Chapter 2 - tag 1 : Awal pertemuan

Pada suatu hari, disebuah tongkrongan angkringan warung kopi, terlihat luky dan dedy duduk santai tertawa kegirangan menikmati perbincangan untuk mengisi hari libur kerja mereka, dengan hidangan segelas kopi tubruk hangat tertata baik dihadapnya masing-masing, tak lupa bungkusan rokok yang berdampingan erat disamping kopi mereka berdua.

"tiiiiiiiiiit" suara klakson mobil dengan angkuhnya menggelegar terdengar ditelinga luky dan dedy sehentak membuat mereka kaget dan sang pemilik warung angkeringanpun ikut kaget

"astaghfirullah aladzim" ucap pemilik warung kaget mengelus-ngelus dadanya

"woi apa itu" sontak suara luky penasaran

"kampret" cetus dedy spontan kaget terbangun dari tempat duduknya seraya melihat dan menerawang kearah sumber suara "siapa sih itu" sambungnya dengan nada agak marah memperbaiki duduknya kembali

"tiiiiiiiiiit" sura klakson pun terdengar kembali hingga membuat luky beranjak dari tempat duduknya dan mendekati sumber suara klakson mobil, tidak dengan dedy yang hanya berpangku tangan malas gerak seraya menghisap rokok yang menempel ditanganya.

"tiiiiiiiiiit, tiiiiiiiiiit, tiiiiiiiiiit" suara klakson mobil dan motor pun terdengar saling sambung membuat irama ditengah jalan raya sehingga memicu sedikit kemacetan.

"motornya kenapa mbaq" sapa luki sembari bertanya setibanya dilokasi yang mengakibatkan kemacetan terjadi

"eh, nggak tau mas, tiba2 motornya mati nggak bisa jalan gitu" suara mbaqnya panik bercampur gugup dan ketakutan

"waduh,,, ya dah mbaq ayoq saya bantu dorong menepi" ucap luky mencoba menenangkan seraya mendorong motor mbaqnya yang mogok ditengah jalan

"kalau mau belajar motor dilapangn sana" cetus pak sopir dengan nada sedikit jengkel sambil berlalu begitu saja

"dasar supir edan siapa juga yang mau kaya gini" ucap luky mencoba membela mbaqnya

"keren banget masnya" ucap mbaqnya mengguman dalam hati penuh kagum dengan rasa pembelaan.

setibanya ditepi jalan lukypun mencoba mengecek motor mbaqnya, dan alhasil ternyata colokan kabel kebusinya terlepas sehingga mengakibatkan motor mbaqnya mati

"waduh, pantesan nggak mau hidup" suara luky lega "orang colokan listriknya terlepas" sambung luky meyakinkan sambil mencolok kembali kabel yang terlepas

"hehe, nggak tau apa-apa saya mas, sy main pake saja" jawabnya polos sedikit malu-malu

"hehe makanya lain kali diperhatikan lagi mbaq, jangan main comot saja" cetus luky dengan nada bercanda

"ya mas" jawabnya polos disertai senyumya yang anggun

"breeeem, breeeem" suara motor kembali menyala setelah colokan kabel businya terpasang

"alhamdulillah" suara luky lega sambil menatap mbaqnya seraya melemparkan sedikit senyumannya

"alhamdulillah" ucapan yg sama juga terdengar dari mbaqnya seraya membalas senyuman luky "Terima kasih banyak ya mas, atas pertolongannya" ucap mbaqnya seraya menundukkan kepalanya

"ya mbaq sama-sama" sahut luky dengan lega

"aduh sy jadi nggak enak ngerepotin masnya" sambung mbaqnya masih merasa canggung

"santai saja mbaq sdh seharusnya kita saling membantu" kata luky mencoba mencairkan suasana

"aduh masnya baik banget sih" suara mbaqnya sedikit meleleh dengan tingkahnya yang mulai terpesona dengan paras dan ditambah dengan kebaikan luky

"aduh mbaqnya muji saya terlalu berlebihan kayaknya, sy jadi besar kepala ni" ucap luky dengan nada sedikit bercanda

"lagi sekali sy berterima kasih banyak ya mas untuk semuanya" tutur mbaqnya kembali seraya menaikkan motornya

"ya mbaq, santai saja" jawab luky singkat sambil tersenyum

"ya sudah mas, sy lanjut jalan dulu, assalamu'alaikum" tutup mbaqnya tersenyum manis sambil beranjak pergi meninggalkan luky

"eh ya wa'alaikumussalam" jawab luky singkat membalas senyum manis pula ke mbaqnya

"aduh baik sekali masnya" tutur mbaqnya ngomng sendiri diatas motor tersenyum-senyum sendiri "sudah gitu wajahnya cucok lagi" nadanya semakin meleleh "andai saja dia..... astaghfirullah" suaranya terhenti masih menganggumi "ngomng-ngomong siapa namanya" ucapnya sambil menepuk kepalanya "aduh, bego sekali aku" menepuk-nepuk kepalanya dengan kegirangan "mana belum sempat minta no hape lagi, heeemmm" suara helai nafas penyesalan "boro-boro minta no hape, minta nama saja nggak kefikiran" tambahnya penuh sesal "tapi, kalau memang jodoh pasti Tuhan menakdirkan pertemuan kembali" ucapnya yakin penuh kesem-sem mematahkan rasa kekecewaan yang tak sempat berkenalan "oh Tuhan sisain yang kayaq begitu satu saja buat aku"tutup mbaqnya seraya berdo'a dengan penuh lega terbalut asmara rasa penasaran.

sedangkan disisi lain, luky terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berlalu dari tempat kejadian "ada-ada saja mbaq itu" tuturnya ikut berlalu dari lokasi kejadian dan menghampiri dedy yang masih duduk santui ditempat angkeringan

"ada apa disana luky" tanya dedi ketika luky sdh duduk kembali disampingnya

"tuh ada cewek yang motornya mogok gitu ditengah jalan" jawab luky sembari membakar rokonya

"cewek" cetus dedi heboh "cantik nggak" tanya dedi penasaran

"cantik banget" tegas luky

"aduh tau kayaq gitu tadi, aku yang tolongin" ucapnya sedikit kesal

"itu dah kamu, giliran cewek saja sudah mau dibarisan terdepan, coba kalau cowok pasti kamu acuh tak acuh" jawabnya sinis

"ya nggak gitu juga, tergantung situasi dan kondisinya" ucapnya mengelak

"aku kasih tau ini ya, kalau mau nolongin itu jangan tanggung-tanggung, mau cewek atau cowok pandanglah sama" jawabnya santui

"betul itu mas" cetus pemilik angkringan membenarkan

"ah sok bijak kamu" suara dedi acuh "huuuupsss" suara dedy seraya menyerumput kopinyakopinya

"memang kenyataannya begitu kan" jawabnya mengejek

"terus-terus kamu sudah minta nomer hapenya nggak" tanya dedi ngebet

"nggak" jawab luky singkat males tau

"aduh kamu ini gimana sih, masa kamu nggak mintain no hapenya" suara dedi menyalahkan

"jangankan nanyain no hape namanya saja sy nggak tanyain" jawab luky enteng

"waduh,,, parah memang kamu bro-bro" ucap dedy sembari menepuk bahu luky

"lagian mauku buat apa nonya, dimakan juga nggak bisa" sahut luky mengejek seraya tersenyum tipis "ntar yang ada malah jadi bomerang sama hubunganku kalau aku simpan nomernya" tegas luky

"ya nggak dimakan juga nonya bro" sahut dedy membalas candaan luky "aku salut sama kesetian kamu sama pasanganmu" cetus dedy kagum "tapi kesalutanku sama kesetiaan kawanan kita belum bro" sambung dedy dengan nada candanya

"bodo amat, peduli setan aku sama kamu" jawab luky membalas candaan dedy

"kampret kamu ya, memang bener-bener nggak setia kawan" jawabnya sedikit kesal "paling tidak kalau kamu mintain no cewek tadi, ada temanku kenalan ya minimal chattinganlah" ucap dedy songgong "yakan,,, yakan" sambung dedy memainkan kedua alisnya

"enak sekali jadinya hidup kamu bro" ucap dedy lantang "ibarat pepatah itu namanya lempar batu sembunyi tangan, berani berbuat tapi tak berani bertanggung jawab" nada mengejek

dedy pun merenungu ucapan temannya "kayanya penempatan pepatahnya nggak pas deh bro, itu lebih tepatnya makan dipundak teman kali" suara dedy bingung sembari berfikir

"tuh dah tau" ucap luky membenarkan "mau pake pepatah yang manapun, intinya bodo amat" smabung luky menatap ke dedy sambil menjulurkan lidahnya

"jahat... " jawab dedy membalas tatapan temannya seraya menutup pembicaraan mereka