Chereads / Dandilian / Chapter 2 - Tunas Sebelum Berbunga

Chapter 2 - Tunas Sebelum Berbunga

Dua botol vodka berjejer dimeja tempatku duduk, seorang pria dengan setelan rapi dan dasi yang masih menggantungnya. Mungkin dia akan menjadi pelangganku mala mini, segera kudongakkan kepala ku mentap laki-laki itu. Kutatap matanya dengan mata penuh hasrat, sedikit kusibak rok belahan ku hingga sedikit mempertontonkan paha mulusku. Ia yang tadinya berdiri kini duduk disebelahku, tangannya yang usil mulai menggerayangi pahaku yang mulus. Diciuminya tengkukku dengan nafas yang kian menderu, tangannya yang berjalan menuju selangkangan segera kutahan.

"Aku tidak melayani itu, aku hanya menemani mu minum atau berkaraoke" bisikku ditelinganya.

"Berapa pun akan kubayar" bisik laki-laki itu membalas percakapanku.

"Sorry" kataku sambil berjalan meninggalkan meja itu

Bukan karena aku tak butuh uang, namun aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa siapapun nanti yang menjadi suamiku akan menikmati tubuhku seutuhnya tanpa kurang sejengkal pun. Laki-laki itu hanya terdiam memandangi Liliana yang berjalan meninggalkan dirinya. Pandangannya penuh dengan maksud yang tak diketahui banyak orang.

Dalam gelap remang-remang suasana cafe, Liliana atau biasa dikenal dengan nama Lian asik menari dengan sebotol bir ditangannya. Tariannya tak karuan hingga beberapa kali menyenggol seseorang yang berada disebelahnya, namun ia tidak menghiraukan itu semua. Suasana hatinya sedang kacau karena orang yang ia cintai menikah dengan wanita lain. Laki-laki yang ternyata selama ini hanya merampas uang yang berhasil ia kumpulkan. Laki-laki tidak bertanggungjawab yang hanya ingin menguasai uang Liliana namun malas bekerja. Biarlah nanti istrinya merasaka apa yang Liliana rasakan saat ini.

"Woy! Hati-hati dong. Kemeja gue mahal nih!" bentak seorang laki-laki yang kemejanya basah tersiram bir yang dibawa Liliana.

"Ups, sorry" kata Liliana yang telah mabuk sambil menyiramkan sisa bir dibotolnya.

"Woy! Gila ini cewek" kata laki-laki tadi yang kini mendorong Liliana hingga tersungkur.

Laki-laki yang marah itu mengambil ancang-ancang untuk memukul Liliana dengan botol kosong yang direbutnya dari Liliana. Namun, tangan lelaki itu tiba-tiba terhenti akibat seorang laki-laki yang menahan tangannya.

"Apa-apaan nih? Siapa loe? Nggak usah ikut campur. Kemeja gua mahal nih!" bentak laki-laki itu dengan setengah sadar.

"Ambil ini buat beli kemeja" kata laki-laki itu meleparkan beberapa lembar uang ratusan dan bergegas mengangkat tubuh Liliana pergi meninggalkan cafe.

Liliana yang tak sadarkan diri terus saja mengigau hingga muntah dipinggir jalan saat sesekali tersadar. Laki-laki itu hanya diam sambil terus memandangi Liliana hingga beberapa menit kemudian datanglah sebuah mobil mewah keluaran terbaru berhnti didepan mereka. Liliana yang masih terhuyung mulai dipapah masuk kedalam mobil pada bagian kursi penumpang dibelakang, sedangkan laki-laki itu duduk didepan samping kursi pengemudi. Mereka pergi meninggalkan cafe ditengah keramaian ibukota dimalam yang gelap.

Bunyi jam wecker membangunkan Liliana yang terlelap diatas ranjang besar dalam ruangan yang sangat luas layaknya lapangan bola. Mata yang masih sepat membuat Liliana susah menatap keluar jendela yang berukuran besar dengan pintu kaca yang terbuka lebar.

"Ahhh, akhirnya aku di surga" gerutu Liana saat membuka mata.

Namun matanya segera terbelalak saat mendapati seorang laki-laki menggunakan kemeja putih duduk didepan kaca besar dan menghadap sebuah danau.

"Aiiisshhh, siapa loe?" tanya Liana sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

"Sudah bangun? Makan dulu sana" jawab laki-laki itu dengan posisi masih duduk membelakangi Liana.

"Siapa loe?! Loe ngapain gue semalem?!" tanya Liana penuh ketakutan.

Laki-laki itu tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Liana diatas ranjang, dengan kuatnya Liana tetap menutup tubuhnya dengan selimut. Pria itu duduk iujung kasur dengan memandang Liana yang terlihat berantakan.

"Yaaahhh, loe yang semalem ngajak gue tidur kan?!" bentak Liana mengenali laki-laki itu.

"Ouuuh, bau alkohol sekali. Bersihkan tubuh mu" suruh laki-laki itu dengan menarik selimut yang digunakan untuk menutup tubuh Liana hingga terbuka.

Sontak mata Lianan terpejam, dengan kedua tangan menutup tubuhnya. Namun dirinya tersadar saat baju yang dikenakannya sudah berganti dengan kaos putih yang nampak keberasan ditubuhnya.

"Loe muntah semalem, itu kaos adek gue yang ketinggalan disinidan yang gantiin loe baju juga bukan gue tapi pembantu gue. Udah sana mandi, nanti kita bicara setelah loe selesai bersih-bersih" jelas laki-laki yang nampak tak asing bagi Liliana.

Liliana segera pergi menuju kamar mandi yang berada dibalik ranjang, betapa kagetnya Liliana melihat kamar mandi mewah dengan bathub yang berhadapan langsung dengan danau yang sangat cantik. Ruang shower yang terdapat di outdoor membuat kamar mandi nampak terang bahkan tanpa penerang ruangan.

Sedang asiknya membersihkan badan didalam bathub, Liliana mencium bau masakan yang sangat harum hingga membuat perutnya berdendang dengan sangat merdu. Segera dirinya beranjak dan menyelesaikan ritual mandinya, dilangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Diliriknya laki-laki yang belum ia ketahui namanya, rupanya laki-laki itu sedang memasak sebuah makanan dan menghasilan aroma sedap yang dapat membuat perut Liana merasa lapar.

"Oh, udah? Makan ini, semoga loe suka. Gue nggak bisa masak, tapi kalo sekedar nasi goreng ya mungkin bisa lah dinikmati manusia" kata laki=laki itu menyadari kehadiran Liana.

Liana yang merasa bingung harus bagaimana akhirnya memutuskan untuk duduk dan menikmati makanan yang disajikan.

"Gue Dandi" kata laki-laki yang mengaku dirinya bernama Dandi

"Loe mau jadi istri" kata Adin yang terputus akibat tersiram air yang dimuncratkan oleh Liana.

"Sorry, sorry, sorry" ucap Liana sambil mengelap mulutnya dan wajah Adin dengan tisu.

"Oke, oke. Nggak papa, gue bisa elap sendiri" jawab Dandi sembari mengelap sisa air diwajahnya..

"Mungkin kedengaran aneh, tapi apa loe mau jadi istri pura-pura gue?" tanya Dandi lagi.

"Maksudnya?" tanya Liana bingung sembari terus mengunyah nasi yang dilahapnya.

"Nenek gue minta gue cepet-cepet nikah sebelum dia balik ke Jerman, dia juga janji bakal kasih setengah hartanya buat gue kalo gue udah nikah. Kita pura-pura nikah 3 bulan, habis itu gue bakal pura-pura selingkuh dan ceraikan loe. Gue bakal bayar loe 300 juta, gimana?" tanya Dandi membuat persetujuan.

"300 juta aja? Kalo gue minta rumah ini?" tanya Liliana.

"Sure, silahkan" kata Dandi tanpa berpikir.

"Wah, waaah, waah. Gila loe ya, acting loe bagus banget. Sumpah" kata Liliana tak percaya dengan tangan yang saling bertepuk.

Dandi yang merasa diremehkan segera mengambil bungkusan amplop coklat yang berada dilemarinya, dibukanya kasar sehingga membuat isinya jatuh berhamburan.

"Uwaaaah, uang semua itu?" tanya Liliana dengan kagum.

"Loe bisa dapetin semuanya kalo loe mau, tapi dengan satu syarat. Loe nggak boleh balik ke cafe itu lagi selama kontrak kita masih berjalan" jelas Dandi.

"Apa jaminannya kalo loe nggak bakal bohongin gue?" tanya Liliana masih tidak percaya.

"Kita sama-sama tandatangani kontrak ini, semuanya udah gue tandatangani. Tinggal loe" kata Dandi memberikan map berisi 3 lembar kontrak yang sudah ditandatangani dirinya.

Dengan sangat berhati-hati Liliana baca kontrak itu, semuanya berisi hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Lagi-lagi Liliana tergiur oleh banyaknya uang yang ditawarkan Dandi, dengan mantap Liliana tandatangani kertas kontrak yang akhirnya mereka bagi dua agar keduanya saling memegang kontrak satu sama lain.

Hari berganti petang, Liliana yang asik bermain hp dikejutkan oleh bunyi bel rumah yang sangat kencang. Dengan polosnya ia langsung berlari kekamar mandi untuk bersembunyi, Dandi yang melihat tingkah Liliana hanya bisa tersenyum sambil berjalan membuka pintu untuk mengetahui siapa yang datang pada saat petang seperti ini. Pintu belum sepenuhnya terbuka, namun seorang wanita paruh baya menerobos masuk kedalam rumahnya tanpa permisi, raut wajah yang cantik masih terlukis jelas diselasela kerutan samar diwajahnya.

"Nima minta kamu kerumah nima besok" ucap wanita itu dengan nada angkuhnya.

"Baiklah, Tante Tria" jawab Dandi sopan.

"Oh ya, jangan lupa bawa istri mu. Dan katakana padanya untuk tidak bersembunyi dikamar mandi saat ada keluarga yang datang" jelas Tria sambil matanya melirik kekamar mandi dan berlalu meninggalkan rumah.

"Kok dia bisa tau kalo gue dikamar mandi?" tanya Liana saat berjalan keluar dari kamar mandi.

Dandi hanya tersenyum meringis sambil matanya menunjukkan sebuah pakaian dalam berwarna merah muda yang tergantung digantungan baju milik Dandi. Disisi lain, Liana yang merasa malu segera mengambil pakaian dalam itu dan menyembunyikannya dibalik badannya.