Nih Kuntilanak ganjen benar-benar bikin malu. Setelah beberapa hari yang lalu sukses ngerusuh di Rumahku bareng keluarganya, sekarang dia ngintilin aku kemana-mana. Ke Alumni Sekolahku dulu, ke Kodim, ke Kantor Desa, dan bahkan ke kantor catatan sipil pun dia ngikut. Kagak tahu apa kalau aku lagi sibuk berat? Ntar kalau di Mataram administrasinya salah, haduwh, bisa makin riwet urusannya. Mana si Dania kalau ketemu orang suka asal ngaku kalau dia calon istriku, jelas aja mereka--yang tahu kalau aku ini cewek tulen--pada mengernyit dan ngira kalau orientasi seksualku berbelok. Malu-maluin banget.
Gimana coba cara ngomong sama si Dania kalau aku ini cewek tulen? Oke, aku akui tampangku emang ganteng kayak cowok, tinggiku 168 cm, dan aku emang suka pake celana jins gombrong, kaos oblong, jaket, sama topi pet. Tapi ... Setiap kali aku pengen ngomong sama Dania kalau aku ini cewek, dia selalu nyerocos motong perkataanku, dengan suaranya yang dibuat mendesah-desah, mungkin dia pikir bakal mirip Syahrini, tapi yang ada dia malah kedengaran kayak orang yang punya penyakit asma.
.
.
"Ini kali keduanya kamu ikut tes buat jadi calon Kowad ya, Ken?" Om Syafrudin, saudara sepupunya Mama, yang juga seorang anggota TNI berjalan beriringan denganku menuju ke tempat parkir. Aku baru saja menjalani tes awal, pengukuran berat dan tinggi badan di Kodim. Sementara Om Syafrudin, memang bertugas di sana.
"Iya Om," aku mengangguk sambil nyengir tiga jari.
"Tahun lalu kamu nggak lulus karena apa?" Emang sih tahun lalu setelah lulus SMA, aku sempat ngedaftar jadi calon KOWAD, di jalur Secaba, maupun Secatam, namun dua-duanya sama-sama kagak lulus. Kalau di Secaba aku nggak lulus kesehatan, di Secatam aku nggak lulus tes psiko. Kampret! Emang aku segitu gilanya ya, sampai nilai tes psiko-ku waktu itu rendah banget.
"Secaba nggak lulus tes kesehatan," kata Dokter Tentara yang meriksa aku waktu ntu, aku punya penyakit makanya nggak lolos tes. Dan tahu nggak nama penyakitku itu apa? Ambeien. Benar-benar aib. Nggak keren banget aku, masa penyakitnya ambeien? Nggak ada yang lebih keren dikit ngapa? Kayak kanker atau jantung yang udah around the world. Btw ... Itu sama aja kayak minta mati ya?
"Terus yang di Secatam?" Tanyanya lagi.
"Psiko Om."
Om Syafrudin ngangguk-ngangguk. Dia ngeluarin kunci motor dinas dari saku celana lorengnya. Sedangkan aku asik muter-muterin kuncinya si Markus di jari telunjuk aku.
"Bebebh Keken ..."
Anjrit, kenapa di siang bolong gini muncul penampakan? Biasanya mahluk sejenis kuntilanak atau sundel bolong, nongolnya di malam hari dan tempat sepi. Lha, ini malah di tempat terang dan rame.
Aku mengernyit saat melihat si Syahrini kw berdiri di tempat parkir--di sebelah mobil perari empink-nya yang kinclong. Dia make gaun pesta seksi berwarna pink muda yang panjangnya sepuluh centimeter di atas lutut, dan sepertinya kekurangan bahan kain karena bagian belakang baju itu bolongnya gede kayak sundel bolong, dan bagian keteknya juga keliatan. Nggak kedinginan Bu?
Dan bobobobobo ... Itu sepatu kalau dipakai jalan kagak bikin nyungsep? Tinggi banget! Belum lagi rambut hitam panjangnya yang digerai dan dicatok lurus. Idiiih, dipikir mirip boneka barbie asia kali ya? Ada juga mirip boneka santet.
Aku mendengus kesal melihat dia cengar-cengir tak jelas, sambil kedip-kedip mirip orang sawan.
"Bebebh Keken!"
Denger suaranya aja udah bikin aku meriang. Aku memperlambat jalanku menuju ke arah si Markus--yang kebetulan di parkir di samping mobil pink noraknya Dania. Om Syafrudin mengernyit saat Dania berlari kecil ke arah kami, lalu mengamit genit lenganku.
Ugh! Malu. Aku bukan lesbong, Dan!
"Bebebh Keken kemana ajah? Daritadi Nia udah tungguin Bebebh?" Suara mendesah-desahnya benar-benar ajib, bikin bulu kudukku merinding ngeri.
Om Syafrudin tampak syok melihat kelakuan si Syahrini kw, yang nemplok kayak tokek di lenganku.
"Keken ... Kamu ..." Si Om pasti mikir ada yang salah sama orientasi seksualku.
"Kagak Om, saya masih normal," ucapku menjawab apa yang terlintas di pikirannya--nggak perlu diucapin juga sama si Om, wong dari ekspresinya aku tahu dia nuduh aku sebagai lesbian.
"T-trus cewek ini?" Dia menunjuk bingung pada Dania yang tersenyum sumringah ke arahnya, dan bertanya pada Om Syafrudin, apakah beliau adalah Om-ku?
"Biasa Om, kalau obatnya habis dia memang suka kayak gini?" Dania cemberut mendengar ucapanku. Aku mencondongkan tubuh ke arah si Om kemudian berbisik. "Dia suka 'berhalusinasi' nganggap Keken sebagai pacarnya. Kalau nggak minum obat, dia pasti ngira kalau Keken ini cowok."
"Owh." Kepala Om Syafrudin naik-turun, "Kasihan."
Om Syafrudin lalu berpamitan pulang, meninggalkanku dengan Dania di tempat parkir.
"Bebebh Keken mau kemana?" Rajuk Dania sambil terus mengamit lenganku, tak peduli bagaimanapun aku mencoba lepas darinya.
"Pulang!" Jawabku singkat sembari menaiki si Markus*. Ketika Dania mencoba untuk ikut naik, aku menyikutnya pelan hingga dia sempoyongan.
"Ihh. Bebebh jahat ..." Rajuknya sembari memanyun-manyunkan bibir.
Ya Tuhan, kumohon padaMU ambilah mahluk alay sinting ini secepatnya. Demi kebaikan umat.
"Bebebh. Jangan gitu dong sama calon istri."
Setelah memakai helmku, aku menoleh ke arah Dania. "Saya mohon berhentilah berbuat konyol seperti ini," kataku dengan bahasa formal. Wow, aku kedengaran keren dan berwibawa.
"Maksud Bebebh apa?"
"Mengejar-ngejar saya, dan mengatakan pada semua orang bahwa saya adalah calon suami kamu ..."
"Tapi itu benar!" Protesnya memotong perkataanku.
"... Dan juga berhenti menyebar kebohongan kalau saya adalah Ayah dari anak yang kamu kandung!" Aku mendelik jutek menatapnya.
Dania tersentak. "Tapi ..."
"Saya tahu betul kalau anak yang kamu kandung itu bukan anak saya."
Dia terlihat seperti ingin menangis. "Kamu benar-benar bajingan Keken Kusuma!"
Keken Kusuma? Sebelah alisku terangkat tinggi.
Dania marah, dia tampak bingung dan kehilangan pegangan. "Aku mencintai kamu dengan tulus!"
Hiyeeeeeks! Aku melongo syok mendengar pernyataan cintanya. What the? Aku melirik kiri-kanan, berharap tidak ada orang yang mendengar dan memperhatikan kami. Dan ... Aman. Parkiran sepi cuy. Namaku bisa dicoret dari daftar calon Korps Wanita Angkatan Darat/Kowad, karena dikira punya kelainan orientasi seksual.
"Dan ..." Dia menunjuk perutnya sendiri. "Kalaupun anak ini bukan anakmu. Dia akan menjadi anakmu!"
MAKSUD LOO???
Mendadak aku merinding. Matanya Dania Booo, melotot belo penuh kemarahan, bibirnya mencebik. Nih anak kalau marah ngeri juga. Sakit jiwa kali ya?
"Aku mencintaimu dengan tulus. Suka tak suka, kamu akan tetap menikah denganku," katanya sambil menyeringai sadis.
Glek. Nih Kunti alay, psiko kali ye?
"OGAH!" Jawabku sembari buru-buru menutup kaca helmku, dan melajukan si Markus dengan kecepatan penuh. Meninggalkan cewek sakit jiwa itu di tempat parkir.