Ketika Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua dinasti keduanya memerintah di lokasi yang berbeda. Dinasti Sanjaya memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu di Jawa Tengah bagian utara. Sementara Dinasti Syailendra memerintah Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha di Jawa Tengah bagian selatan. Motif pembagian ini adalah karena adanya perbedaan keyakinan agama yang dianut para pangeran. Bersama dengan perpecahan ini terdapat beberapa keluarga pejabat yang memutuskan bermigrasi dan salah satunya menempati Pulau Kados. Para pejabat ini adalah pejabat yang masih berpegang teguh pada ajaran kuno leluhur sehingga mereka memutuskan membentuk pemerintahan baru dengan ajaran kuno leluhur bernama Kerajaan Lau.
Berdasarkan catatan arsip nasional dan prasasti yang ditemukan di tanah Pulau Kados, Kerajaan Lau secara resmi berdiri pada sekitar akhir abad ke-14 dan mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Hanari di pertengahan abad ke-15. Raja hanari terkenal sebagai raja yang bijak dan cerdas serta satu-satunya pemimpin di Kerajaan Lau yang tidak memiliki selir di haremnya. Beliau memerintah selama 20 tahun dan memajukan bangsa Lau hingga mampu menjadi bangsa yang berdikari dan agraris. Dengan letak geografis yang dikelilingi lautan, armada laut dan teknik pembuatan kapalnya adalah salah satu yang paling tua dan dihormati banyak kerajaan lain. Raja Hanari sendiri merupakan seorang nahkoda berbakat dan bapak insinyur perkapalan di zaman kuno, beberapa desain kapalnya telah diakui sebagai arsip kekayaan budaya dunia oleh UNESCO.
Selama hidupnya Raja Hanari berdedikasi pada rakyat dan dari pernikahan dengan sang permaisuri beliau hanya memiliki seorang putri sebelum akhirnya kesehatannya menurun. Sang putri bernama Dihyan Lau dan sebagai satu-satunya keturunan sah sang Raja, dia langsung diberikan gelar Putri Mahkota sejak lahir. Memikul tanggung jawab sebagai penerus tahta, sang putri dibesarkan dengan pendidikan yang ketat dan tidak memiliki kebebasan untuk leluasa meninggalkan wilayah kerajaan. Walaupun begitu raja dan permaisuri memberikan hak khusus bagi sang putri untuk mengundang anak-anak bangsawan ke istana sebagai teman bermainnya.
Petaka terjadi pada tahun pemerintahan ke-19 Raja Hanari, sang putri yang berusia 16 tahun secara tak sengaja menarik perhatian seorang putra utusan dari kerajaan tetangga. Perasaan baik yang terpupuk selama sang Tuan Muda tinggal di Pulau Kados berubah menjadi obsesi dan pemuda itu melakukan banyak cara untuk memikat hati sang putri mahkota. Walaupun gelora cinta membutakan Dihyan tetapi pendidikan yang tertanam sejak kecil tak bisa membuatnya egois dan melupakan tanggung jawabnya pada tanah air. Sebagai penerus tahta Kerajaan Lau, Dihyan memberikan pilihan pada sang Tuan Muda untuk tinggal dan memerintah bersamanya di Pulau Kados atau kembali ke kerajaannya sendiri dan memutuskan hubungan mereka.
Tentu saja bagi seorang pemuda aristokrat yang juga dididik untuk memimpin usaha keluarganya, sang Tuan Muda memilih pergi. Jika kisah ini berhenti disini maka hanya akan menjadi cerita cinta yang kandas, namun sang Tuan Muda memilih jalan lain. Diantara cinta dan kekuasaan, dia menginginkan keduanya. Bersekutu dengan pangeran negerinya yang ingin membuktikan diri agar dijadikan penerus sang ayah, Tuan Muda ini menghadiri perayaan ulang tahun Dihyan dan melancarkan serangan militer untuk menduduki Kerajaan Lau dan mempersunting sang Putri Mahkota.
Perencanaan matang yang dilakukan sang Tuan Muda termasuk perseteruan internal dan rongrongan dari pihak luar. Keluarga kerajaan yang selalu harmonis namun memiliki sedikit keturunan terpojok dan memutuskan berunding dengan para agresor. Atas nama menyatukan dua kerajaan, sang pangeran mengusulkan pernikahan Putri Mahkota Lau dengan sang Tuan Muda yang dengan berat hati disetujui Raja Hanari yang tengah sekarat.
Persiapan pernikahan dilakukan besar-besaran dan dua kerajaan mengeluarkan banyak benda pusaka dengan dalih menunjukan ketulusan akan persatuan, tetapi sang Tuan Muda meremehkan wanita yang sudah terjun ke politik sejak dia belajar membaca. Begitu rombongan pengantin wanita sampai ke perbatasan, para iringan membunuh rombongan penjemput dari pihak pria dan meninggalkan sungai darah diluar kerajaan tetangga. Dengan langkah cermat sang Putri Mahkota menyelamatkan para tahanan perang dan kembali ke Kerajaan Kados.
Dalam rombongan penjemput dari pengantin pria, sang Tuan Muda mengundang orang tua, keluarga dan kerabatnya untuk menjemput sang Putri Mahkota sehingga dalam upaya penyelamatan diri ini sang putri telah membantai seluruh keluarga pemujanya.
Menurut legenda yang diturunkan dari mulut ke mulut dan berhasil diarsipkan di beberapa catatan sejarah kedua kerajaan, sang Tuan Muda yang murka melakukan ajian dan memberikan kutukan pada sang Putri Mahkota. Membuat wanita itu berubah wujud menjadi wanita tua dengan rambut putih dan kulit sepucat susu dan meninggal dari semua lubang tubuhnya. Seluruh negeri berduka namun mereka harus mematuhi perintah anumerta sang Putri Mahkota untuk tidak melakukan serangan balasan. Konon, sang putri yang dicintai seluruh rakyat dibuatkan makam khusus dengan berbagai harta karun dan kenang-kenangan dari seluruh kerajaan. Mereka berduka selama 7 hari sebelum akhirnya harus menggelar upacara pemakaman sang Raja dan Permaisuri yang memilih untuk terkurung dan menjaga makam putri mereka.
Sejak saat itu penduduk Kerajaan Lau menutup perbatasan dan tak pernah melakukan interaksi dengan dunia luar hingga berabad-abad kemudian. Menjadikan mereka salah satu suku pedalaman yang dilindungi pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibawah Undang-Undang Perlindungan Kesukuan atau Undang-Undang Bhineka Tunggal Ika. Penetapan penduduk Kerajaan Lau sebagai warga negara Indonesia dengan kesukuan Lau menjadikan banyak sejarawan, arkeolog bahkan penjarah makam seperti keluarga Jovan memperhatikan wilayah Pulau Kados.
Dalam dua dekade terakhir, Profesor Fikri seorang ahli epigrafi atau tulisan kuno dengan berbagai gelar akademis dan kehormatan di bidang sejarah dan arkeologi Indonesia sudah melakukan berbagai riset dan penelitian tentang Kerjaaan Lau di Pulau Kados. Pria yang menjadi guru Neo dan membiayai pendidikan pemuda itu semasa kuliah. Seorang guru yang sudah seperti ayah baginya. Itulah alasan Rex bersikeras agar Katrina menarik Neo dalam ekspedisi kali ini.
Semua informasi itu adalah rangkuman dari kisah yang berulang kali Neo ceritakan pada Katrina tentang signifikansi ekspedisi kali ini. Jika saja dia tak terpaksa membantu Rex dia akan memilih memperjuangkan dana penelitian dari KEMENDIKBUD untuk ekspedisi arkeologi sungguhan akan legenda ini. Tetapi semesta memaksanya menggunakan keahliannya untuk menyelamatkan Katrina dibandingkan menjadi tokoh nasional.
Melihat Neo dengan buku catatan dan pulpen di telinganya, wajahnya serius sementara dia dan para ahli yang disewa Rex tengah membahas sesuatu di hadapan peta besar yang terlentang di meja itu. Katrina tersenyum getir, seorang pemuda hebat dengan masa depan cemerlang begini dan Katrina menjebaknya demi harta karun. Selama tiga dekade hidup entah kenapa saat ini dia merasa menjadi perusak masa depan bangsa, padahal dia dulu adalah pemasok narkoba terbesar di Asia Tenggara dan saat itu dia tak merasa bersalah sedikitpun pada para generasi muda.
[Sial! Peduli apa pada Indonesia kalau Bara masih belum mati!]
Mengenyahkan suara hatinya, bulu kuduk Katrina mendadak berdiri. Menoleh ke kiri, dia mendapati Jeff dengan senyuman kecil yang bukan senyum. Katrina lupa kalau pria itu mengajukan diri sebagai dokter ekspedisi kali ini. Katrina bukan hanya harus bersandiwara di depan Neo tapi juga harus menjaga emosi Hellraiser yang berubah-ubah. Sungguh sebuah malapetaka.