Katrina dikejutkan dengan gedoran lain di pintu apartemennya. Setengah sadar dia menuju pintu, memeriksa monitor kamera dan mendapati penagih hutang yang belum lama ini dia temui. Katrina menyajikan teh manis untuk ketiga tamunya, "Baru dua hari aku bayar, Ayah udah nambah hutang lagi?"
"Kamu ini sering dijadikan jaminan ya? Kok hafal?"
"Mau gimana lagi Bang Zeus, ayah udah jadi penjudi sejak lama. Oh iya, emang ayah judi dimana sih? Kasino atau tenda warung?"
Mark dan Lucas saling melirik, mereka baru pertama kali bertemu seseorang yang begitu tenang sebagai penjamin seorang penjudi.
"Kamu kan punya rumah ini, kenapa gak jual aja untuk lunasin hutang ayah kamu sih?"
"Mana mungkin, Bang. Ini kan sewaan, uang kemarin aja aku ambil dari uang sewa."
"Bos besar gak nyuruh kamu bayar sekarang kok, ini gue aja yang baik mau kasih tahu kamu."
"Makasih, Bang Zeus. Ya nanti aku coba cari duit lagi deh."
Lucas memberikan nastar di meja ke Mark, "Emang lo gak ada kerjaan lain selain jadi guru dan kurir gitu?"
"Cari kerjaan paruh waktu gak semudah itu Bang Lucas, lagian kalau aku ambil yang full time sayang banget dua kerjaan ini. Mereka kerjanya dikit tapi gajinya gede gak sebanding sama full time yang makan waktu tapi gajinya sedikit."
Lelaki yang sudah menghabiskan tiga potong nastar buka suara, "Lo mau kerja di bar gue gak? Bartender gitu? Apa mau di tempat Lucas jadi escort?"
Katrina tersendak infused water yang sedang dia minum, dia bukannya merendahkan industri itu tapi dia sendiri tahu kapasitasnya. "Bang Mark please deh ya, tiap industri punya standar sendiri, coba lihat aku ama kakak escort. Aku mana laku."
"Belum tentu tahu, tiap orang kan punya standar sendiri. Siapa tahu ada yang suka sama lo."
"Ya udahlah, urusan cari duit nanti aku cari lagi penyelesaiannya. Eh, tapi Bang Zeus belum jawab aku tadi, ayah main dimana? Aku harus selalu tahu keberadaannya, kalau ayah kabur nanti kalian bertiga bukan kesini friendly visit malah bawa aku ke meja operasi."
Lagi-lagi ketiganya dibuat terkejut dengan nada tenang dan pemikiran dingin Katrina. Kebanyakan keluarga atau orang-orang yang dijadikan penjamin entah berbuat bodoh dengan kabur atau menangis dan memohon ampun agar tak dilibatkan dalam urusan hutang judi ini. Saat ini keempatnya belum tahu kalau atmosfer harmonis ini adalah awal mula hubungan langgeng yang akan menguji kehidupan mereka.
"Kamu penasaran banget sih, emang kangen sama bapak lo?"
Dengan sewot Katrina mendelik Zeus, "Bang Zeus jangan fitnah ya, siapa yang kangen. Aku tuh mau ayah tahu kalau ayah itu bukan cuma gak pernah berbuat baik setelah aku dilahirkan tapi juga malah jadi beban aku. Emangnya ini sinetron yang tokoh utamanya cuma bayar dengan lempeng hutang keluarganya terus terima maaf? Dih."
Ketiga pria itu sudah lama menjadi preman, mereka nyengir dan tak bisa menahan tawa.
"Di kasino sih, kamu mau ketemu?"
"Bayar gak sih, Bang kalau masuk kasino gitu?"
"Emangnya kebun binatang bayar pas masuk?"
"Ya kan aku gak tahu, Bang."
"Ck, ck, ngomong aja udah yang paling pro soal hutang. Cara masuk kasino aja gak tahu."
"Lah kalau aku tahu Kasino nanti aku ikutan judi kan repot juga, Bang."
"Ya udah nanti malam Mark atau Lucas bakal jemput kamu, bapak kamu biasanya main di salah satu kasino hotel."
"Oke, Bang. Thank you."
Sesuai janji mereka, setelah adzan isya Mark menjemput Katrina ke Four Seasons. Begitu memasuki lobi hotel Mark escorted her to the top floor beside the sky lounge. Katrina disuguhi berbagai jenis mesin judi dengan lampu-lampu kecil yang tak hentinya berkedip. Mengundang para penjudi untuk mencoba peruntungan atau sekedar memuaskan hasrat untuk mendapatkan sesuatu. Ada berbagai jenis mesin slot, dari yang hanya perlu menyamakan 3 gambar hingga wheel yang berputar dan membuat kita mendapatkan hadiah sesuai gambar yang ditunjuk oleh jarum mesin. Baru beberapa menit disana sudah membuat Katrina pusing tapi orang-orang terlihat menyatu dengan elemen mereka. Beberapa berpakaian rapi atau dalam formal dress, tak seperti dirinya yang hanya mengenakan celana jeans dan leather jacket, membuat dirinya agak underdressed.
Mark yang menjadi tour guide KAtrina mulai menjelaskan, "Ini poker."
"Poker? Yang adu nilai kartu paling tinggi itu ya, Bang?"
Mark mengangkat alis, "Katanya gak kenal judi."
"Cek internet lah, Bang. Ke kebun binatang aja cek dulu ada spesies monyet apa aja, masa ke kasino plenga plongo? Rugi dong."
"Mau coba?'
"NO." Tolakan itu diikuti pertanyaan, "Oh iya Bang, jadi bos abang tuh kenal sama manajemen hotel-hotel atau gimana sih? Kok bisa kasih pinjaman ke para penjudi gini? Kalau misalnya penyelenggara judi ilegal sih aku paham, bos abang bisa aja emang bikin acara dan bakal kasih pinjam para penjudi."
"Kamu banyak tanya banget sih."
"Namanya juga cari aman, kalau misalnya ayah berulah lagi setidaknya aku bisa cari cara antisipasi atau solusi kan."
"Masuk akal sih."
"Jadi boleh dong jelaskan mekanisme kerjanya…?"
"Analisis kamu benar, kalau ada pihak yang melakukan judi ilegal biasanya lintah darat juga salah satu atau penyelenggara utamanya. Di tempat begini, dibandingkan bekerjasama dengan manajemen hotel, orang-orang seperti gue ikut bermain atau berkenalan dengan para penjudi putus asa, kamu pasti menemukan mereka dengan mudah kok. Orang-orang dengan wajah suram, pakaian kusut atau rambut berantakan biasanya sudah disini beberapa waktu dan mereka banyak kehilangan uang. Bang Zeus dan anak-anak lain bakal ikut main di meja mereka atau mengobrol dengan mereka sambil menceritakan bagaimana mereka memutar balik keadaan setelah mengambil resiko untuk meminjam uang ke teman mereka. Biasanya gak banyak teman yang akan meminjamkan uang untuk para penjudi ini karena mereka juga tahu orang-orang yang kecanduan judi bukan mencari menang tapi the thrill inside the game. Kalau mereka gak punya orang untuk dihubungi maka anak buah Bang Zeus bakal pura-pura mengenalkan mereka ke Bang Zeus. Then the transaction happens as you know."
"Ada gak sih Bang yang menolak minta tolong Bang Zeus atau bosnya?"
"Ada, tapi jarang banget karena yang namanya pecandu akan selalu mencari alasan agar tetap bisa menikmati kecanduannya."
Katrina mengangguk setuju, "Sad but fact."
Mark membawa Katrina menuju meja lain, hanya ada dua pria dan sang bandar wanita disana. Katrina menatap sinis punggung pria paruh baya yang dapat dia kenali dari jauh.
"Hai, Ayah?"
Anton menengok, mengedip beberapa kali sebelum menyadari itu adalah putrinya. "Katrina, sayang, kenapa kamu ada disini? Ini bukan tempat untuk gadis baik-baik."
"Drama banget sih, Yah, seksis pula. Kasino itu emang bukan tempat untuk orang baik-baik, mau laki-laki atau perempuan. Oh iya berarti ayah juga bukan orang baik-baik kan?"
"KATRIN-"
"GAK USAH NAIKIN SUARA!" Katrina membentak pria itu, "Aku masih panggil ayah bukan karena aku hormat ke ayah tapi karena setengah kehidupan aku berasal dari ayah. Berani-beraninya ayah menggunakan aku sebagai jaminan setelah mama harus banting tulang jadi TKI ke Amerika. Ayah itu menjijikan tahu."
Pria itu hendak berdiri menamparnya, tapi dia sudah duduk di kursi ini terlalu lama hingga kram. Katrina tersenyum sinis, "Asal ayah tahu ya, setelah aku bayar hutang ayah yang ini aku akan pastikan gak ada satupun kasino yang terima ayah bermain lagi. Dan kalau ayah masih nekat, ayah bisa pakai badan ayah sendiri sebagai jaminan!"
Berlari menahan emosi, cewek itu berbalik terlalu cepat di sudut ruangan, menabrak seseorang, "Ya ampun, maaf." Katrina terbelalak mendapati SADA lip tint Rosy Rosi-nya menempel di kemeja lelaki itu, "Aduh maaf banget, Mas. Saya ganti rugi bayar laundry gimana?"
Omongan Katrina dianggap angin lalu dan pria itu diikuti rombongannya berlalu pergi.
"Syukur deh aku gak perlu bayar ganti rugi."