Di dunia ini, hanya bangsawan yang mendapat Holy Task sebagai ahli pedang atau knight akan mewarisi skill pedang dari keluarganya. Seperti Eron yang mewarisi Flash of Genius—empat tebasan pedang secara beruntun secara cepat. Sementara mereka yang bukan berasal dari bangsawan, tapi mendapat Holy Task sebagai knight atau ahli pedang akan mempelajari teknik dari para bangsawan, yang disebut sebagai Copy Skill.
Seperti Ciel yang mempelajari teknik berpedang Rune, atau Ash yang mempelajari teknik berpedang Ceane. Namun, hal ini jarang terjadi karena hanya sedikit bangsawan yang mengizinkan teknik berpedang warisan keluarganya dipelajari orang lain. Namun, meski skill berpedangnya hanya tiruan teknik Rune, Ciel merasa kalau kemampuannya menjadi lebih fleksibel daripada bangsawan lain.
Ya, karena dia bisa meniru teknik siapa saja yang dilihatnya.
Eron menggunakan kedua tangan untuk mengangkat pedang. Berbeda dengan Ciel, pedang Eron berukuran kecil dan tipis dengan ujung runcing. Bilah pedangnya seperti dikelilingi oleh cahaya, yang merupakan skill yang perlahan diaktifkan secara otomatis begitu penggunanya menggenggam pedang.
Suara gemuruh yang ringan dan cepat berayun di udara. Eron telah membentuk postur tubuh yang sedikit membungkuk dengan kedua tangan memegang pedang. Sementara itu, Ciel mulai mengangkat pedangn dengan satu tangan. Meski Ciel tidak memiliki senjata atau skill warisan, dia telah melakukan banyak pertarungan nyata selama perjalanan menuju kota ini. Dia bertemu dengan para pengembara atau ahli pedang yang tak kalah hebat dari murid-murid di akademi.
Memori-memori itu perlahan muncul lagi ketika dia mempertimbangkan gerakan apa yang harus dipakainya saat ini. Jika dia terkena empat tebasan beruntun dari Eron, Health Point-nya pasti akan berkurang cukup banyak. Selain itu karena skill Eron berfokus pada kecepatan, ada kemungkinan kalau dirinya gagal saat menghindar. Kalau begitu, apakah dia hanya bisa menahan gerakan itu?
Sayangnya tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Ciel segera membentuk postur kokoh ketika Eron mulai bergerak ke arahnya sambil mengeluarkan raungan. Ujung runcing pedang Eron dengan cepat terarah pada Ciel.
Sebelum ujung runcing itu mengenai kepalanya, Ciel dengan segera bergerak. Dia melangkah dengan kuat dan menangkis tebasan pertama dengan sempurna. Selagi suara keras logam berbunyi, Ciel merasakan pedangnya sedikit terdorong ke belakang, tapi tidak bebannya tidak seberat saat pedang Rune beradu dengan pedangnya.
Murid-murid dan beberapa bangsawan tingkat atas di sekeliling mungkin berpikir kalau pemenang duel ini telah ditentukan. Mereka menganggap Ciel sudah terpojok ketika berusaha menangkis tebasan Eron yang kedua. Namun, Ciel dengan sengaja membuat Eron dan penonton lain berpikir seperti itu.
Alih-alih membalas serangan, Ciel memperkuat posturnya dan menunggu kesempatan untuk menyerang baik. Tebasan kedua Eron mengarah dari atas kanan ke bawah, yang kembali berhasil ditangkis oleh Ciel. Kali ini, daya serangnya jauh lebih kuat, tapi kecepatan tebasannya telah berkurang.
Ciel membungkuk sedikit ketika Eron hendak menebas secara horizontal, lalu Ciel mengayunkan pedangnya ke atas dengan tajam. Suara dentingan logam kembali terdengar. Di saat yang sama, cahaya yang membungkus pedang Eron semakin terang, menandakan kalau skill combo yang terakhir akan dilancarkan. Namun, sebelum hal itu terjadi, Ciel dengan segera mengaktifkan skill.
Cahaya biru tua mulai menyelimuti pedangnya. Ciel bergerak cepat mengeluarkan serangan pertama ke arah perut Eron yang tidak memiliki perlindungan apa pun. Berbeda dengan Flash of Genius milik Eron, skill yang Ciel pelajari dari Rune memiliki tingkat ketajaman gerakan dan daya serang yang tinggi.
Serangan Ciel mengenai perut Eron dengan telak. Lelaki itu mundur beberapa langkah dengan satu tangan yang memegangi perutnya. Seolah-olah tidak ingin membiarkan Eron membalas serangan, Ciel kembali mengayunkan pedang. Kali ini Ciel mengincar bagian lengan bawah Eron yang kosong.
Akan tetapi, seorang bangsawan yang memiliki skill warisan juga tidak bisa diremehkan. Seperti namanya, gerakan Eron memiliki kecepatan yang luar biasa. Bahkan sebelum mata pedang Ciel mengenai lengannya, Eron mati-matian menangkis serangan itu.
Ciel dan Eron sama-sama mundur. Ternyata perhitungan Ciel memang benar. Harga diri bangsawan pasti tidak akan membiarkan Eron mendapat dua serangan beruntun tanpa perlawanan seperti tadi. Pasti akan sangat memalukan jika dirinya sampai mendapat dua serangan dari seorang rakyat jelata seperti Ciel. Namun, hal itu juga yang membuat Ciel yakin atas perhitungannya yang lain.
Ciel akui kecepatan Eron memang di atas rata-rata. Namun, daya serang lelaki itu masih jauh jika dibandingkan dengan Rune atau Ceane yang memang terfokus pada daya serang dan titik fatal. Karena itu satu-satunya tugas berat yang harus Ciel lakukan hanyalah melihat dua detik lebih cepat dari gerakan Eron. Hal itu bukanlah sesuatu yang sulit karena dia telah melakukannya ketika menangkis serangan Eron pertama kali.
Mereka kembali memasang postur. Namun, kali ini Ciel memutuskan untuk maju terlebih dahulu. Dia mengangkat pedang di tangannya sejajar dengan wajah Eron dengan posisi kaki yang kokoh. Saat menggunakan sword skill dengan daya serang yang kuat, posisi kaki dan timing sangatlah penting karena menyangkut keseimbangan dan fokus pada titik vital.
Ujung pedang Ciel terayun, berbenturan dengan bilah tipis pedang Eron. Kali ini serangan balasan Eron memiliki daya serang yang lebih besar dari sebelumnya. Ciel telah menduga kalau Eron akan lebih fokus pada mencari celah dibanding memulai empat tebasan beruntun seperti awal pertarungan. Lelaki ini pasti akan merasa malu kalau sword skill warisan keluarganya bisa ditepis oleh orang yang sama sebanyak dua kali.
Pada ayunan selanjutnya, kekuatan Ciel yang jauh lebih berat kembali menyerang pedang tipis Eron. Lelaki itu mati-matian mencoba untuk bertahan, tapi Ciel tahu kaki Eron perlahan terdorong ke belakang. Cahaya yang menyelimuti pedang eron mulai berkelap-kelip. Sepertinya Eron sedang mengaktifkan buff pasif sword skill untuk menangkis serangan Ciel.
Baik Ciel dan Eron sama-sama tidak bisa melepas posisi karena begitu mereka memutar atau melangkah mundur, pedang lawan pasti akan langsung menebas mereka. Selain itu, Ciel yakin kalau pedangnya akan terpental. Ciel mati-matian mendorong pedang Eron, tapi kakinya perlahan terdorong ke belakang. Dan di saat yang sama, Ciel merasakan tepukan ringan di pundak seolah-olah ingin memberinya kekuatan.
Ciel tanpa sadar tersenyum. Ya, dia bertarung di sini bukan untuk mendapatkan uang atau semacamnya. Demi teman sekaligus satu-satunya sosok yang dia kagumi, yang memahami pemikirannya yang tidak biasa, sekaligus sosok yang menjadi tujuan hidupnya.
Satu hal yang Ciel yakini, dia tidak boleh kalah di sini.
Dengan sengaja, Ciel memundurkan kaki kanannya ke belakang agar posisi pedang Eron berada sedikit di atasnya. Lelaki itu tersenyum culas, seakan sudah menduga kalau duel akan berakhir dengan dia sebagai pemenangnya. Namun, hal itu juga yang telah Ciel nantikan.
Dengan satu gerakan cepat, Ciel melepaskan pedangnya lalu berguling ke samping, membiarkan serangan Eron jatuh ke tanah. Seolah tidak ingin memberikan kesempatan pada Eron untuk membalas, Ciel segera bangkit, lalu mengeluarkan serangan terakhir dengan melepaskan tebasan dari atas kepala. Aura biru yang menyelimuti pedang Ciel menguat, tepat ke arah bahu Eron yang tidak terlindungi.
Namun, sebelum serangan itu mendarat di bahu Eron, suara tajam dari luar arena terdengar.