Katrina kira obsesinya untuk menghancurkan Bara karena membunuh orang-orang terdekatnya sudah gila, siapa sangka sejak menodai kemeja pria itu di kasino pria itu mengaku terus memikirkan Katrina yang kala itu masih menggunakan wajah aslinya. Ingatan itu juga membuatnya teringat deretan kaca transparan berjajar rapi seolah mereka berada di pameran benda-benda berharga atau museum di salah satu kamar Jeff.
Katrina mengenali benda-benda dalam kotak kaca, bagaimana tidak, semua itu miliknya. Stylus yang menjadi penyebab luka dalam di tangannya, kartu moonology yang tertinggal saat penculikannya, hingga lingerie dan aksesoris yang dia sangka hilang. Benar juga, Jeff pernah tinggal beberapa saat di Mansion Jovan dan familiar dengan areanya. Dia bisa saja menyuap para pekerja atau menyuruh seseorang untuk mencurinya.
"Are you cold?"
Melepas pelukannya penguasa pasar gelap itu memindai Katrina dari atas ke bawah.
"I'm fine. Cuma kaget kamu ada disini."
Setiap ingatan Katrina tentang pria itu selalu lebih buruk dari sebelumnya, jika masalah lipstik bukanlah masalah besar, trauma karena stylus dan melihat koleksi Jeff tentang dirinya adalah mimpi buruk.
Mencengkram bahu Katrina, tatapan Jeff berubah dingin. "Kenapa? Kamu berharap sekamar dengan bocah itu?"
[Mesum, labil, gak waras!]
"I'm just saying, Tuan Jeff," mengaitkan lengannya dengan milik pria itu, Katrina menuntun pria itu duduk. Mencuci handuk yang tersedia di kamar untuk melap keringat di dahi Jeff, "Apa gak ada masalah dengan keluarga Tan?"
Jeff menerima perhatian Katrina dengan tenang, tahu benar wanita itu sengaja mengubah topik pembicaraan tapi membiarkannya. Kalau bukan dia yang memanjakan Katrina lalu siapa? Selain itu dia juga penasaran sebanyak apa yang Katrina tahu sejauh ini.
"Terakhir kali aku dengar keluarga mengajukan otopsi dan pemeriksaan lengkap pada polisi. Selain itu salah satu temannya anak petinggi kepolisian kan?"
"Gak perlu khawatir, wanita itu pantas mati."
Pantas mati karena menyelingkuhi Jeff atau mengancam Katrina, wanita itu tak ingin berasumsi apa alasannya. Saat ini dia beruntung karena Hellraiser menyukainya tetapi jika dia ketahuan mempermainkan pria ini maka riwayat Katrina bisa tamat. Sejak membuatnya berjanji bercerai dengan Rex setelah ekspedisi ini, Katrina belum sempat menggali sejauh mana informasi tentang pekerjaannya yang Jeff tahu.
Dia memang mengetahui identitasnya sebagai Katrina Lin dan istri diatas kertas Rex untuk barter jantung, tapi Katrina belum tahu apakah Jeff tahu kalau dia adalah otak dibalik layar operasi milik Zeus dulu dan memiliki dendam kesumat pada Bara. meremehkan ataupun memandang tinggi lawan sama-sama hal yang tabu.
"Tapi mereka juga keluarga berada, apa Tuan yakin mereka tak akan menemukan hubunganku dengannya?"
"Kamu sudah melihat metodeku, apa aku harus membunuh semua keluarga-"
Membungkam mulut Jeff dengan bibirnya, Katrina lanjut melap wajah pria itu. Sementara sang empu bibir tersenyum semakin lebar.
"Aku tahu Tuan Jeff yang terbaik, tapi aku harap Tuan tidak membuat terlalu banyak keributan. Ini belum lama sejak urusan Lola dengan Hellraiser."
Jeff mengangkat sebelah alisnya, terhibur; "Jadi kamu khawatir padaku?"
"Tentu saja aku khawatir, di dunia ini hanya Tuan Jeff sang Hellraiser yang dapat melindungiku."
Saat ini Katrina hanya bisa bersikap manis didepan Jeff sambil memantau Neo agar mencapai tujuannya. Walaupun Jeff penting tetapi titik kritis kali ini adalah Neo, jika Jeff terus berada disekitar Katrina maka dia tak bisa mempengaruhi pemuda itu untuk bekerja dengan cepat dan jika dia bekerja dengan lambat maka akan terus ada penundaan dalam rencana besarnya. Katrina couldn't take anymore delay, she must confront Jeff.
Turun dari dagu ke jakun Jeff, jari Katrina sengaja bergerak dengan pelan. Membersihkan kotoran tak kasat mata dan menyebarkan nafasnya ke salah satu area sensitif seorang pria.
"Can I ask you a favor?"
Entah sejak kapan wajah Katrina semakin dekat dengan tubuh Jeff, matanya serius sementara deru nafasnya menggelitik kullit belikat Jeff yang tengah Katrina lap.
Gerakan menelan ludah, "What?" dan suara Jeff yang serak menjadi indikasi kalau triknya berfungsi.
"Give me some leeway," sepenuhnya melupakan bagian tengah badan Jeff, lengan Katrina sudah berada di paha pria itu. Handuk tadi sudah tersingkir entah kemana sementara bibir wanita itu mengecup garis rahang Jeff. "I have work to do.. I need you to stay away for a while."
Katrina menyibukkan tangan dan bibirnya sementara deru nafas Jeff semakin tak beraturan. Pri aitu tahu maksud Katrina tapi dia tak ingin terbangun dari kenikmatan duniawi ini.
Tentu saja semesta tak selalu setuju dengannya.
'TOK TOK TOK'
"Kak Kat?"
Bangkit dari badan Jeff, Katrina mengintip dari celah pintu yang dia buka; "Hai, Neo."
"Aku kira kamar kita dekat, tapi ternyata kita beda lantai. Sayang banget."
'DUGH!'
Suara benda jatuh atau sebuah tinju ke benda keras membuat keduanya bingung.
Neo memiringkan kepala, berusaha melihat di belakang Katrina; "Kakak lagi ada tamu?"
"Enggak kok, cuma kau habis mandi. Belum ganti baju."
Neo yang mendengar jawaban itu berusaha tenang tapi telinganya memerah seperti blush on; "Oh, kalau gitu.. Aku, aku pergi dulu-"
Katrin akelaur dan menahan Neo, memenjarakan badannya yang tinggi ke dinding. "Aku cuma bercanda. Kenapa kamu buru-buru? Kamu mau pergi kemana?"
Tak ada yang mengintimidasi ataupun menakutkan dari perbuatan Katrina tapi posisi mereka yang terlalu dekat membuat Neo sadar benar dengan detak jantungnya yang hampir pecah dan gunung kembar yang menekan perutnya. Dia pria normal. Pria muda normal!
"Kamu demam? Mau ke tim medis? Kalau ketua tim ekspedisi sakit nanti gimana kita bisa bertahan?"
Nada menggoda yang diliputi rasa khawatir itu seperti saklar yang mengaktifkan sesuatu dalam diri Neo. membalik keadaan, kali ini Neo yang merangkap Katrina.
Memerangkap bibir Katrina Neo mengosongkan pikirannya. Kukunya memaku pundak Katrina tanpa sadar, membuat wanita itu mengeratkan pelukannya. Neo hampir kehilangan fokus namun bersikeras memimpin ciuman mereka. Lidahnya menjelajahi mulut Katrina, membuat wanita itu terhenyak. Fokus pada rasa penasarannya, Neo menjalarkan tangannya ke bawah blouse Katrina.
Tangannya menjelajah sambil mengendalikan pace dari serangan bibirnya pada Katrina. Tak bisa menghentikan senyuman karena lenguhan Katrina, tangannya kini di dada wanita itu. Semakin bersemangat merasakan setiap kulit Katrina yang bisa dia sentuh. Katrina seharusnya menjauh atau menghentikan tangan Neo tapi dia merasa berada di cloud nine. Tangannya mencengkram sentuhan acak dan brutal Neo padanya.
Kedua pasangan yang kasmaran itu tak memperdulikan keadaan sekitar, saling bersentuhan seolah hidup mereka bergantung pada satu sama lain.
Tidak menyadari sepasang mata yang mengintai di balik pintu kamar Katrina bersama kaki ketiganya yang berdiri tegak.