddy, to come pay my bill, pay my bill

"Tidak! Tidak! Kenapa lagu ini yang muncul sih?" ucapku sambil menahan malu. Aku melihat seisi ruangan yang sedang menatapku dengan tatapan merendahkan. Kurasa bukan hanya orang Indonesia saja yang menganggap buruk sugar daddy dan sugar baby tetapi temen sekantorku yang sebagian besar orang Amerika dan sedikit orang Asia berpikir demikian.

Aku mendengarkan lagu sugar daddy yang tidak sengaja terputar. Karena aku tidak mempunyai MP3 Player, tentu saja aku menggunakan telepon genggam sebagai media untuk memutar lagu. Biasanya aku mengatur lagu melalui berbagai playlist yang telah dibuat. Namun, karena hari ini sangat sibuk, aku memutar lagu dan mengaturnya dalam mode loop. Sudah jadi kebiasaanku untuk memutar lagu acap kali bekerja. Karena aku bukan penggemar headset, aku selalu mendengarkan lagu dengan speaker yang lumayan keras. Memang betul, aku suka mendengarkan lagu Sugar Daddy tapi tidak perlu semua orang tahu bahwa aku menyukai lagu ini secara pribadi.

Aku tidak mau dianggap aneh dan sebisa mungkin aku tidak mau menarik perhatian atau mencari masalah di sini. Sebagai catatan. Aku, Claretta adalah wanita yang beruntung. Setelah kerja keras di perusahaan CBL News di Indonesia selama tujuh tahun mulai dari jabatan staff yang paling rendah yaitu jurnalis junior, akhirnya aku dipromosikan sebagai asisten eksekutif di kantor cabang di New York City, Amerika Serikat. Ini merupakan hal yang diidamkan setengah mati oleh setiap wanita kantoran khususnya pegawai CBL News.

Tik-Tok!

Sudah beberapa waktu berlalu sejak insiden memalukan itu terjadi. Semua orang kembali larut dalam pekerjaannya. Hingga akhirnya, waktu menunjukan pukul 17:00. Waktu yang ditunggu oleh setiap karyawan CBL News untuk bertemu kasur tercinta, orang terkasih dan keluarga. Aku melihat semua orang membereskan barang-barang mereka dan beranjak pergi. Asalnya aku juga ingin segera mengikuti mereka tapi aku menahan diri sebentar.

Ting!

Aku mendengar bunyi pesan masuk dari telepon genggam yang berada di meja kerja. Kulihat nama yang tertera, S.S. Sebuah nama singkatan yang istimewa serta rahasia. Dengan secepat kilat, ku buka pesan tersebut.

[ Apakah kamu sudah siap?]

Aku membaca pesan yang masuk. Namun, aku menunggu beberapa saat sembari mengambil kaca untuk melihat wajahku. Aku melihat beberapa keringat yang mengalir di wajahku. Aku juga dapat melihat beberapa titik hitam yang tersebar di berbagai sisi. Selesai dengan memandangi wajah dengan kaca, aku melihat pakaian yang kukenakan dan segera membalas pesan dari S.S.

[Aku terlihat lusuh sekali. Aku harus pulang dan segera mandi.]

Belum sampai semenit pesanku terkirim, aku menerima balasan darinya.

[Mandi maupun tidak mandi, kamu akan selalu terlihat cantik di mataku <3]

"Ah, dia melakukan gombalan mautnya,"pikirku.

Ada peribahasa yang mengatakan, "Laki-laki jatuh cinta lewat mata dan wanita jatuh cinta lewat perkataan." Jadi sangat wajar bagi sebagian wanita luluh ketika seorang lelaki berkata manis dan melemparkan sejurus gombalan maut. Apalagi jika gombalan itu datang dari seorang CEO sebuah perusahaan terkemuka di negara adidaya ini.

Siapa sih yang tidak mau mendapatkan lelaki tampan, kaya dan sukses? Kurasa hampir semua wanita menginginkannya. Kenapa? Karena, hampir semua wanita memiliki sindrom Damsel in Distress. Terima kasih kepada Disney yang memperkenalkan pangeran tampan nan kaya dan menikahi Cinderella seorang rakyat jelata yang ditindas oleh ibu tiri dan saudara tirinya. Kini, semua wanita ingin mendapatkan nasib yang sama. Tidak lupa, sekumpulan cerita Wadopad mengenai mafia kaya raya yang menikahi gadis miskin atau seorang CEO yang menikahi bawahannya.

Ting!

[Hei, kenapa kamu gak bales pesanku, sih?]

Aku hampir lupa untuk membalas pesan S.S karena terlalu larut dalam pikiranku. Lalu, aku segera mengetik beberapa kata untuk membalasnya. Belum saja, aku selesai mengetik, aku menerima pesan baru dari S.S.

[Aku ada di belakangmu.]

Aku membelalakan mataku dan segera berbalik. Ku lihat S.S benar-benar berdiri di belakang meja kerja sambil membawa kantong yang bertuliskan Lala. Aku melihat senyuman manis yang tersungging di bibirnya. Tanpa berkata apapun, dia segera berjalan ke arahku. Aku masih tidak beranjak dari tempatku dan hanya melihat dia yang semakin mendekat. Semakin dia mendekat, aku dapat memperhatikan sosoknya dengan saksama. Dia memiliki rambut pirang dan mata biru. Dia juga memiliki hidung yang mancung tetapi tidak terlalu besar. Selain itu, dia memiliki kulit putih pucat ala vampire di film Twilight.

"Kenapa kamu datang ke ruanganku, Pak?"tanyaku sambil beranjak dari kursi tempatku duduk. Aku melihat ke sekitar dan awas dengan keadaan sekitar.

"Tenang saja, sebelum aku ke tempatmu, aku sudah melihat ke sekitar dan memastikan tidak ada karyawan lain selain kamu,"jawab S.S santai.

Hubungan kami memang sebuah hubungan rahasia yang tidak boleh diketahui oleh siapapun. Memang ada beberapa perusahaan yang memperbolehkan hubungan dengan sesama karyawan. Adapula yang memperbolehkan hubungan antara atasan dan bawahan. Namun, hubungan kita tidak sesederhana itu.

"Oh, iya, ini ada hadiah buat kamu," ucap S.S sembari menyerahkan kantong itu kepadaku.

Aku melihatnya perlahan dan menerima hadiah itu. Segera, aku merogoh apa yang ada di dalam kantong. Ku ambil kantong itu dan mengeluarkan isinya. Di dalam kantong itu terdapat sebuah dress berwarna pink dihiasai dengan pita di belakangnya. Melihat dress yang sedang aku pegang ini, membuat mataku berbinar. Aku sangat menyukai dress ini sampai tidak bisa berkata-kata. Memang dress buatan merk Lala tidak pernah mengecewakan. Selain termasuk dalam kategori barang mewah, koleksi yang dikeluarkannya tidak pernah mengecewakan.

"Te- terima kasih, Pak. Aku suka sekali," ucapku dengan mata berbinar.

"Cepat ganti bajumu dengan hadiahku. Aku ingin melihat dirimu yang cantik dibalut dengan pakaian yang tidak kalah cantiknya dengan dirimu."gombal S.S.

Aku segera membawa tas dan kantong tersebut menuju kamar mandi. Selagi berjalan, jantungku berdegup dengan kencang. Aku sangat senang hingga rasanya jantungku ingin keluar dari tubuh. Tidak lama kemudian, aku menemukan kamar mandi dan memasuki bilik kosong. Ku buka baju perlahan dan segera memakai dress ini.

"Cantik sekali!"

Aku terus menganggumi dress yang sekarang terpasang di badanku. Kemudian, aku mencuci muka, mengelapnya dengan handuk kecil dan menyapukan riasan di seluruh wajah. Setelah selesai dengan semua ini, aku melihat kaca dan memutar seluruh tubuhku. Tidak lupa, aku melakukan selfie dan mengunggahnya di Instagram pribadi. Kemudian, aku keluar dari kamar mandi untuk menemui S.S. Tak kusangka, dia berdiri di depan pintu kamar mandi seolah menungguku.

"Aku lama ya?" ucapku sambil mengusap belakang kepalaku.

"Gak kok. Semua penantian terbayar dengan melihatmu di depanku." balasnya dengan senyum nakal.

"Bapak bisa saja," sahutku.

S.S melihatku dari atas sampai ke bawah tanpa berkedip. Sebenarnya aku cukup risih tapi aku tidak dapat mengungkapkan hal itu padanya. Dia terlihat menikmati pemandangan yang cantik alias diriku.

"Dress itu sangat cocok untukmu. Kamu terlihat cantik sekali," ujarnya sambil berbisik.

Meski perkataannya hampir tidak terdengar karena sekadar bisikan tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas. Untuk menggodanya lebih lagi, aku berjalan ala model catwalk dan menyunggingkan senyuman paling manis untuk dirinya. Ternyata jurus yang aku keluarkan berhasil. Mukanya merona sehingga dia menutupi muka dengan sebelah tangannya. Tangannya yang sebelah lagi menyergap tanganku seolah menyuruhku untuk mengandengnya.

"Ayo, kita segera pergi! Aku sudah reservasi dan kita harus sampai dalam setengah jam, "ajaknya.

Aku mengikuti setiap langkah kakinya. Kita segera keluar dari gedung ini dan menuju mobil Ferari miliknya.

Kami sudah sampai di restoran Coast De Co. Aku melihat sebuah restoran dengan dekorasi yang sangat cantik. Lentera berwarna-warni terpasang di langit-langit sepanjang parkiran menambah keromantisan malam ini. S.S mematikan mesin mobil dan membuka pintu mobilnya. Kemudian dia menuju tempatku dan membukakan pintu. Aku kira dia hanya membukakan pintunya saja untukku, ternyata perkiraanku salah.

"Loh, loh, Pak! Aku malu. Turunkan aku!" pintaku pada S.S.

S.S menggendong diriku ala tuan putri. Mukaku perlahan berubah menjadi merah. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Tidak mau, Sayang. Aku ingin menggendongmu. Bukankah ini romantis?"goda S.S.

"Sayang?"tanyaku heran.

"Iya. Kita sudah tidak di kantor lagi. Jadi, aku bebas panggil kamu semauku."

Aku tidak bisa berkata-kata. Pernyataan S.S benar. Aku hanya memanggilnya Pak atau Bapak khusus di kantor saja sedangkan dia tidak akan menyebut sayang jika kami berada di lingkungan kantor. Sebagai respon, aku terdiam. Aku bahkan tidak memintanya untuk menurunkanku lagi karena acara gendong-menggendong sudah biasa kami lakukan ketika kami hanya berdua saja.

Selagi S.S berjalan sambil menggendongku, seorang waitress wanita menghampiri kami. Dia tidak terlalu tinggi. Kira-kira hanya sebatas bahu S.S. Dia mengenakan kemeja berwarna putih dan blazer hitam. Terlihat papan nama Angel tersemat di blazernya.

"Atas nama siapa, Pak?" tanya Angel.

"Shiloh Sulivan." Jawab S.S.

Setelah Shiloh mengucapkan namanya, waitress tersebut mengarahkannya ke suatu tempat. Dia berada di area outdoor. Dari jauh, aku dapat melihat bangunan putih berbentuk sangkar dengan lampu yang menyala mengikuti bentuk sangkar tersebut. Di sepanjang jalan setapak menuju sangkar, aku melihat lilin-lilin kecil yang menyala seakan menjadi penunjuk jalan. Shiloh segera berjalan mengikuti cahaya. Ketika kami sampai di sangkar ini, dia menurunkanku.

Shiloh Sulivan adalah nama asli S.S. Namun, aku menamakannya sebagai S.S untuk menutupi identitasnya. Shiloh mempunyai dua nomor. Nomor untuk pekerjaan dan nomor yang khusus untuk menghubungiku. Jadi, aku harus merahasikan nomor dan hubungan kita ini.

Sebelum aku duduk di kursi yang disediakan, aku mengagumi setiap dekorasi yang terpasang di dalam sangkar ini. "Cantik sekali," gumamku. Kemudian, aku melihat sekitar. Tidak ada Shiloh di sisiku. Kemudian aku berbalik dan menemukan Shiloh yang sedang duduk di bangku. Mungkin karena dia lelah, dia segera duduk di salah satu bangku dan menungguku. Tak ingin membuatnya menunggu, aku mengikutinya untuk duduk di meja yang telah disediakan untuk kami.

Ketika Shiloh hendak mengambil peralatan makan, dia menemukan secarik kertas. Dia membacanya dengan perlahan. "Sangkar burung yang cantik untuk lovebird," ucapnya sambil memandangku dengan penuh arti. Aku tidak membalas tatapannya dan mengalihkan pandanganku. Tiba-tiba Shiloh mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Aku melihat sebuah kotak merah yang cantik. Dia membuka kotak itu secara perlahan dan membuatku terkejut.

Aku mengarahkan tangan dan menutup mulut yang tengah terngangga. Ini rasanya seperti mimpi. Sebuah cincin emas cantik dengan berlian yang menghiasi ada di dalam kotak tersebut. Shiloh beranjak dari kursi dan menghampiriku. Lalu, dia berlutut dan menatapku dengan tatapan penuh cinta. "Maukah kamu menjadi kekasihku?"pintanya.

Aku tidak menjawab permintaannya. Kemudian aku menyuruhnya berdiri. "Ini salah!" Kemarahan tersulut dalam diriku. Kemudian aku melanjutkan kata-kataku. "Kontrak. Ini menyalahi kontrak!"ancamku pada Shiloh.