Liliana tengah asyik menikmati kue teralihkan pandangannya oleh seorang wanita paruh baya dengan kedua anak laki-laki dan perempuan disampingnya. Sosok keibuan yang nampak jelas dari sorot matanya, lembut dan santun tutur katanya. Penampilannya yang anggun namun sederhana, rambutnya yang dicepol sembarangan namun masih terlihat rapid an manis. Dibukanya kaca mata yang ia gunakan dan betapa terkejutnya Liliana saat menyadari bahwa ibu muda itu ialah sahabat lamanya saat bekerja disalah satu club malam di Bali. Perasaan sungkan dan tak enak membuat Liliana mengurungkan niatnya menyapa wanita itu, ia lalu mencoba menyibukkan diri agar tak terlihat sombong atau lain sebagainya. Namun, wanita itu rupanya juga merasa mengenal Liliana dan berbeda dengan Liliana. Wanita itu justru menghampiri meja Liliana dan meninggalkan kedua putra dan putrinya dimeja yang ia pesan.
"Liana?" tanya wanita itu mencoba mengenali Liliana.
"Belinda?" sapa balik Liliana yang berpura-pura terkejut melihat kehadiran sahabat lamanya.
Keduanya asyik berpelukan dan saling menceritakan satu dan lain hal lainnya. Keduanya saling mengingat masa-masa ketika keduanya menjadi seorang wanita malam di Kota Dewata. Untung saja saat itu Kenny lebih asyik dengan anak-anak Belinda yang masih berusia kisaran 5 sampai 7 tahun, samar-samar Lililana meminta Belinda untuk tidak berbicara terlalu keras, karena takut Kenny mendengar percakapan mereka.
Namun, Belinda malah memberi nasihat pada Liliana yang dianggap malu dengan masa lalunya. Belinda juga menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan suami yang mau menerima ia apa adanya dan Belinda juga berpesan bahwa Liliana masih cukup bersih disbanding dengan dia yang sering'dibungkus' orang. Tapi dia tidak membandingkan hidupnya dengan kehidupan Liliana yang sekarang, ia hanya menceritakan bagaiman abahagianya ia saat mengetahui bahwa ada laki-laki yang bersedia menjadi suaminya dengan latar belakang dirinya. Laki-laki berdarah eropa yang tertarik pada Belinda saat mereka sama-sama sedang patah hati dan memutuskan menikmati malam yang panjang dengan sebatang rokok dan minuman yang mereka bawa masing-masing.
Asyik bercerita hingga tersadar bahwa mereka pergi cukup lama dan Kenny mengajak Liliana kembali ke rumah, karena takut Tante Tria marah. Liliana pun mengiyakan ajakan Kenny, rupanya Belinda pun akan pergi dari cafe itu juga. Mereka pun saling berpelukan sebagai tanda berpamitan, tak lupa pula Belinda menyemangati Liliana bahwa bagaimana pun masa lalu kita, jika laki-laki itu benar-benar mencintai kita. Maka laki-laki itu akan menerima kelebihan bahkan kekurangan kita sekalipun. Liliana hanya meng'iya'kan ucapan itu, namun jauh dalam pikirannya tertanam kata-kata yang Belinda ucapkan dengan serius. Mereka pun bergegas masuk kedalam mobil masing-masing, lama Belinda memposisikan anaknya dalam mobil sebelum tiba-tiba dirinya keluar membawa sebuah bingkisan kecil yang ia berikan pada Liliana sebelum Kenny melajukan mobil mereka. Lagi-lagi Liliana hanya membalas perlakuan Belinda dengan kalimatnya yang menyatakan tidak enak karena tidak memberikan apa-apa kepada Belinda yang memberikan binkisan. Mereka pun saling bertukar kartu nama, meskipun hanya Belinda yang memberikan kartu nama, karena Liliana belum sempat membuat kartu nama.
Deru kendaraan Rolls-Royce Sweptail memasuki halaman rumah, dengan terburu-buru Meria berlalu menggunakan kursi roda menuju kamar Tria. Untung saja hari itu Tria berangkat kerja cukup siang, jadi Meria bisa menemui Tria dikamarnya. Dengan berbisik agak keras, nima bangunkan Tria yang tertidur pulas, padahal jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang.
"Tria, bangun" panggil Meria membangunkan anak bungsunya.
"Hmm, mamah. Kapan pulang?" tanya Tria bangkit dari tidurnya.
"Dimana Dandi dan istrinya?" tanya Meria berbisik.
"Mereka pergi sama Kenny" jawab Tria sembari menuangkan air putih pada gelasnya.
"Syukurlah, ada yang mau mamah bicarakan sama kamu. Untung saja mereka nggak ada dirumah. Begini, mamah sudah ketemu sama kakak mu" ucap Meria terpotong karena Tria tersedak air yang sedang ia minum.
"Trus dimana kakak sekarang, mah?" tanya Tria yang kini duduk disebelah Meriadengan rasa penasaran yang tinggi.
Meria pun menceritakan bagaimana ia sampai ke Jepang dan bertemu dengan salah satu perempuan yang mungkin bisa saja mempertemukan mereka dengan Nirmala, putri sulung Meria yang hilang entah kemana. Perbincangan itu cukup mendetail hingga Tria menyimaknya dengan serius dan seksama. Dirinya tentu ingin sekali bertemu dengan Nirmala dan keponakannya yang hilang beberapa tahun lalu, ada beberapa hal yang harus ia lakukan setelah bertemu dengan kakak dan keponakannya itu, oleh sebab itulah dirinya benar-benar memperhatikan 'oleh-oleh' yang dibawa ibunya.
Lama berselang, perbincangan antara Meria dan Tria terpaksa terputus karena kehadiran Kenny dan Liliana yang terlihat memasuki rumah, hal ini diketahui Meria dan Tria karena klakson mobil yang Kenny serukan untuk meminta penjaga rumah membukanan gerbang untuknya. Meria bergegas keluar dari kamar Triad an menyambut cucu serta cucu menantunya. Bagaikan tak terjadi apapun, Meria segera memberikan sebuah bingkisan kecil pada Kenny dan Liliana, Kenny segera membuka bingkisan itu dan menerima sebuah bros kecil berbentuk bunga lily dengan hiasan berlian diujung kelopak bunganya. Kenny pun menyuruh Liliana untuk membuka oleh-oleh itu, Liliana menurut. Sebuah bros dengan bentuk peri kecil bersayap dengan berlian disekeliling tubuh peri menghiasi bros yang nampak imut namun elegan. Meria berpesan bahwa mereka tidak boleh menghilangkan benda itu, terlebih lagi Liliana. Liliana tahu betul bahwa nenek dari suami bohongannya ingin segera meminta cicit yang kelak akan melanjutkan usaha Dandi dan keluarganya. Karena pada dasarnya seluruh keluarga Dandi tidak gila harta dan menyerahkan semuanya pada Dandi. Bagaimana tidak? Kenny lebih menyukai bisnis mode yang bisa ia bangun sendiri atas kerja kerasnya, Tria sebagai tante Dandi juga sudah memiliki beberapa perusahaan yang tidak mungkin sekali dirinya menginginkan perusahaan Dandi yang baru saja dibangun oleh Meria. Semuanya pun hanyut dalam suka cita menyambut kepulangan nenek mereka, mereka habiskan malam dengan meminum teh diberanda belakang dengan beberapa sajian makanan yang Meria bawa dari Jepang. Sayangnya Tria harus berangkat kerja dan tidak bisa bergabung dengan Kenny, Liliana dan Meria.