Chereads / Invocation / Chapter 11 - Chapter 11

Chapter 11 - Chapter 11

Lavent tahu dirinya telah bertentangan dengan Lant sejak mereka masih kecil. Meski banyak yang mengatakan kalau Lavent dan Lant terlihat akrab ketika masih kecil, kenyataannya malah sebaliknnya. Dia sering berdebat dengan Lant, baik itu tentang jiwa, manusia, nyawa, dan kemanusiaan.

Bagi Lant, seorang manusia buatan sama seperti manusia biasa yang memiliki pikiran, keinginan, dan perasaannya sendiri. Sementara bagi Lavent yang telah hidup di dalam peperangan dan dunia militer, keberadaan manusia buatan hanyalah alat perang untuk meminimalisir korban perang.

Harusnya seperti itu dan selamanya begitu. Namun, akhir-akhir ini terdapat rumor yang tersebar di kalangan militer. Pagi ini petugas eksekutif yang paling Lavent benci telah memanggilnya untuk membincangkan sesuatu bersama tim yang dipimpin oleh Lavent.

"Selamat pagi, Tuan Lavent. Saya meminta maaf karena menganggu waktu Anda, tapi Pejabat Eksekutif Militer telah meminta Anda untuk datang bersama tim pagi ini."

Lavent menatap ajudan malang yang menatapnya dengan penuh ketakutan itu. Di mata orang lain, baik itu memiliki status di atas atau di bawahnya, Lavent adalah orang yang mengerikan. Dia telah menjadi mesin pembunuh sejak usia dua puluhan yang memimpin jutaan pasukan manusia buatan ke medan perang.

"Apakah pria botak itu akan memberikan misi yang tidak masuk akal? Kalau misi itu hanyalah ajang menumbalkan pasukanku, katakan saja aku tidak berminat."

"Anu—itu—" Ajudan itu tampak gelisah. Kalau bisa, dia tidak ingin mengatakan perintah ini pada Lavent, tapi kalau dia tidak melakukannya, pejabat eksekutif itu pasti akan memaki atau bahkan membunuhnya.

"Katakan. Kau harusnya tahu kalau aku bukanlah orang yang suka membuang waktu seperti ini."

"Ini adalah misi operasional rahasia, jadi Pejabat Eksekutif Militer yang akan menjelaskannya kepada Anda."

Lavent terdiam sejenak. Misi rahasia? Kalau begitu, kemungkinan besar misi ini adalah suatu tindakan yang melanggar hukum sampai tidak bisa diketahui oleh sembarang orang—termasuk ajudan ini. Namun, misi rahasia apa yang membuat pejabat eksekutif militer sampai memanggilnya langsung?

Satu-satunya jawaban yang terlintas dalam benak Lavent hanyalah satu: manusia buatan.

"Beritahukan padanya kalau kami akan segera datang. Tapi aku tidak akan menerima misi kalau dia hanya melemparkan rencana konyol." Tanpa menatap ajudan itu, Lavent langsung menjawab.

Tentunya jawaban Lavent membuat ajudan itu merasa gelisah. Dia hanyalah seseorang yang lebih mirip seperti pesuruh dibanding ajudan. Apalagi orang-orang yang harus ditemuinya adalah seseorang yang selalu maju di medan perang. Sungguh berbeda dengannya yang hanya diminta ke sana kemari seperti orang bodoh.

"Baiklah, saya mengerti. Akan saya sampaikan pada Pejabat Eksekutif Militer tentang jawaban Anda."

Segera setelah ajudan itu pergi, Lavent segera bangkit dari tempat duduknya dan menghadap para rekan tim. Mereka hanya terdiri dari lima orang tentara elit yang dilatih khusus untuk menyusup, mencuri, menyamar, meski terkadang mereka juga memimpin pasukan di medan perang. Mereka adalah lima orang yang selalu hidup di mana peluru selalu tertuju padanya.

Di antara dua belas tim elit militer, tim Lavent seringkali disebut sebagai tim terkuat sekaligus tim yang sulit dikendalikan. Bahkan ketika mereka berjalan di lorong markas pun, orang-orang tidak akan berani mengangkat pandangan. Satu-satunya orang yang bisa menatap mereka lurus tanpa ada rasa takut hanyalah seorang pejabat eksekutif militer—Louise Joer.

Usianya dengan Lavent terpaut sepuluh tahun. Sebelum Lavent, Louise yang sering menjadi pemimpin di medan perang. Namun, setelah Lavent diangkat menjadi ketua pasukan utama dan sejak Louise kehilangan mata kanannya, dia berhenti maju berperang dan memilih untuk bekerja di balik layar.

"Jadi, apa kau sudah mendengar tentang SEES yang mengembangkan manusia buatan versi terbaru?" Dengan tampang suram dan beberapa luka di wajah, petugas eksekutif berambut cepak itu langsung melontarkan pertanyaan tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

Di belakang pria itu, sebuah layar monitor besar yang menampilkan sesuatu yang berbentuk lingkaran logam yang bercahaya biru muda dengan jumlah yang sangat banyak. Namun, di antara semua lingkaran logam itu, ada sebuah kubus berwarna-warni yang memiliki banyak cahaya penghubung dengan lingkaran di sekitarnya.

Singkatnya itu adalah gambaran singkat tentang perbedaan manusia buatan dan manusia asli. Seorang manusia buatan yang diciptakan dan digerakkan oleh program, seluruh pergerakan, pola pikir, dan kegiatannya akan terbatasi oleh sebuah sistem. Ada sebuah batasan yang tidak bisa dilewati oleh mereka. Namun, kubus berwarna-warni itu berbeda.

Itu adalah sosok manusia asli di tengah manusia buatan. Warna-warna yang melambangkan pola pikir, gerakan, dan perasaan yang berbeda dari manusia buatan. Manusia tidak memiliki batasan. Dia bisa saja melakukan kejahatan apa pun, tapi juga memiliki perasaan yang sangat lembut. Mereka memiliki batasan secara subjektif, tidak terikat pada satu patokan seperti manusia buatan yang dikekang oleh sistem.

Karena manusia adalah makhluk dengan isi pikiran dan perasaan yang luas, tidak ada yang bisa menciptakan makhluk seperti itu. Namun, bagaimana jika seandainya ada satu pihak yang mampu menciptakannya?

"Kita harus menghancurkannya."

Tiga kata yang keluar dari pejabat eksekutif itu membuat Lavent dan timnya spontan berjengit. Pejabat eksekutif itu berdiri. Layar monitor yang menampilkan kubus dan lingkaran itu langsung berubah menjadi berbagai data statistik tentang perkembangbiakan manusia dan tingkat kematian di peperangan.

Nyatanya di masa kini, peperangan adalah sesuatu yang sering terjadi. Ketika negara kuat mulai bermunculan, mereka akan berusaha mencari pembuktian tentang kekuatan mereka dan menyerang satu sama lain. Di sisi lain, industri dan perkembangbiakan manusia akhirnya terganggu. Dampak negatif dari perang berkepanjangan dan perusakan lingkungan akibat perang menimbulkan wabah mandul yang kini telah menyebar di seluruh dunia.

"Sembilan belas tahun lalu, kita sudah bekerja keras untuk menciptakan tentara perang tak bernyawa yang mampu merebut nyawa orang lain. Namun, menurut kalian, apa yang terjadi seandainya salah satu pihak membuat sosok manusia buatan yang berusaha menyaingi manusia asli?"

Ketika pejabat eksekutif itu mulai menjelaskan, wajah Lant tiba-tiba terlintas di dalam benak Lavent dalam sekejap. Karena satu-satunya orang yang memiliki niat keinginan seperti itu hanyalah sahabatnya, Lant. Kalau begitu, apakah misi kali ini akan berhubungan dengan Lant?

Lavent tahu dirinya tidak boleh naif. Pekerjaan adalah pekerjaan. Meski dia dan Lant tumbuh dewasa bersama, bukan berarti Lavent bisa mengecualikan Lant sesuka hatinya dan mengabaikan dampak yang dihasilkan. Seandainya benar bahwa Lant adalah pencetus manusia buatan yang memiliki perasaan dan pikiran pribadi, hal itu hanya akan mengancam keberadaan manusia.

Apa jadinya kalau ada manusia buatan yang bersikap seperti manusia?

Memikirkannya saja sudah terasa mengerikan bagi Lavent. Tidak peduli siapa pun yang mencetuskan hal itu, dia harus berpartisipasi dalam operasi yang akan diadakan secara rahasia ini. Agar dunia yang dipenuhi oleh peperangan ini bisa meminimalisir kematian manusia.

"Aku rasa kalian sudah mengerti." Louise kembali melanjutkan kata-katanya. Kemudian layar monitor itu kembali berganti menjadi tiga huruf yang ditulis secara besar dengan sebuah logo yang amat Lavent kenal di sisinya.

IVY dan sebuah logo organisasi ilmuwan dunia—SEES.