Chereads / KEKEN SRIKANDI / Chapter 5 - 5

Chapter 5 - 5

"Jadi dia ..." Si Babon sengklek mengernyit melirikku yang masih masih marah--dan bernafsu ingin membunuhnya, karena 'pelecehan' yang sudah dia lakukan, "... Adikmu?" Nada suaranya yang terdengar tak percaya membuatku makin tersinggung.

"Iya," jawab Mbak Ratih tenang.

Sekarang kami bertiga sedang berada di sebuah Rumah Makan murah di sekitar area pasar. Mbak Ratih mengajak kami ke sini untuk membicarakan masalah pokok yang menjadi sumber perkelahian kami tadi. Ternyata si Babon Sengklek ini teman sekelas Mbak Ratih saat di SMA, namanya Pramudya Dharma Wijaya--ajib, namanya kayak nama tokoh pendekar dunia persilatan di sinetron-sinetron kolosal Indonesia ya? Haha. Dan kebetulan juga Pram itu kakak kandungnya Dania--Syahrini kw.

"Kok beda?" Respon Pram membuatku ingin menonjoknya lagi. Habis dari nada suaranya, kentara banget kelanjutan kalimat yang ada di kepalanya. Aku bisa menebak kelanjutan kalimat yang akan dia ucapkan ; "Kok beda, kenapa kamu cantik dan dia jelek, Tih?" Tapi kalau Babon berani ngucapin kalimat itu, ta' pites sampe mati.

Aku tidak tahu kenapa Mbak Ratih malah tersenyum geli menanggapi respon si Babon. "Dari segi penampilan kami memang beda, Keken tomboy sementara aku girly. Coba aja Keken mau berpenampilan sedikit feminim. Kamu pasti bakal ngeliat kemiripan wajah diantara kami."

Aku memutar bola mata mendengar ucapan Mbak Ratih. Selama ini dia memang tidak setuju dengan kelakuan dan gaya tomboy-ku, dan disetiap kesempatan dia selalu berusaha untuk membuatku berubah--salah satu contohnya adalah dengan memaksaku untuk melepas topi pet, dan menggerai rambut panjangku yang biasanya digelung di dalam topi. Tapi mana mau aku nurutin permintaan Mbak Ratih.

Si Babon garuk-garuk kepala kayak anak monyet. Ekspresi bingung to the max-nya benar-benar ngegemesin.

"Tapi aku benar-benar pangling lho, Rat. Adikmu ini seperti laki-laki. Dan namanya juga beneran Keken?" Dia mengamatiku dengan seksama, dan aku balas melotot padanya. Pramudya meringis, sepertinya merasa bersalah dan tak enak hati dengan apa yang dia lakukan tadi.

"Namanya Srikandi Kusuma Dewi," Mbak Ratih menimpali.

"Nama yang bagus," puji Pram tulus.

Oh ya? Walau hanya sekedar nama, tapi kalau dipuji cowok ganteng jadi bimbang mau marah atau tersanjung. Hahaha. Jangan ngeliatin aku kayak gitu, biar tomboy gini daku masih doyan cowok.

"Tapi karena adikku yang bandel ini sejak kecil nggak mau dipanggil Sri, atau Candy--dia bilang ogah dipanggil permen." Mbak Ratih melirikku dengan ekspresi sayang.

Yaelah Mbak, Candy emang permen kok. Buat yang bilang Candy bukan permen berarti bahasa Inggrisnya ndablek.

"Udah selesai ngomongin saya?" Celetukku cepat sebelum topik pembicaraan mereka tentangku sampai kepada hal-hal yang jelek. Yah, mau gimana lagi? Sebagai cewek tomboy, aku punya lebih banyak kebiasaan. Jelek daripada kebiasaan baik. Haha. Setelah mendapatkan perhatian dari Mbak Ratih dan si Babon, aku kemudian melanjutkan perkataanku, "Kalau sudah selesai sekarang kita bisa langsung ke pokok permasalahan."

Mbak Ratih menggumam setuju, sementara Pram mengangguk.

Aku menatap Pram serius. "Apa benar, Dania hamil?" Tanyaku. Penasaran juga sih sama kebenaran soal kehamilan si Syahrini kw itu. Soalnya aku pikir dia cuma bo'ongan doang, buat ngejebak aku supaya nikahin dia.

Pram menghela napas berat, ekspresinya terlihat sedih, "Ya," dan dia mengangguk lesu.

Ya amsyong! Sompret tuh si Dania, yang lain yang ngelakuin aku yang disalahin. Beruntung aku bukan cowok, karena kalau aku ini cowok, dan Dania tiba-tiba muncul di rumah sambil ngaku-ngaku kalau dia hamil anakku, bisa digantung aku sama Papa.

"Udah tahu siapa Bapaknya?" Mbak Ratih kelihatannya perihatin banget sama masalah yang menimpa keluarga Pram dan Dania. Perasaan kalau aku yang punya masalah dia malah cuek bebek aja, dan bukan pasang tampang perihatin seperti sekarang dia malah nunjukin ekspresi mengejek. Dasar si Mbak nyebelin.

Pram menggeleng. "Dania bilang kalau Bapaknya itu si Keken," mengernyit.

"Itu fitnah yang konyol," ucapku datar sembari menyesap nikmat cokelat panas yang kupesan tadi. Hmmm. Yummy.

"Yeah, itu memang fitnah konyol," Pram menimpali, "tapi aku nggak habis pikir kenapa si Dania bisa hamil diluar nikah dan memfitnah kamu yang jelas-jelas perempuan," bukannya situ juga sempat ngira kalau saya laki-laki? "Setahuku Dania bukan orang yang bisa melakukan hal gila seperti itu."

Siapa bilang si Syahrini kw nggak bisa melakukan hal gila? Ngefitnah aku ngehamilin dia, dan ngintilin aku kemana-mana, itu termasuk hal gila kan? Tapi aku urung mengatakan apa yang kupikiran, karena kulihat si Babon Pram tampak stres.

"Apa Dania sudah tahu kalau kamu itu cewek?" Tanya Pram cemas, sepertinya dia khawatir pada orientasi seksual adiknya.

"Sepertinya tidak."

"Kenapa kamu tidak memberitahu?!" Nada suara Pram yang meninggi membuatku memutar mata.

"Bagaimana aku bisa memberitahu kalau adikmu sama sekali tidak memberi kesempatan padaku untuk berbicara!" Balasku sengit. Kami berdua saling melotot.

Kudengar Mbak Ratih mendesah. "Kalian berdua hentikan. Lebih baik sekarang kita pikirkan cara bagaimana memberitahu Dania bahwa Keken ini perempuan."

Pram mendengus. "Pasti akan sulit bagi Dania untuk menerima bahwa lelaki yang ditaksirnya ternyata adalah seorang perempuan."

"Mungkin dia tidak akan langsung percaya bahwa Keken adalah perempuan. Bagaimana kalau ..." Mbak Ratih mengerling ke arahku, di bibirnya tersungging sebuah seringai ganjil.

Firasatku kok nggak enak ya?

***

DANIA SOMPRETTT! Awas aja kalau masih nggak percaya aku ini perempuan, ta' getok kepalanya pake high heels runcing.

Demi meyakinkan Dania bahwa aku ini cewek, dan sebelum si Babon Pram membawa kami ke Rumahnya, Mbak Ratih mendadaniku habis-habisan. Dia menjadikanku barbie percobaan dengan memermak semua penampilanku. Untuk kali ini saja--aku membiarkan rambut panjang sepunggungku digerai, dan dicatok membentuk bagian bawah yang bergelombang. Mbak Ratih juga menyapukan make-up tipis di wajahku--dengan gaya smoky eyes yang dramatis pada bagian mata. Kakakku juga meminjamkanku blouse putih, rok pinsil hitam pendek, dan juga ... sepatu hak tinggi miliknya. Oh Tuhan, aku benci hak tinggi.

Didandanin seperti ini, aku pasti keliatan kayak badut ancol. Buktinya tuh si Babon yang dari tadi nyetir terus ngelirik aku--yang duduk di kursi belakang--sambil tersenyum geli.

***

"NOOOO! INI BOHONG! KALIAN SEMUA BOHONG!"

Nih mahluk mulutnya lebar banget. Teriak sih teriak Mbak, tapi kagak usah pake toa!

Aku memutar mata saat melihat si Syahrini kw histeris tak percaya, saat Abangnya, Si Babon ganteng ngasih tahu dia bahwa Keken yang dia kejar-kejar selama ini adalah seorang perempuan. Orang tua Dania dan Pram juga kelihatan syok. Om Kumis, yang duduk di sofa seberangku kayaknya bakal kena penyakit jantung--dia megap-megap sambil mandang aku dengan ekspresi nggak percaya, sementara si Emak cuma bisa menggaruk kepala bingung. Dan Syahrini kw sendiri ... Dengan gaya lebay maksimal ala-ala bintang sinetron gagal, dia berdiri di ruang tamu menangis sesengukan sambil menatapku dengan mata berkaca-kaca.

"J-jadi ... Kamu perempuan?" Tanya Om Kumis setelah beberapa saat tercengang menatapku.

"Iya Om." Aku mengangguk.

Si Om kembali mengamatiku dengan seksama. "Kamu nggak ngelakuin operasi trans gender kan, buat menghindar dari tanggung jawab?"

Si Om kebanyakan nonton sinetronnya Nikita Willy ya?

"Maaf Om, adik saya sejak dilahirkan memang seorang perempuan." Mbak Ratih membuka tasnya dan mengeluarkan map berwarna biru dari dalam sana. Apaan tuh? "Nama asli adik saya Srikandi Kusuma Dewi. Itu akte kelahiran sama Ijasah adik saya mulai dari SD, SMP, sampai SMA, sebagai bukti kalau adik saya Keken Srikandi ini perempuan asli."

Yaelah. Tepok jidat. Pasti si Mbak ngebongkar surat-surat penting yang udah kususun rapi di tas aku yang mesti dibawa ke Mataram besok. La dalah. Kenapa Mbak mesti ngebawa Akte kelahiran, sama ijazah sih buat ngeyakinin ke keluarga sengklek ini kalau aku cewek? Huuuhuuuhuu. Sepulang dari rumah demit ini, aku mesti nyusun rapi surat pentingnya. Jangan bilang aku lebay! Kalian nggak tahu sih gimana rasanya dibentak dan ditoyor kasar di depan banyak orang kalau bahan-bahan administrasi salah nyusun, salah ngisi, ataupun ada yang ketinggalan.

"Adik kamu sebelumnya nggak ngelakuin operasi pergantian kelamin," Maksud lo? "Dari cewek ke cowok, setelah itu balik lagi ke cewek?" Si Tante sekalinya ngomong nyelekit banget ya? Dipikir aku hermaprodit kali ya doyan ngubah gender?

"Memangnya Tante pikir saya apaan?" Balasku ketus.

"Habis kamu tomboy banget, jadi semua orang pangling!" Sambar Pram, tampaknya tersinggung mendengar nada suaraku saat membalas perkataan emaknya.

Mengembalikan 'berkas-berkas' pentingku pada Mbak Ratih. Om Kumis kemudian menghela napas keras. Dia mengusap wajahnya berkali-kali. "Kalau begitu maafkan kami sekeluarga karena sudah menuduhmu yang tidak-tidak," dari nada suaranya dia terdengar sangat malu.

"Tak apa Om," jawabku. "Yang penting Dania ..." Aku melirik Dania yang masih menangis histeris, dan bahkan udah duduk bersila di ruang tamu--capek kali ya nangis sambil berdiri? "... Tidak mengganggu saya lagi, dan menuntut pertanggung jawaban konyol soal kehamilannya."

Om Kumis mendesah. "Iya." Dia mengangguk, dan tangis Dania makin keras.

Ya ampun! Itu suaranya toa banget, mana cempreng lagi. Pulang dari sini kayaknya aku sama Mbak Ratih mesti mampir ke Dokter tht deh.

"BEBEBH KEKEN JAHAT! HUAAAA!"

Njrit! Masih dipanggil 'Bebebh' juga? Ya ampun Dania aku ini cewek, bukan cowok! Harus pake cara apa sih buat ngasih tahu dia kalau aku ini cewek? Apa perlu telanjang sekalian?!

"Bebebh Keken tega sama Nia. Kalau Bebebh Keken nggak mau bertanggung jawab terhadap bayi yang Nia kandung kasih tahu saja, biar Nia suruh rawat 'Bapak'nya. Tidak perlu pakai acara operasi transgender untuk menolak Nia. Huuhuuhuu."

Kampret! Masa iya nih cewek mikir kalau aku ngelakuin operasi transgender dari cowok ke cewek buat nolak dia? Memangnya aku harus ngibarin sepanduk yang bertuliskan 'KEKEN SRIKANDI PEREMPUAN TULEN' di atas atap gedung KPK?

Aku baru saja ingin menjawab perkataan Dania, ketika sebuah suara bernada menyeramkan menginterupsi ...

"Dania ...." Si Om Kumis berdiri bertolak pinggang sambil melotot garang menatap puterinya, sebelah tangannya dia angkat untuk memilin kumisnya yang lebat. "... KATAKAN SEJUJURNYA PADA AYAH, SIAPA YANG MENGHAMILIMU?!" Bentak Om Kumis murka. Dania langsung pucat.

Mampus lo!

Hahaha.

Setelah masalah dengan Dania selesai, hidupku akan aman, tetram, dan sentosa. Nggak ada yang perlu dipikirkan lagi. Yang perlu kulakukan sekarang hanya fokus mengejar cita-cita.