Ciel terbangun dari ingatan panjangnya ketika mendengar bel akademi berdering. Tanpa sadar langit sudah diwarnai rona kemerahan dan murid-murid lain berhamburan di jalan menuju arena latihan dengan raut wajah bersemangat. Tidak lain karena hari ini akan terjadi duel yang mendebarkan antara seorang bangsawan dan rakyat biasa.
Ciel menghela napas panjang lalu berdiri. Murid-murid yang satu gedung dengannya melebarkan mata begitu melihat sosok bintang utama hari ini berjalan. Hal ini sudah diperkirakan Ciel bahkan sejak semalam. Sejak perdebatannya dengan kelompok Eron, namanya langsung terkenal. Di pagi hari, murid-murid yang biasa mengabaikannya kini memandang Ciel seperti seorang bintang—dalam artian negatif.
"Kau benar-benar yakin akan hal ini?" Suara Ash membuat Ciel menoleh. Sejak semalam, saudara kembarnya itu selalu saja memandang Ciel khawatir. Bukan berarti Ash tidak percaya pada kemampuan Ciel.
Sejak keluar dari Kota Junon, mereka sudah berlatih pedang dengan manusia yang memiliki Holy Task sebagai pengembara. Namun, meski Ash melatih dirinya sekuat apa pun, kemampuan Ciel selalu berada di atasnya. Pemahaman Ciel terhadap teori memang lambat, tapi Ash adalah sebaliknya.
"Iya, pokoknya jangan khawatir. Aku pasti akan mendapat surat rekomendasi itu tanpa terluka." Sambil tersenyum lebar, Ciel menepuk pundak Ash. Dia mengambil karung kain terikat rapat yang dibawakan oleh Ash. "Kau duduk saja dan saksikan pertarunganku."
Ash menghela napas. "Baiklah. Aku akan memukulmu kalau sampai terluka. Apalagi kau bertarung di area utama latihan. Pasti ada banyak orang yang ingin menjatuhkanmu nanti."
"Iya, aku mengerti."
Keributan langsung menyambut mereka begitu memasuki arena latihan. Sekilas tempat itu mirip seperti coloseum kecil yang terdiri dari lima tingkat lingkaran tempat penonton. Perasaan gugup tiba-tiba menjalari Ciel. Ini adalah pertama kalinya dia bertarung di tengah-tengah orang sebanyak ini. Terlebih lagi, ada beberapa senior yang ikut menyaksikan pertandingan.
Ciel menghela napas beberapa kali, berusaha menenangkan diri sebelum menghampiri kelompok Eron yang telah menunggu di pinggir arena. Sama seperti kemarin, orang-orang itu masih menatap rendah Ciel. Bagi mereka, duel ini adalah harga diri seorang bangsawan adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa disandingkan dengan rakyat jelata. Namun, duel ini adalah tujuan hidup Ciel selama ini.
Ciel memejamkan mata sejenak, mengingat-ingat kembali sosok gadis berambut putih yang sudah lama tidak dilihatnya. Setiap kali merasa gugup, takut, atau putus asa, Ciel selalu melakukan hal itu agar dirinya tidak menyerah. Karena Ciel tahu, Ivy selalu menunggunya di puncak dunia ini.
Bahkan sekarang pun, Ciel merasa kalau Ivy ada di sini. Di sekitarnya, di salah satu bangku penonton yang terus menyerukan namanya sambil tersenyum lebar. Sejak memasuki akademi, Ciel selalu berpikir 'bagaimana kalau Ivy masih ada bersamanya'? Apakah mereka akan memasuki akademi bersama-sama?
Sepertinya tidak. Seandainya Ivy masih ada, mereka pasti tetap di Kota Junon dan melakukan Holy Task hingga mati. Karena kepergian Ivy adalah satu-satunya alasan kenapa Ash dan Ciel sampai di kota ini.
Kepalan tangan Ciel menguat dan tatapan matanya menjadi penuh tekad, berusaha menyingkirkan kegugupan. Apa pun yang terjadi, dia tidak bisa membiarkan orang lain memengaruhi tujuannya, bukan? Kalau dia tidak bisa menghadapi tantangan ini, bagaimana dia bisa menemui Ivy?
Setiap kali memikirkan itu, ketakutannya pada musuh terasa seperti bukan apa-apa lagi. Bagaimana dia bisa melupakan fakta bahwa selama dirinya menggenggam pedang, semua emosi, pikiran, keinginan, dan tujuan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya langsung terkumpul.
"Apakah kau sekarang sedang gemetaran?"
Suara yang terkesan mengejek itu tentu saja berasal dari lawan Ciel. Pria itu sedang berdiri di hadapannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan pandangan yang dinaikkan. Sementara murid-murid lain duduk di barisan terdepan, menunjukkan senyum menghina pada Ciel. Sepertinya mereka sangat yakin kalau Ciel yang akan kalah dalam duel kali ini.
Meski rasanya Ciel ingin memukul wajah itu, dia harus sebisa mungkin menahan emosinya saat ini. Kalau dia melakukannya, duel ini pasti dianggap tidak sah dan secara otomatis, duelnya dimenangkan oleh Eron. Ini adalah trik licik yang sering dilakukan ketika dua orang hendak saling berduel.
Ciel tersenyum lebar. Dia bertukar pandang dengan Ash yang tampak menyandar pada pembatas tempat duduk. S
"Sama sekali tidak."
Keributan yang sejak tadi berdengung mulai mereda ketika seorang bangsawan tingkat atas, sekaligus Sword Master Ent muncul. Sword Master Ent, yang mendapat Holy Task untuk menjadi master pedang. Dia telah berlatih sejak kecil, lalu menjadi murid termuda di akademi pada masanya. Sayangnya, Sword Master Ent tidak bisa menjadi Holy Knight karena Holy Task-nya.
Meski usianya baru menginjak tiga puluhan, semua orang dan master lain di akademi ini sangat menghormati Ent. Selain itu, sejak tahun lalu, Ent menjadi Sword Master elit yang bisa dibilang sangat jarang memunculkan dirinya di akademi dan hanya datang ketika tes atau diadakannya duel resmi. Bisa dibilang, selain menonton duelnya, orang-orang di sini tentu ingin melihat Sword Master Ent.
Ciel sendiri sedikit terkejut. Dia pikir, sang Sword Master yang sudah dikenal banyak orang adalah sosok tegas dengan wajah mengerikan dan serius. Namun, nyatanya Ent adalah seorang wanita cantik yang lemah lembut dengan rambut hitam lurus. Seandainya Ciel tidak mengetahui namanya ketika pertama bertemu, dia pasti tidak akan percaya kalau wanita cantik itu adalah Sword Master termuda.
"Apa kau sudah siap, Murid Tingkat Satu, Ciel?"
Ciel menarik pedang berwarna biru gelap dari pinggang kiri, sementara Eron mengambil pedang peraknya dari punggung. Di saat yang sama, murid-murid di sekeliling menyerukan teriakan kagum. Bukan karena keduanya mengeluarkan pedang, tapi reaksi itu ditujukan pada pedang Eron yang telah dikenal oleh banyak murid di akademi ini.
Anak-anak bangsawan yang memasuki akademi memang akan diberikan pedang keluarga yang diwariskan. Berbeda dengan Eron, Ciel hanyalah orang biasa yang bahkan tidak mendapat Holy Task sebagai ksatria atau ahli pedang. Karena itu juga, Ciel tidak memiliki warisan pedang keluarga dan hanya bisa membuat pedangnya sendiri.
Ketika dia dan Ash tiba di akademi, mereka merasa malu akan hal itu. Namun, Rune yang menjadi guru berpedang Ciel mengatakan kalau kemampuan seseorang tidak dinilai dari jenis pedang apa yang dimilikinya, tapi dinilai dari seberapa kuatnya tekad.
Pandangan Ciel tertuju pada Sword Master Ent yang mengangkat tangannya, lalu menjawab mantap. "Ya."
Ciel berdiri arena bagian utara yang ditentukan Ent, sementara Eron berada di bagian selatan. Kemudian, Ciel dan Eron memberikan salam ksatria sederhana. Sword Master Ent yang menjadi penengah sekaligus penilai duel ini mundur ke pinggir arena, lalu mengangkat tangan.
"Duel ini resmi dimulai!"