"Kita harus melenyapkannya."
Tiga kata yang sederhana, tapi memiliki tekanan yang besar. Sama seperti tiga huruf yang terpampang di layar monitor besar. Seperti yang Lavent duga kalau operasi ini memang sangat berbahaya. Bahkan sebelum dijelaskan lebih lanjut pun, Lavent sudah tahu apa saja dampak buruk yang bisa terjadi kalau misi ini gagal.
Seorang ahli militer akan membutuh seorang ilmuwan untuk membantunya meneliti atau menciptakan sesuatu. Senjata, obat, atau alat-alat penunjang tertentu yang tidak bisa diciptakan sendiri oleh ahli militer. Namun, ada kalanya ahli militer dan ilmuwan bertentangan.
Sembilan belas tahun lalu, para ilmuwan berhasil menciptakan manusia buatan untuk peperangan. Hal itu sangat disambut dengan baik para tentara perang. Mereka juga mampu menciptakan senjata-senjata penunjang dan alat pelindung selama peperangan. Namun, pada akhirnya masa-masa seperti ini akhirnya muncul kembali .
Ilmuwan yang tidak tahu tentang peperangan pasti berpikir kalau perang dengan menggunakan robot adalah hal mengerikan. Namun, mereka tidak tahu seperti apa jika peperangan melibatkan jutaan manusia bernyawa yang memiliki keluarga. Tidak ada jaminan kalau tentara yang ikut berperang akan kembali hidup-hidup. Bagi mereka, ikut serta dalam peperangan berarti harus siap untuk tidak kembali lagi pada keluarga mereka.
Tidak peduli seberapa banyak tentara perang yang selamat, mimpi buruk itu hanya akan berakhir ketika peperangan berakhir. Ketika munculnya satu pihak terkuat yang mampu mengendalikan pihak lain, maka kedamaian akan terjadi. Mungkin hal itu terdengar seperti mimpi yang sulit digapai, tapi Lavent ingin mencobanya.
Suatu saat, jika mereka bisa menjadi pihak terkuat di antara yang terkuat, kedamaian yang sempat hilang pasti akan kembali. Karena itulah mereka membutuhkan banyak pasukan. Peperangan yang melibatkan perasaan dan keinginan pribadi tidak berlaku lagi di dunia ini. Akan lebih baik jika orang-orang yang memiliki keluarga, perasaan, dan pikiran secara alami mendapat kehidupan yang lebih layak daripada manusia buatan, bukan?
"Bagaimana dengan SEES? Selama ini perusahaan militer kita tidak pernah terlibat konflik aktif dengan SEES. Kalau mereka sampai mengetahui hal ini, bukankah akan mengangguk kontrak kerja sama?"
Salah satu rekan Lavent mulai angkat bicara. Louise tidak langsung menjawab, tapi dia memilih untuk tersenyum tipis sambil memperhatikan rekan Lavent.
"SEES sudah terlalu besar kepala hanya karena kita memakai produk manusia buatan dari mereka. Dana penelitian ini pun berasal dari uang kita. Untuk apa kita ragu? Lagipula operasi ini bersifat rahasia. Ilmuwan yang menciptakan IVY sedang mengisolasi dirinya di suatu tempat. Kalian hanya perlu diam-diam melenyapkan programnya atau membunuh ilmuwan itu."
Pada saat mendengar jawaban Louise, Lavent jadi semakin yakin kalau ilmuwan yang dimaksud adalah Lant. Dan entah kenapa, ada perasaan aneh dan asing yang membuncah keluar dari dirinya. Mungkin bisa disebut sebagai keterkejutan atau sedikit kegembiraan bahwa dia akan bertemu lagi dengan Lant.
Sudah berapa lama?
Lavent tidak ingat. Otaknya sudah tidak bisa lagi menampung ingatan-ingatan masa lalu yang tidak berguna secara mendetail. Tapi, satu hal yang pasti Lavent ingat hanyalah perpisahannya dengan Lant waktu itu. Ketika dia memutuskan untuk masuk ke perusahaan militer dan ketika Lant menempuh jalannya di SEES.
Mungkin ini akan menjadi reuni yang indah di antara mereka berdua setelah sekian lama berpisah.
"Dan lagi aku tidak akan menerima kegagalan."
Lavent tersenyum mendengar kalimat lanjutan Louise. Gagal? Apa dia pernah gagal menjalankan misinya selama ini? Itu adalah peringatan yang lucu. Dibandingkan semua perkataan dan penjelasan Louise, peringatan barusan terdengar lebih menarik.
"Gagal?" Lavent sengaja mengucapkannya dengan nada provokatif. Senyum miring terbentuk di garis-garis wajahnya yang keras. "Tenang saja. Meski misi ini gagal pun, aku tidak akan kehilangan sebelah mata."
Setelah mengatakan hal itu dengan angkuh, Lavent berbalik meninggalkan ruangan tanpa menoleh ke belakang. Dia tahu kalau Louise sedang meremehkannya. Tentu saja Louise sudah menyadari siapa ilmuwan yang mereka incar kali ini dan menganggap Lavent tidak akan sanggup menyelesaikannya karena harus menghadapi Lant.
Lavent tidak membenci Lant, tapi juga tidak menyayangi pria itu. Bagi Lavent, Lant hanyalah seorang anak yang tumbuh dewasa bersamanya di rumah yang sama. Mereka tidak pernah berteman, juga tidak pernah bermusuhan. Dengan pikiran yang mirip, tapi juga berbeda. Mereka memiliki keinginan yang sama, yaitu kedamaian, tapi juga memiliki cara dan pandangan yang berbeda untuk mewujudkannya.
Karena itulah Lavent tidak merasakan kesedihan atau keraguan apa pun ketika mendengar misi ini. Kalau dia harus membunuh Lant demi mencapai tujuannya, agar perusahaan militer ini mampu berkembang di atas segalanya dan menciptakan kedamaian dunia, siapa pun yang menghalangi, dia tidak akan segan untuk menghabisinya.
Selain itu misi kali ini entah kenapa terdengar seperti takdir bagi Lavent. Dia tidak peduli dengan perselisihan SEES dan organisasi militer. Namun, dia tertarik dengan sosok IVY yang telah diselesaikan oleh Lant. Karena sejak dulu, pria itu selalu memimpikan manusia buatan yang memiliki perasaan dan pikiran sendiri.
Bagaimana IVY bekerja?
Bagaimana bentuk program itu?
Di manakah dan seperti apakah IVY sekarang?
Bahkan jika IVY benar-benar manusia buatan yang sempurna, dia jadi ingin menghancurkannya. Dengan cara apa pun, dia ingin melihat, program itu hancur lebur tidak tersisa hingga akhirnya melebur bersama manusia buatan yang lain.
Kalau IVY benar-benar memiliki pikiran dan perasaan, apakah dia bisa marah? Apakah dia bisa merasakan sakit? Apakah dia bisa putus asa? Ah, mungkin saja IVY juga bisa merasakan hasrat untuk membunuh sepertinya, kan? Benar, seandainya IVY benar-benar diciptakan seperti manusia, Lavent jadi ingin tahu ekspresi apa yang akan diciptakan oleh IVY saat menderita.
Mereka bisa saja merebut program itu tanpa menumpahkan darah. Namun, meski Lavent sudah lama berpisah dengan Lant, bukan berarti dia bisa melupakan karakteristik pria itu. Lant pasti akan berusaha melawan dengan cara apa pun untuk melindungi miliknya. Sama seperti Lant yang berusaha melindungi belalang sembah dari Lavent, atau ketika Lant mati-matian menyembunyikan kucing kecil.
Louise tidak mengetahui itu dan mengira kalau Lavent adalah pria kekanakan yang tidak bisa membunuh Lant. Pria itu pasti tidak akan membiarkan IVY dihancurkan begitu saja. Lalu, dengan cara apa Lant akan melindungi IVY? Pria itu bukan seseorang yang bisa bertarung, tapi Lavent akui, Lant memiliki otak yang sangat cerdas. Seandainya saja Lant melupakan mimpi untuk menciptakan manusia buatan sempurna dan memilih untuk bergabung militer bersamanya, Lant pasti sudah menjadi ahli strategi yang luar biasa.
"Sayang sekali …." Lavent menggumamkan dua kata itu sambil tersenyum.
Yah, meski begitu, bukankah hal itu yang menjadi tantangan baginya? Dia benar-benar menantikan reuni kali ini.