Embun malam terlihat jatuh dan terbang dari segala arah sejauh mata memandang, dengan ketebalnya yang begitu pekat hingga mampu menjadikannya kabut yang berselimut dengan hawa dingin dan menjadikannya semakin dingin sejadi-jadinya, dilihatnya dan diperhatikannya dari berbagai sudut penuh dengan kabut tebal hingga terasa seakan bumi terselimuti pada malam itu juga. Kini luky tak berani mengendarai sepeda motor maticnya dengan laju cepat seperti biasanya, karna pandangannya tertutup embun berkabut yang begitu tebal di sepanjang perjalanannya, ditambah lagi dengan hawa dingin yang semakin menyekat seakan turut masuk menusuk tulang-tulang persendiannya.
"hhhhhhh" suara luky menggigil kedinginan dari atas motornya "tumben banget malam ini hawanya sangat dingin sekali" sambungnya seraya menaikkan reslating jaketnya yang terlihat sedikit kebawah dan luky pun terus melaju dengan pelan seraya membawa rasa dingin disekujur tubuhnya.
Disebuah tempat yang tak jauh beda dari tempatnya luky terlihat sebuah mobil avanza berwarna hitam yang sedang keluar dari arah parkiran warung bakso yang tak begitu jauh dari rumahnya dan ia berlalu pergi dari tempat itu setelah membayar parkir
"apakah kalian sudah kenyang" tanya seorang supir didalam mobil kepada kedua anak gadisnya seraya menyetir mobilnya dengan pelan, karna ia juga nggak berani melaju dengan normal diakibatkan karna pandangannya yang tertutup oleh kabut tebal, sehingga sesekali pak sopir terlihat membersihkan kaca mobilnya menggunakan tisue yang tegeletak didepanya terkena embun hanya untuk mempertajam pengelihatannya.
"ya pak" ucap suara kedua anak gadis terdengar dengan serempak
"ok, oya bakso yang kalian pesan buat ibu sudah dibawa-kan" tanya pak sopir yang merupakan bapak dari anak-anak itu
"ya pak sudah, nih dia sama aku" jawab sibungsu dengan jujur
"ok fiks, berarti kita tancap gas untuk pulang" cetus pak sopir bersemangat
"pelan-pelan saja pak, soalnya jalannya terlihat lebih gelap efek kabut ini " pinta putri sulungnya yang duduk di kursi depan disamping kirinya seraya melihat disekelilinya yang tak tampak apapun melainkan remang-remang lampu akibat lebatnya kabut
"hehe ya sayang, kalain tenang saja, mata bapak masih sehat koq, belum rabun" sahutnya tersenyum tipis.
Dengan penuh hati-hati pak sopir membawa mobilnya hingga tak terasa bau aroma rumah pun sudah tercium pekat dari arah persimpangan jalan raya, merekapun harus berhenti sejenak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang dimana pada saat ini lampu rambu berwarna merah tandanya stop. Disaat mata anak gadis sulung melihat sekitar memutar-mutar pandangannya hingga terdian sejenak ketika dia melihat pengendara sepeda motor berhenti tepat di arah kirinya dari balik pintu mobil depan disampingnya.
"perasaan aku pernah lihat cowok ini" ucapnya kecil dari dalam hatinya sambil memastikan dan mengingat-ngingatnya kembali "tapi dimana ya" sambungnya sambil memukul-mukul keningnya dengan jari telunjuknya seraya berusaha keras menguras ingatannya. "oh iya, aku ingat sekarang" catusnya sponta kegirangan hingga tak sadar suaranya terdengar oleh adik dan bapaknya
"ingat apa nak, apa ada yang ketinggalan" tegur bapak ketika mendengar dan melihat tingkah anaknya
"ahhhh ya" suaranya mulai tersadar "eh nggak ada koq pak" ucapnya tersenyum malu
"oh kirain ada yang ketinggaln tadi tempat bakso" suara bapak sedikit becanda
"ya nih kakak ini bikit kaget saja" cetus si bungsu juga turut mendengar
"heheheh maaf" jawabnya punuh senyum
"aduh hampir saja aku keceplosan" ucapnya dalam hati berbicara sendiri seraya menatap kembali kearah jendela sebelah kiri dibalik pintu mobil yang berdekatan dengan luky "sekarang aku ingat, ini adalah cowok yang tempo hari tolongin aku ituh" ucapnya mulai mengingat masa itu bersama cowok yang tengah berada dibalik pintu mobil disampingnya "aduh momenya nggak pas lagi baut kenalannya apalagi aku mintain dia nomernya" suaranya lemas disaat tersadar ada bapak dan adiknya yang lagi bersamanya. "coba saja aku sendiri" pasti aku langsung turun buat kenalannya, hhhhhmmmmzzz" suara nafas sesakpun terdengar dengan lemas.
Dan tak lama kemudian sepeda motor yang ditunggngi lukypun beranjak pergi dari lampu stopan yang menandakan lampu rambu sudah mengisyaratkan untuk jalan, merakapun turut berjalan mengikuti iring-iringan antrian dengan tertib. pandangan si sulung masih berfokus sama luky yang tak jauh berada di depanya hingga dilihantnya dan diperhatikannya lampu sen luky yang mulai berkedip kearah kiri. tapi dia blm bisa memastikan apakah dia akan berhenti atau masuk kedalam gang, dan benar saja luky masuk kedalam gang yang dimana gang itu sibungsu tau kemana arahnya dan alamat lengkap nya karna dia merupakan anak kampung sana hanya saja yang membedakan gang masuk ke rumahnya dari arah depan yang berseberangan,,, "mau kemana dia malam-malam begini masuk ke kampung tetanggaku " ucap sibungsu masih penasaram dengan keberadan luky "atau jangan-jangan..." suaranya terhenti penuh kegiranagn "dia anak kampung sebelah" sambungnya penuh bahagia senyum-senyum cengengesan sendiri "akhirnya do'aku terkabulakn" suaranya lirih dalam hatinya penuh bahagia "oh Tuhan Terima kasih ENGKAU telah mendengarkan do'aku" ucapnya masih dari dalam hatinya yang terdalam, bapaknya yang dari tadi memperhatikan tingkah laku anaknya seakan dia sudah mulai faham kalau anaknya sedang dilanda cinta yang tengah berada dalam fase mendambakan seseorangseseorang kekasih.
Sesampainya diparkiran teras depan rumahnya, anak sulung dari bapak munawarman masih terlihat senyum-senyum semiringan ketika ia turun dari mobil avanza milik bapaknya dan berlalu dari tempat parkiran begitu saja tanpa menghiraukan adik dan bapaknya
"kakak kenapa sih pak" tanya anak bontotnya yang melihat aneh gaya kakaknya yang tumben tak seperti biasanya "dari tadi senyum-senyum cengengesan kayaq orang gila" sambung Rani adiknya yang masih tak faham akan namanya cinta
"hehheee mungkin kakamu lagi sedang jatuh cinta, makanya dia terlihat seperti orang gila" jawab sang bapak sedikit mengeledek anak sulungnya didepan anak bontotnya seraya berjalan masuk kedalam rumahnya meninggalkan tempat parkir begitu saja.
"weetttt" suara pintu terbuka dengan begitu kerasnya sehingga membuat ibunya kaget yang tengah asyik menonton televisi sembari menunggu mereka pulang
"siapa itu" tanya ibunya spontan terkaget ketika pintu terdengar dibuka "kamu ini buka main labrak saja" cetus ibu keberatan disaat melihat anak sulungnya nongol dari bilah pintu
"hehe maaf buk" ucap si suling masih senyum sumeringan dan terus berjalan kedalam kamarnya tanpa berhenti tak seperti biasanya
"bakso pesanan ibu mana nak" tanya ibu disaat anaknya tengah berjalan masuk kekamar pembaringannya
"ada buk sama Rani dibelakang" sahutnya seraya membuka pintu kamarnya
"anak gadismu kenapa lo pak" tanya ibu disaat pak munawarman dan Rani masuk bergandengan kedalam rumah
"nggak kenapa-napa koq buk" jawabnya santui "memangnya dia sudah ngapain" tanya balik pak munawarman masih dengan santui
"aneh nggak seperti biasanya, buka pintu kayaq orang ngedobrak, udah gitu masuk rumah senyum-senyum sendiri dan tumben sekali dia langsung masak kamar nggak seperti biasanya barengin kita duduk dulu" suara ibu bertanya secara bertubi-tubi
"ya buk, tadi juga Rani perhatiin didalam mobil sepulang kita dari tempat bakso gitu dia buk, kayaq orang gila" tambah Rani membenarkan semua ucapan ibunya
beda dengan bapaknya yang hanya tersenyum mendengar ucapan istri dan anak bontotnya setelah ia melihat sejaka awal tingkah aneh anak sulungnya "ah itu biasa buk, maklum anak kitakan sudah nggak remaja lagi, dia sudah dewasa, jadi dia sepertinya lagi merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta" tegas pak munawarman membela sikap anaknya.
"cinta-cinta, baru juga kerja beberapa bulan, sudah main cinta-cintaan" suara ibu lirih seperti tak setuju
"ah ibu, kayaq nggak pernah muda saja" sambung pak munawarman "mending dimakan saja dulu baksonya ntar keburu dingin" suruh pak munawarman menutup perbincangan ditengah kesaksiannya melihat anak sulungnya sedag dilanda jatuh cinta.