Chereads / Darah Terakhir / Chapter 6 - Keresahan Selanjutnya

Chapter 6 - Keresahan Selanjutnya

KERESAHAN Tano Akaza. Pria yang licik itu kesal karena Medina berhasil kabur dari kejaran serta serangannya. Apalagi, Tano semakin penasaran siapa orang bertopeng yang telah menyelamatkan Medina. 

Tapi karena kali ini Tano sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak bisa memberikan waktu penuh untuk mencari penghalangnya. Pasalnya, ayah Tano yang merupakan pendiri perusahaan tersebut, berhasil terpikat oleh hasil perusahaan yang fantastis. Perusahaan tersebut berhasil menciptakan sesuatu yang baru sampai membuat orang-orang tertarik.

Walaupun ayahnya itu sempat ragu karena Tano bukanlah orang yang cerdas seperti yang orang lain katakan, tapi semua ini adalah bukti. Supaya ayahnya dapat memberikan posisi tertinggi di kantornya, suatu saat. 

"Selamat, Tano. Aku senang kamu banyak berubah akhir-akhir ini. Dan untuk kamu istri anakku, buatlah permintaan apa yang kamu inginkan," ucap ayahnya sembari memberi hadiah pertama berupa uang cek senilai 100 dollar Amerika. 

Tano sangat merasa terhormat. Tapi istrinya lebih dari itu. Dengan gaya nya yang nyentrik tersebut, istri Tano–Enzy Lami mengambil cek tersebut. Lalu mengatakan, "Ah, tidak apa-apa Ayah mertua. Saya sangat senang jika hanya ini saja hadiah yang Anda berikan," katanya pura-pura puas. 

Ayahnya Tano menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Ambillah. Ini merupakan hadiah karena anakku memiliki istri yang cerdas. Sehingga dapat menuntunnya pada kesuksesan perusahaan ini," jawabnya sembari minum teh China yang diberikan pelayannya barusan. 

"Akhir-akhir ini, dia meminta tas yang hanya di jual lima tas, Ayah. Aku merasa takut tak berhasil mendapatkannya, haha," katanya memberikan keinginan istrinya. 

"Hey, sayang. Jangan katakan itu di sini," sanggah Enzy  dengan manja. 

"Sekretaris Moon, tolong berikan satu padanya." 

"Baik, Pak."

Setelah bergelut dengan pikirannya perihal Medina, tani tetap tidak bisa bersantai, apalagi kali ini dia mendapat pujian yang sangat besar dari ayahnya tersebut. Menurutnya, kepercayaan itu harus dijaga. Demi kehidupan istri dan anaknya. 

"Waktu itu, aku datang ke kantor bersama Sekretaris Moon. Aku melihat laki-laki yang terlihat seumuran denganku. Dia membawa papan putih dengan catatan bahwa kamu telah merampas sesuatu darinya. Tano, apakah itu tidak benar?" tanya Ayahnya berhati-hati. 

Tano cukup terkejut karena Ayahnya membicarakan hal itu. Tapi sang istri yang lihai dengan mulut berbisanya, mampu menjawab semuanya dengan kebohongan. 

"Ah, dia beberapa kali ke kantor kami. Kami pernah mengajaknya untuk bicara karena suamiku tidak pernah melakukan hal itu. Dan setelah kami selidiki, dia kehilangan kesadarannya karena suaminya sudah mati disebabkan staf yang bekerja pada perusahaan kami. Dia mengira bahwa Tano penyebabnya. Ternyata itu masalah staf pribadi kami dengan orang tersebut. Ayah mertua, saya sudah membereskan semuanya dan mengembalikan dia ke Rumah Sakit Jiwa," paparnya penuh alasan. Penuh kebohongan yang membuat seluruh orang mengangguk mengerti. 

"Baiklah kalau begitu. Tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi," katanya. Lalu berdiri dengan satu tongkat untuk menumpu tangannya, berniat pergi ke kamar untuk istirahat. 

"Ah, kenapa Kenzo tak pernah datang ke rumahku? Apa karena dia hanya menyayangi neneknya?" sambungnya sambil membalikkan badan kembali. 

"D-dia sedang sibuk sekolah, Ayah mertua. Dia sekarang sudah SMA. Jadi banyak yang harus dipelajari olehnya," kata Enzy dengan sopan. 

"Suruh dia datang kesini kapan-kapan." 

"Baik, Ayah mertua." 

Setelah berbincang mengenai peningkatan kinerja Tano Akaza, Tano sekarang memiliki waktu untuk mencari Medina, yang akan menghalanginya jika masih hidup. 

Tano serta istrinya naik ke mobil bersama Sopir yang menemaninya selama 18 tahun itu. Tano dan istrinya selalu percaya terhadap Sopir karena bekerja sangat lama dengan mereka. 

"Kita langsung ke rumah saja," pinta Tano kepada Sopirnya. 

"Baik." 

Mereka tak banyak bicara. Karena jujur, untuk Enzy, merawat Tano yang tak begitu cerdas sungguh membuatnya lelah. Tapi Enzy tak akan hidup mewah seperti ini. Jika tak menikah bersama Tano. Enzy  tak menyangka dapat menikah dan setia kepada orang yang tak dicintainya. 

Enzy itu memiliki prinsip hidup, bertahanlah walau harus meminum air yang pahit, tapi akan terasa hasil baik yang dirasakan setelahnya. Dari pada minum yang manis-manis namun akan menjadi malapetaka baginya. 

Selingkuh memang sempat terpikirkan olehnya. Karena dirinya yang mandiri, cantik serta cerdas, membuat para petinggi negara bahkan aktor pun, terpikat padanya. 

Tak ingin sama dengan perilaku orang tuanya, Enzy memilih mengesampingkan keinginan berbahaya itu. Mendidik dan memberikan kasih sayang pada anak adalah utama. 

"Kita sudah sampai, Pak," kata Sopir itu. Sembari membukakan kedua pintu mobil majikannya. 

Tano mengantar istrinya sampai rumah. Dia juga tak bisa karena memberikan teh hangat untuk istrinya. 

"Kenapa kamu tiba-tiba baik?" tanya Enzy. 

"Karena aku sangat ingin berterima kasih sudah memikat hati ayahku. Sekarang, istirahatlah. Aku harus ke kantor lagi. Banyak yang harus aku kerjakan," alasannya. 

"Mm. Baiklah. Hati-hati di jalan." 

Tano pun meninggalkan istrinya dan kembali ke mobil. Sopir mereka merupakan Sekretaris Yuda. Namun dia bukan ingin ke kantor. "Bagaimana? Apakah kamu sudah mendapatkan jejak di mana anak itu?" tanya Tano dengan serius. 

"B-belum, Pak." 

Plak! 

Tano memukul kepala Sekretaris Yuda.  

"Apa yang kamu habiskan semalaman, hah?! Aku sudah peringatkan kamu untuk mengejar mereka. Apakah itu sangat sulit?!" kata Tano sambil menggertakan giginya. 

"Nyonya, Pak," kata Sekretaris Yuda yang membuat pandangannya teralihkan. 

"Sayang, kenapa kamu kembali? Aku akan berangkat tapi dia mengajakku berbicara sedikit barusan," kata Tano bohong. 

"Dompetmu tertinggal," kata istrinya itu sembari memberikan dompet hitam kembung dan beberapa kartu ATM yang banyak. 

"Ah, baiklah. Terima kasih, ya. Aku pergi dulu." 

Enzy itu melihat Tano dengan tatapan curiga. Dia merasa bahwa Tano menyembunyikan sesuatu darinya. 

"Apakah dia selingkuh?" tanya Enzy dalam hati. 

Sedangkan Tano, dia sudah melaju sangat jauh. Dan tentu saja bukan untuk ke kantor. Tapi menuju rumah Medina dan Zaki berada. 

Sesampainya di sana, garis polisi sudah tak ada. Jelas sekali, ini adalah idenya. Ide untuk menutup mulut para aparat. Tano pun masuk ke rumah tersebut. Rumah yang setengah hitam. Dia jelas tahu beberapa titik tempat saat dirinya menganiaya Zaki dan Medina. Tano, menyeringai tanpa linu. 

"Sekretaris Yuda, aku menyiksa orang itu di sini, haha," katanya yang hanya dibalas dengan senyum dan anggukkan Sekretaris Yuda. 

Tano berjalan menuju kamar Medina, ternyata tak ada yang dapat ditemukan kecuali poster Anime yang belum sempat Medina pasang. Kemudian, satu kotak sedang yang dikira adalah dokumen, ternyata itu adalah surat ulang tahun yang diberikan Zaki kepada Medina dari tahun ke tahun. 

"Ck, hahaha! Zaki itu ternyata orangnya romantis, ya. Untuk apa dia membuat hal menggelikan ini? Lebih baik Kenzo. Dia anak lelaki yang tidak manja dan lemah. Anak perempuan hanya akan membuat keributan saja. Ckckck," ucapnya meremehkan, lalu melempar kotak tersebut ke sembarang arah. 

Dan saat dirinya masuk ke kamar Zaki, Tano sudah percaya diri bahwa dia akan menemukan barang berharga yang mau dia bakar. Tapi dokumen tersebut tidak ada. Tano berdiri, bahwa Medina lah yang mengambilnya. 

Prang! 

Tano melempar akuarium berisi satu ikan milik ayahnya dari Medina. "Sial! Gadis itu pasti mengambilnya!"