Chereads / PANDU & NIKEN / Chapter 14 - EMPAT BELAS

Chapter 14 - EMPAT BELAS

"Ndu, kamu udah menemukan jalan keluar belum?" Niken membuyarkan angan-angannya.

"Belum." Sahut Pandu singkat. "Tapi aku sudah menemukan yang lain," serunya dalam hati.

"Kita punya waktu sekitar satu jam sebelum jadwal manggung buat Jabrique. Ide apapun aku bakal pertimbangkan deh, karena aku sama sekali blank, aku nggak punya ide sama sekali."

"Sssh… jangan berpikir yang buruk-buruk dulu. Cobalah menikmati suasana malam ini." kata Pandu masih memejamkan matanya.

"Ndu, jangan tidur kamu ya!" ancam Niken.

"Nggak nggak… Jangan kuatir. Aku sedang ikut berpikir koq. Kamu coba tenang dulu, lah."

Setelah diam selama kurang lebih lima menit, Pandu membuka matanya.

"Aku ada ide! Fei, apapun yang terjadi, percaya deh sama kata-kataku. Aku bakal kembali tepat di saat yang ditentukan, dengan solusiku. Aku sekarang harus pergi dulu. Kamu tunggu di sini."

"Hey… tunggu. Aku ikut dong."

"Kamu di sini aja. Anak-anak di sini butuh dukunganmu. Percaya deh. Aku sudah punya solusi yang tepat. Kamu nggak usah kuatir, ok?" kata Pandu sambil berlari ke arah depan.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Sudah saatnya. "Mata jangkrik itu di mana sih?" gerutu Niken.

"Niken, liat tuh Pandu manggung." kata Sandra menunjuk ke arah panggung.

Benar katanya. Dia muncul dari depan panggung dengan menenteng keyboard.

"Gila tu anak. Tampil tanpa persiapan lagi. Moga-moga aja nggak kacau-balau."

Well it's been building up inside of me for oh, I don't know how long

I don't know why but I keep thinking something's bound to go wrong…

Don't worry baby… Don't worry baby…

…But I can't back down now because I pushed the other guys too far…

Don't worry baby… Don't worry baby…

Dari samping panggung Niken dapat mendengar jelas suara Pandu. Maklum, speaker ada di dekat situ. Suaranya begitu jernih, Niken jadi merasa tenang sekarang. Sepertinya Pandu sudah menyelamatkan shownya malam ini. Tanggapan anak-anak yang nonton di depan panggung pun sangat positif. Histeris, malah.

Selama menyanyi, Pandu sesekali menoleh ke arah Niken berdiri. Niken selalu tersenyum manis setiap tahu Pandu menoleh ke arahnya.

Nggak cuma itu, karena Pandu tau Jabrique dijadwalkan nyanyi dua lagu malam ini, dia menyanyi lagi setelah lagu itu selesai, kali ini lagu REO Speedwagon. Pandu sangat ahli memainkan keyboardnya.

I can't fight this feeling any longer

And yet I'm still afraid to let it flow

What started out as friendship has grown stronger

I only wish I had the strength to let it show

I tell my self that I can't hold out forever

I said there is no reason for my fear

'Cause I feel so secure when we're together

You give my life direction

You make everything so clear

And even as I wander

I'm keeping you in sight

You're a candle in the window

On a cold, dark winter's night

And I'm getting closer than I ever thought I might

And I can't fight this feeling anymore

I've forgotten what I started fighting for

It's time to bring this ship into the shore

And throw away the oars, forever

'Cause I can't fight this feeling anymore

I've forgotten what I started fighting for

And if I have to crawl upon the floor

Come crushing through your door

Baby, I can't fight this feeling anymore…

Seusai lagu itu, dia membungkuk memberi hormat dan menebar ciuman pada penonton dengan tangannya. Sambutan penonton begitu meriah, semua tersepona oleh lagu-lagu Pandu tadi. Niken dari belakang panggung lega sekali.

Begitu Pandu sampai di belakang panggung, langsung dipeluknya.

"Terima kasih, Ndu, showmu bener-bener sudah menyelamatkan malam ini. Aku nggak tau mesti bilang apa. Aku lega sekali." Kata Niken sambil berteriak-teriak histeris.

"Jangan senang-senang dulu. Aku musti ngomong sesuatu sama kamu. Keluar yuk." ajak Pandu, yang walaupun senang dipeluk Niken harus dengan berat melepasnya.

"Ada apa sih, Ndu? Kamu boleh ngomong apa aja deh. Aku bener-bener ngerasa bersyukur punya kamu."

"Lagu tadi… Aku sungguh-sungguh menyanyikannya." kata Pandu.

"Lalu? Maksudmu? Hmm.. Aku nggak ngerti maksud kamu." Wajah Niken yang tak berdosa benar-benar menggambarkan kebingungan.

"Aku sayang kamu, Fei. Sebelum kamu protes, aku mesti bilang, aku juga baru menyadarinya sejam yang lalu." kata Pandu mengungkapkan isi hatinya. Nah, segalanya sudah terucap.

"Ndu, kamu mestinya kenal sifatku lebih dari ini. Kamu tau sendiri aku…"

"Aku tahu. Kamu sering bilang. Kamu nggak percaya sama yang namanya cinta atau pacaran atau apapun sinonimnya, dan segala tetek bengeknya. Aku sangat paham. Makanya aku juga baru nyadar sekarang, karena mungkin aku nggak pernah berpikir ke situ juga. Tapi aku juga tau, orang sebaik kamu layak dicintai, dan layak untuk berbahagia. Aku cuma ingin dapat mencintaimu, dapat bikin kamu bahagia..."

"Stop, Pandu. Aku nggak mau denger lagi." kata Niken sambil menutup kedua telinganya.

Pandu memegang kedua tangan Niken, menjauhkannya dari telinganya.

"Kamu harus mau dengar, Fei. Bahkan Jimmy pun bisa bilang, kamu harus mau belajar mencintai. Membuka dirimu. Kamu berhak dan sangat layak dicintai, Fei."

"Aku nggak bisa percaya sama diriku sendiri. Selama ini aku bisa jaga diriku sendiri baik-baik. Cinta bakal merusak segalanya. Termasuk persahabatan kita. Ayolah, Ndu, tarik kembali kata-katamu." pinta Niken dengan memelas.

"Aku bisa saja menarik kata-kataku. Tapi aku nggak bisa menipu diriku sendiri, Fei. Aku cinta sama kamu. Maksudku cinta, adalah selamanya, Fei. Aku belum pernah merasa seperti ini. Aku merasa seperti mati-hidupku ada di tanganmu sekarang."

Niken menengadah ke arah langit. Pandu jadi tahu apa yang ada di otak kecil Niken sekarang.

"Kamu berpikir tentang kejadian buruk yang menimpa kakakmu? Kamu harusnya tahu, aku bukan cowok semacam itu."

"Bagaimana aku bisa tahu? Aku yakin cici waktu itu juga mengira pacarnya yang brengsek itu sangat mencintainya." Harus diakui Niken cukup kaget karena Pandu sanggup membaca pikirannya.

"Baiklah. Bagaimana kalo aku berjanji nggak akan pernah menyentuhmu. Aku nggak perlu itu untuk mengungkapkan cintaku, Fei. Aku bilang ini dengan tulus hati. Kamu bisa percaya sama aku, Fei. Aku nggak pernah mengecewakan kamu kan?"

"Kalo kamu butuh cinta, kenapa nggak ambil yang available saja. Ratna misalnya."

"Kamu nggak paham-paham juga, ya, Fei? Aku nggak cinta sama Ratna. Aku cintanya sama kamu. Cinta itu nggak bisa dipaksain. Fei, aku nggak minta kamu jawab sekarang. Aku tahu kamu belum siap, karena kamu belum pernah mengenal apa itu cinta. Aku berharap, mungkin, dengan melihat caraku mencintaimu, kamu bisa melihat bahwa ada cinta yang suci, yang layak diperjuangkan. Aku cuma ingin kamu nggak menolak aku sekarang ini."

"Aku nggak tau mesti bilang apa, Ndu. Kamu seharusnya nggak bilang begini. Kamu merusak segala-galanya. Aku kira kamu temanku. Ternyata kamu menusukku dari belakang dengan embel-embel cintamu." kata Niken sambil berlari berlalu dari situ.