[KEKEN POV]
Kata Pak Muis, besok lusa kami rombongan calon TNI dan Kowad yang mendaftar di jalur Secaba akan berangkat ke Mataram untuk menjalani tes selanjutnya. Senang tasanya semua administrasi tahap awal selesai, tapi pemeriksaan administrasi tahap selanjutnya bakal bikin sport jantung. Nggak bisa dideskripsikan disini sih gimana acara sport jantungnya, kalau mau tahu silakaan daftar dulu jadi calon tentara, setelah itu nyengir tiga jari di depan Pak Pelatih, dijamin ... Maknyusss.
Plakkk!
Maaf.
Oke back to story. Berhubung besok-lusa mau berangkat ke Mataram, hari ini aku dan Mbak Ratih jalan-jalan di sekitar area pasar, keluar-masuk butik dan toko baju murah buat beli beberapa potong baju yang bisa dipakai di sana. Seperti biasa, acara pemilihan baju barunya, diwarnai dengan pertengakaran kecil yang terjadi antara aku dan Mbak Ratih.
Habisnya pilihan baju dari Kakakku itu rada gila sih. Masa iya ikut tes TNI pakai gamis ala Syahrini sama gaun pesta seksi? Bisa ditendang keluar Korem sama Bapak-Bapak Tentara.
"Ini bagus nih Ken, Cantik buat kamu." Mbak Ratih nyengir sambil nunjukin blouse warna merah muda pucat, sama rok pinsil kecil berwarna hitam.
Idiiiih si Mbak. Aku kan mau daftar jadi Kowad, bukan jadi sekertaris kantoran. Kenapa nggak sekalian aja Mbak, pilihin kebaya buat Aku. Biar kebayanya Keken pakai buat ikutan Tes Jas*, pasti manteb tuh!
"Pilihin baju yang normal-normal aja kali Mbak. Kemeja putih, celana hitam, sama kaus-kaus polos dan celana pendek biasa buat main di Kos."
"Tapi ini bagus Ken. Ini pakaian cewek, jangan tomboy mulu ngapa? Ntar makin banyak cewek gila kayak kemarin yang ngaku-ngaku hamil anak kamu," sindir Mbak Ratih, aku hanya meringis mendengarnya.
Soal masalah si Dania sama keluarganya kemarin, kami sekeluarga cuma nganggap semua itu sebagai angin lalu. Dan kalaupun Bapaknya Dania, si Om kumis nyebelin, pengen ngebawa masalah ini ke kantor polisi, silakan aja, palingan keluarga mereka yang malu. Cmiwww!
Setelah membeli beberapa potong kemeja dan celana panjang ukuran perempuan, dan juga Kaus serta celana pendek, aku segera keluar dari toko untuk menunggu di parkiran. Sementara Mbak Ratih melanjutkan acara belanja barangku, dengan menuju stand pakaian dalam--membeli dalaman bagiku. Aku harap kakakku tidak membelikanku sejenis thong atau lingerie, atau pakaian dalam aneh-aneh, kasihan ntar Dokter yang ngetes kesehatan, matanya bisa tercemar. Hahaha.
***
Saat sedang asik menunggu Mbak Ratih keluar dari toko, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti tetap di depanku. Sesosok mahluk ganteng bertubuh gede macam si Emmet Cullen atau Kellan Lutz, turun dari mobil itu. Dia menatapku tak suka. Ekspresinya terlihat seperti orang yang sedang marah besar.
Kok Firasatku mendadak nggak enak?
Wowowo, ngapain dia ngehampirin aku?
"Keken?" tanyanya dengan suara berat nan seksi.
Sebelah alisku terangkat tinggi. "Ya?" Darimana dia tahu namaku?
Bugh!
ADUH! SETAN NIH ORANG!
Tak sempat berpikir lebih lanjut, cowok babon yang berdiri di depanku tiba-tiba menonjokku hingga jatuh terjungkal dari atas si Markus. Nyesel tadi, dalam hati sempat muji dia seganteng Emmet Cullen.
Beberapa orang yang liwat di tempat parkir terpekik melihat aksi biadab si Cowok babon, yang dengan seenak jidatnya mukul cewek di tempat umum.
"APAAN SIH?" Gusarku sembari bangun dan melotot garang padanya.
Gila gede banget. Otot-otot lengannya kelihatan, pasti kerasnya kayak batu tuh. Kalau terjadi perkelahian beneran positive aku yang bakal jadi perkedel jagung. Mana pukulannya sakit banget lagi. Mudah-mudahan nggak berbekas sampai hari H, berangkat ke Korem Mataram.
"Kamu ... Kamu harus bertanggung jawab!"
Etdah! Tanggung jawab apaan lagi? "Tanggung jawab apaan?!" Seruku gusar. "Memangnya aku ngehamilin kamu!" Sumpah, sejak kemunculan si Syahrini KW, aku bener-bener trauma sama kata 'tanggung jawab'.
Cowok itu menggeram tersinggung. "Kamu ..." Dia menghampiriku, lalu menggenggam erat penggelangan tanganku.
Apaan sih Babon jelek?!
"Kamu sudah sudah menghamili adikku, Dania. Dan kamu harus bertanggung jawab!" Katanya tegas sembari menyipitkan matanya menatapku.
Oh, Abangnya Dania toh! Pantes sama gilanya kayak si adik. Sayang banget tampang bagus kayak gini otaknya harus rusak.
"Ya ampun. Kamu percaya aja kalau aku yang ngehamilin adik gilamu." Aku menggeleng putus asa.
"Ya jelas aku percaya! Dania hamil dan dia bilang itu karena ulahmu!" Geram si Babon guanteng. Ya ampun, nih cowok titisan Bulldog kali ye? Hobi banget maen geram-geraman.
"Dengar ya, Abang dari si Kuntilanak Alay yang terhormat," si Babon mendelik mendengar ejekanku terhadap adiknya. "Sampai beberapa hari yang lalu--setelah dia ngerusuh di depan keluarga saya. Saya sama sekali tidak mengenal adik anda, tahu namanya aja nggak! Bagaimana saya bisa menghamili dia! Selain itu ..."
"Berhenti mencari alasan! Pokoknya kamu harus ikut saya, dan kamu harus menikahi Dania, kalau nggak ... Argh! Apa-apaan kamu?!" Si Babon melotot marah ketika aku menempeleng keras kepalanya, menggunakan sebelah tanganku yang bebas.
"Otakmu sama-sama sengklek kayak otak adikmu!" Balasku jutek. "Gimana aku bisa ngehamilin dan nikahin Dania, kalau aku juga perempuan sama kayak dia!" Aku berteriak keras di depan muka si Babon.
Si Babon itu terkejut. Dia melotot menatapku.
"Jangan bohong!" Melepaskan genggamannya dari pegelangan tanganku, dia meletakan tangannya di dadaku-- sepertinya sih dia ingin mendorongku kasar hingga jatuh. "Kamu ..." Tapi tiba-tiba tubuhnya membeku. Matanya membelalak dan wajahnya mendadak pucat. "Kamu ..." Si Babon masih belum nyingkirin tangannya.
Aku menggertakan gigi marah. "Udah tahu kan? Udah ngerasain kan kalau aku ini perempuan?" Desisku murka. Si Babon ganteng mengangguk dengan tampang o'on. "KALAU BEGITU SINGKIRIN TANGANMU DARI SANA! DAN JANGAN PAKAI ACARA REMAS-REMAS SEGALA!"
BUGH!
"ADAW!"
Badan gede si Babon ganteng jatuh tersungkur menerima tinjuku.
Rasain kau Babon mesum, otak sengklek!
.
.
"Keken, ada apa?" Mbak Ratih keluar dari toko pakaian dan tampak terkejut melihat keramaian yang terjadi disekitarku dan si Babon. "Lho, Pram?"
"Ratih?"