Bona membuka matanya perlahan melihat dinding kamarnya. Ia meregangkan badannya yang terasa kaku. Mungkin saat ia tidur tidak bergerak sama sekali yang membuat badannya pegal-pegal. Ia membuka jendela di kamarnya. Hawa musim semi masuk memenuhi udara di kamarnya membuat kamarnya penuh oleh wangi bunga Sakura yang tertanam di depan rumahnya.
Matahari bersinar cerah menunjukan langit yang bersih tanpa awan dengan angin yang bertiup sesekali membuat hari ini sangat cocok untuk melakukan piknik tapi Bona tidak ada satu orangpun yang dapat ia ajak pergi untuk piknik. Gavin pasti sibuk dengan pasien dirumah sakitnya, kakak nya juga pasti sibuk mengurus perusahaan dan suaminya entahlah kapan terakhir kali mereka bertemu juga Bona tidak ingat.
Bona menuruni anak tangga rumah nya satu persatu dan berjalan ke arah ruang makan. Saat ia baru masuk langkahnya terhenti karena melihat seseorang yang biasanya tidak ia temui atau lebih tepatnya ia hindari yaitu suaminya. Bona melirik kearah jam dinding yang terpasang di ruang tamu. Padahal waktu menunjukkan pukul 10 pagi tetapi mengapa laki-laki ini masih dengan santainya meminum kopi dan membaca koran berbahasa English yang sangat tidak menarik. Ia ingin bertanya tapi ia terlalu malas dan memilih duduk di kursi ujung di sisi lain dari suaminya. Untung saja tidak lama makanan pun datang.
Selama ia makan hanya ada suara dentingan dari garpu dan sendok yang ia pakai memenuhi ruangan itu. Tidak lama Jiho terlihat sudah selesai dan berhendak pergi dari ruangan tapi jalannya tiba-tiba terhenti.
"Besok akan ada acara Hiking-Sport Borin Workshop. Aku sudah bilang kepada bibi untuk menyiapkan semuanya karena kita akan berangkat dari pagi. Kau tahu aku paling tidak suka terlambat bukan? Tidur lebih awal dan bangun lebih pagi besok" ucap Jiho sebelum menutup pintu dan pergi.
Bona terlihat tidak begitu peduli dengan acara itu ditambah dengan ocehan panjang dari Jiho membuatnya lebih malas lagi untuk ikut tapi ia teringat akan kata-kata wanita yang ia temui sebelum pulang kemarin. Ia pun berjalan keluar menunju kamar Jiho dan mengetuk pintunya. Setelah di berikan sinyal oleh yang punya ia membuka pintu kamar Jiho.
Bona baru pertama kali masuk ke dalam kamar Jiho. Kamar yang ber design minimalis dengan kebanyakan furniture berwarna hitam dan abu-abu menghiasi setiap sudut ruangan ini membuat kamar Jiho terasa seperti tidak ada tanda kehidupan di dalam nya. Berbeda sekali dengan kamar Bona yang terlihat sangat berwarna dengan perpaduan warna putih, biru langit dan emas lalu beberapa vas bunga yang menghiasi setiap sudut kamar Bona.
Jiho melihat Bona memperhatikan kamarnya seperti anak kecil yang sedang field trip ke museum merasa privasinya terganggu oleh kehadiran Bona.
"Ada yang ingin kau tanyakan?" pertanyaan Jiho menyadarkan Bona dari lamunannya.
"Apa acara besok akan di adakan di hutan?"
"Kau tahu nama workshop ini kan? Hiking sport. Sudah pasti kita akan mendaki gunung yang di dalam nya terdapat hutan. Kau bukannya tinggal di America selama 15 tahun?" Jiho menjawabnya dengan dingin lalu duduk disofa dekat meja kerja yang terletak di samping tempat tidurnya.
Bona yang mendengar itu hanya mendengus kesal lalu keluar dan menutup pintu kamar Jiho. 'Dasar manusia berhati dingin! terserah kau saja, aku tidak akan peduli denganmu. Mau kau tersesat atau terguling-guling juga terserah.'
Seharian Bona merasa terganggu oleh kata-kata Wanita itu dan berfikir apakah ia harus memberi tahu Jiho tentang ini tapi pria itu pasti akan menganggapnya seperti orang gila jika berbicara seperti itu. Bona memutuskan untuk melupakan kata-kata itu karena tidak mungkin terjadi hal-hal aneh melihat acara ini skalanya cukup besar pasti di adakan oleh orang yang professional serta sudah di pikirkan matang-matang oleh ayahnya.
@Hiking sport Borin workshop.
Hari ini adalah hari Hiking Sport Borin Workshop diadakan. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, ia dan Jiho akhirnya sampai ditempat acara diselenggarakan. Acara ini ber skala cukup besar dimana tujuan utama dari acara ini adalah untuk mendekatkan sesama pekerja dari dua perusahaan ini lalu membicarakan project-project baru selama mendaki gunung bersama.
Acara ini di adakan setiap tahunnya oleh perusahaan keluarga Bona dan baru tahun ini acara ini menjadi semakin besar semenjak perusahaan keluarga Jiho juga ikut bergabung. Di tambah reporter yang juga baru tahun ini di beri kan access untuk meliput opening ceremony workshop ini.
Sejujurnya Bona merasa acara ini tidak terlalu penting hanya menghabiskan uang dan tenaga saja. Ia melihat banyak artis yang datang, penjabat, reporter dan anggota keluarganya juga keluarga suaminya yang terlihat sedang sibuk berbicara satu sama lain.
Acara di mulai dengan opening ceremony dimana ada mc yang membuka acara tersebut lalu di lanjut kan dengan salam pembuka dari ayah Bona dan sekarang adalah giliran Jiho memberikan salam. Bona hanya berdiri di samping panggung saat Jiho naik ke panggung. Ia melihat kakaknya tidak jauh dari posisinya sedang melambaikan tangan terhadapnya, ia tersenyum cerah lalu melambaikan tangannya kepada kakaknya.
Setelah selesai Jiho dan Bona berjalan kearah meja yang dimana kedua keluarga itu sedang mengobrol dengan minum champagne. Jiho yang terlihat sibuk membicarakan hal-hal bisnis yang serius membuat Bona merasa bosan rasanya ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah lalu ia melihat kakaknya dan menghampirinya.
"Kak Jihoon juga datang?" orang yang di panggil kak jihoon itu menoleh kearahnya.
"Iya aku baru saja sampai tadi. Kau bukannya baru sembuh ? apa kau tidak terlalu memaksakan diri untuk ikut. Nanti kau sakit lagi" ujar Jihoon cemas melihat adiknya itu. Bona hanya terkekeh mendengar ucapan kakaknya yang terlalu mengkhawatirkannya.
"Kakak memang yang terbaik ! Aku sudah baik-baik saja kok, kalau aku tidak datang aku tidak dapat melihat kakak" Jihoon mengacak rambut Bona dengan gemas. Bona hanya tertawa, saat bersama Jihoon. Ia merasa nyaman dan dapat menjadi dirinya sendiri karena Jihoon adalah satu-satunya orang yang bisa ia percaya di keluarga ini.
Mungkin tanpa Jihoon ia tidak akan bisa bertahan sampai selama ini. Bona menolehkan kepalanya dan melihat jaehyun di belakang Jihoon. Bona dan Jaehyun sempat bertatapan sejenak lalu membungkukkan badan dengan canggung tanpa menyadari bahwa Jihoon memperhatikan mereka berdua.
"Kau masih merasa canggung dengan Jaehyun?"
"Aku rasa kak Jaehyun tidak terlalu menyukai ku" Bona meminum champagne di tangan nya.
"Hei ! jangan berfikir seperti itu bagaimana pun kau adalah adik satu-satunya yang kami miliki. Aku yakin Jaehyun hanya malu dan tidak tahu bagaimana cara mendekatkan diri denganmu"
Jihoon tersenyum menyemangatkan Bona seraya menepuk pundaknya. Bona merasa kakaknya itu terlalu baik karena sudah jelas terlihat dari raut wajah kakak keduanya itu bahwa ia tidak menyukai Bona tapi mendengar Jihoon berpendapat seperti itu membuatnya hanya bisa tersenyum kecil.
"Suamimu datang" Jihoon menunjuk kearah belakang Bona. Bona mencoba memasang senyum palsunya karena di kontrak tertera jelas bahwa mereka harus menjadi pasangan yang harmonis di depan public.
Seakan tahu akan senyum formalitas yang di tunjukan oleh istrinya Jiho juga tersenyum formal lalu mengaitkan tangan jemarinya dengan jari Bona seraya melihat kearah Jihoon. Jihoon yang melihat itu tersenyum puas akan perilaku adik iparnya itu.
"Halo kak Jihoon sudah lama tidak bertemu" Jiho mengangkat tangan satunya dan di jabat oleh Jihoon.
"Iya sudah lama kita tidak berbicara Jiho. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja, kakak bagaimana?"
"Aku juga sama. Ah aku lihat hubungan kalian semakin manis saja" kata-kata Jihoon membuat Bona tersenyum pahit. Takut kakak iparnya itu menyadari sikap tidak nyaman adiknya Jiho langsung mengalihkan pembicaraan.
"Terima kasih kak, sepertinya acara mendakinya sudah akan dimulai sampai bertemu lagi kak" Jiho menarik tangan Bona kearah tenda persiapan untuk mendaki. Bona langsung menoleh bingung mendengar ajak kan dari Jiho.
"Mendaki? Kita akan ikut mendaki gunung?" Bona menarik tangannya sambil membelalakan matanya membuat langkah mereka terhenti.
"Iya. kau tidak tahu? hari ini kita akan ikut terlibat langsung karena berbeda dari tahun sebelumnya akan banyak reporter yang datang untuk meliput maka dari itu kita di minta untuk terlibat langsung dalam acara workshop ini" Jiho masuk ke tenda disusul oleh Bona.
"Tunggu dulu"
"Kau tidak lihat orang yang mengantri dibelakang mu? Ambil dulu ranselmu lalu kita bicara lagi diluar" Jiho memakai ransel dengan namanya yang diberikan oleh staff dan memberikan ransel Bona kepada pemiliknya sembari berjalan keluar tenda.
"Kita harus ikut?" ujar Bona ragu-ragu.
"Kalau kau tidak mau aku saja yang mendaki kau tunggu disini" Jiho mengikat tali sepatunya dengan erat agar tidak mengganggu saat di jalur pendakian kemudian saat ia beranjak menuju kearah pintu masuk jalur pendakian. Bona menarik tangannya pelan.
"Hari ini apa kau harus ikut? Maksudku apa tidak bisa kau disini saja. kau kan bisa berpatisipasi tahun depan" Bona yang terlihat cemas membuat Jiho menaikkan alisnya bingung.
"Memangnya ada apa?"
"Tidak hanya saja perasaan ku tidak enak"
Bona tidak bisa mengatakan kepada Jiho ia diberitahu oleh wanita yang mengaku sebagai Tuhan kalau akan terjadi hal buruk di acara ini. Selain Jiho tidak akan percaya kemungkinan besar Bona akan di anggap gila atau lebih parahnya penakut oleh suaminya itu.
Jujur kejadian itu semakin menghantui pikirannya dari acara baru di mulai karena semuanya berjalan seperti apa yang wanita itu katakan dari hutan dan juga Hiking Sport Borin workshop.
"Itu hanya perasaanmu saja. Lagipula sudah ada jalan jalur pendakian. Selama kau mengikuti jalur ini dengan benar tidak akan terjadi apa-apa. Jadi kau mau ikut atau tidak ?" mendapat anggukan dari Bona, Jiho melanjutkan perjalanannnya.
Bona merasa tidak tenang kalau menunggu di bawah karena kata-kata bahwa ia bisa menyelamatkan Jiho. Bukannya ia ingin terjadi sesuatu kepada Jiho hanya saja mungkin ia akan merasa bersalah kalau sampai terjadi sesuatu kepadanya. Ia hanya bisa berharap bahwa perkataan wanita itu salah dan melanjutkan pendakiannya.