Chereads / Invocation / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

"Aku janji tidak akan membuat masalah sebelum kita menjadi Holy Knight."

Ciel mengatakan hal itu pada Ash sebelum mereka berangkat dari Kota Junon menuju ibu kota lima tahun lalu. Akan tetapi, sekarang dia akan melanggar janji tersebut. Ciel sama sekali tidak memikirkan konsekuensi dan tindakannya mulai sekarang. Dia juga tidak menyesalinya. Kini, dia tahu alasan dan keyakinan Ivy saat gadis itu tidak segan melanggar Kanon untuk melindungi sesuatu meski harus melanggar hukum. Satu-satunya yang Ciel sesali hanyalah dirinya yang tidak berdaya saat melihat Ivy dibawa pergi.

Setelah menantang Ciel, Eron menghentikan ucapannya sejenak, lalu melempar lirikan singkat pada Balt dan teman-temannya yang menahan tawa. "Jika kau berhasil menang dariku, aku akan memberimu surat rekomendasi untuk mengikuti turnamen sihir."

Mata Ash membulat. Dia melirik Ciel yang mengepalkan kedua tangan. "Ciel, kau tidak berniat menerimanya, kan?"

Ciel memang punya hak untuk menolak, tetapi dia membutuhkan surat itu. Syarat mengikuti turnamen sihir terbagi menjadi tiga. Pertama, mereka yang berhasil mencapai tingkat akhir akademi. Kedua, mereka yang berhasil mencetak prestasi di akademi. Terakhir, mereka yang mendapat surat rekomendasi dari bangsawan, terlepas dari tingkatan bangsawan tersebut.

Meski peraturan kasta sering dianggap memberatkan rakyat biasa, ada masanya hal-hal menguntungkan seperti ini akan muncul. Jika seorang bangsawan menantang rakyat biasa untuk berduel atau memerintahnya untuk melakukan sesuatu yang mengancam nyawa, mereka harus memberikan sesuatu yang setimpal bayarannya jika orang yang diperintahkan itu berhasil.

Ini adalah pertaruhan bagi Ciel. Menantang duel artinya sama saja mempertaruhkan kehormatan, ditambah Eron ingin memberikan surat rekomendasi turnamen sihir atas namanya. Jika Eron kalah, dia akan benar-benar dipermalukan. Jika dia menang, Ciel akan menjadi pesuruhnya seumur hidup.

Memang ada riwayat murid yang terlahir sebagai rakyat biasa berhasil mengalahkan murid dari kalangan bangsawan. Namun, hak istimewa status yang didapatkan sejak lahir memang tidak bisa dipatahkan begitu saja. Karena itu, murid dari kalangan rakyat biasa yang mendapat tantangan duel dari bangsawan sama saja seperti merenggut kehormatannya.

Sejenak, Ciel melihat ke arah Sien yang terduduk di lantai dengan tatapan kagum bercampur bingung. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Jika dia menolak tantangan Eron, pasti kejadian semacam ini akan terulang lagi. Terlebih sekarang, dia sudah menambah satu masalah yang membuat para guru akan mempertimbangkan untuk memberinya surat rekomendasi turnamen. Memang bagus kalau dia menerima tantangan itu lalu berhasil memenangkannya. Dengan begitu, jalannya menuju Iris pun akan semakin cepat.

"Aku tidak bisa gagal di sini." Pikiran itu terlintas di benak Ciel. Mimpinya untuk bertemu Ivy kembali dan menghabiskan hidup damai bersama Ash akan menghilang selamanya jika dia menyerah. Meski mungkin setelah ini Ciel menjadi orang yang kejam, asalkan mimpi itu bisa diraihnya, dia tidak peduli.

Ciel mengalihkan pandangannya kembali pada Eron, lalu berbicara dengan nada serius, "Jika saya berhasil mengalahkan Anda, apakah Anda bisa memberikan dua surat rekomendasi untuk saya dan Ash?"

Tawa meledak dari Balt dan teman-teman lain. Tentu saja hal ini akan menjadi pemandangan konyol. Karena perkataan Ciel barusan seperti menyiratkan kepercayaan diri yang begitu tinggi. Akan tetapi, Ciel memang sengaja memanfaatkan pikiran Eron dan yang lain. Mereka pasti akan menganggap kalau dirinya terlalu angkuh sampai meminta dua surat rekomendasi sebagai hadiah. Hanya saja, Ciel juga tahu bahwa bangsawan yang memiliki harga diri tinggi seperti Eron tidak akan menolaknya.

"Baiklah." Eron menjawabnya tanpa keraguan. "Hal itu akan terjadi jika kau berhasil menang dariku. Besok setelah kelas berakhir, datanglah ke arena latihan yang ada di sayap kiri akademi. Kalau kau terlambat satu menit saja, akan kuanggap kau kalah dan kau harus menjadi pesuruhku."

Setelah mengatakannya dengan sangat lancar, Eron berbalik dan kembali bergabung dengan teman-temannya. Ciel pun perlahan menegakkan tubuh, menatap kesal ke arah punggung putih yang mulai menjauh itu. Setelah kerumunan tersebut menghilang di balik pintu kafeteria, terdengar helaan napas panjang dari Ash.

"Ayo, kita kembali dulu." Ciel segera bicara sebelum Ash mengatakan sesuatu.

Ash mengalah. Sesaat, Ash menoleh pada seorang murid akademi dari rakyat biasa sedang membantu Sien berdiri. Dia tersenyum canggung saat murid itu dan Sien membungkuk hormat, lalu bergegas menyusul Ciel keluar kafeteria.

Langit sudah gelap ketika mereka berjalan di koridor panjang menuju kamar asrama. Meski begitu, masih ada beberapa murid yang berlatih bersama senior pembimbing, sementara yang lain tampak berbisik dengan tatapan tertuju pada mereka.

Yah, Ash dan Ciel sudah terbiasa dengan tatapan itu sejak memasuki akademi sihir. Yang namanya hak istimewa dari status yang didapat sejak lahir memang tidak bisa dibantah. Pemandangan ketika murid dari kalangan biasa ditindas bangsawan pun sudah menjadi hal lazim, meskipun tidak pernah sampai parah. Akan tetapi, duel adalah hal yang berbeda.

Duel akademi sering terjadi di antara murid yang berada di tingkatan yang sama. Entah senior tingkat dua atau senior tingkat tiga, sementara murid yang masih baru lebih sering melihat duel sebagian bentuk latihan. Duel akademi pun berbeda dengan turnamen sihir. Peraturan duel di akademi adalah kedua pihak saling bertarung sampai Health Poin salah satu dari mereka tersisa tujuh puluh persen. Dengan kata lain, menyerang lawan untuk memenangkan pertandingan pun tidak akan melanggar peraturan Kanon.

Hanya saja pada situasi ini, yang kalah pasti akan menerima beberapa luka. Apalagi mereka bukan berduel dengan pedang kayu, melainkan pedang sungguhan. Ciel pernah melihat Eron berduel dalam ujian enam bulan lalu, jadi dia punya gambaran style berpedang yang digunakan Eron.

Ciel menoleh pada Ash yang terdiam sepanjang perjalanan. Tampaknya, Ash benar-benar khawatir tentang taruhan di antara dirinya dan Eron. Tentu saja menjadi pesuruh bukan hal yang terlalu buruk. Meski seorang bangsawan, Eron tidak akan bisa menyakiti atau meminta Ciel melakukan hal yang tidak wajar.

"Hei, tatapanmu bisa menembus punggungku, tahu." Ciel berkata ketus ketika mereka sampai di kamar asrama.

"Sebenarnya, apa sih yang kaupikirkan? Kalau kau kalah, kau tidak bisa mendapatkan surat rekomendasi dari guru akademi!"

Ciel menoleh sambil tersenyum lebar. "Tapi, kalau aku menang, ini akan jadi jalan pintas bagi kita, lho."

Ash menghela napas panjang, lalu memijat pelipisnya. "Memang sebuah keajaiban kalau kau menahan diri untuk tidak membuat masalah selama ini. Tapi, jalan pintas apa maksudmu? Kalau kalah, tidak hanya jadi pesuruh, kau juga—"

"Sudah, jangan khawatir." Ciel segera memotong ucapan Ash sambil menepuk pundak saudara kembarnya itu. "Aku berlatih selama hampir lima tahun bukan untuk dipermalukan seperti ini. Lagi pula, aku ingin sesekali menghajar kepala kuning bangsawan sampah yang angkuh itu."

Ash menghela napas dalam, kemudian menggeleng-geleng. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk menghentikan pilihan Ciel yang bodoh. Dia tidak meragukan kemampuan Ciel, karena memang benar kalau Ciel jauh lebih hebat daripada dirinya dalam menggunakan pedang. Akan tetapi, dia juga khawatir karena saudara kembarnya itu bukanlah seseorang yang mudah mengendalikan emosi.

"Pokoknya, seperti apa pun Eron memprovokasimu nanti, jangan terpancing, oke? Kalau kau terpancing, akan kupastikan diriku turun ke arena untuk menghentikanmu."

"Tentu saja! Aku juga melakukan ini bukan tanpa alasan kok. Akan terlalu lama kalau kita harus menunggu surat rekomendasi dari guru. Aku tidak mau menunggu selama itu."

"Dan kau selalu mengatakan hal yang sama setiap kali membuat masalah."

Tawa Ciel lepas untuk sesaat, sebelum akhirnya dia mengalihkan pandangan ke foto tiga anak kecil di atas nakas. Di antara Ash dan Ciel, ada seorang gadis kecil berambut perak tengah berdiri dengan senyum lebar.

"Ash, aku tidak menyesalinya sama sekali. Dan sekarang, aku mulai mengerti perasaan Ivy waktu itu."

Ash mengikuti arah pandang Ciel. Seketika, raut wajahnya menjadi mendung ketika Ciel mengungkit kembali masalah lima tahun lalu. Baik Ash maupun Ciel tidak pernah lupa pada kata-kata terakhir yang diucapkan Ivy sebelum gadis itu ditangkap Holy Knight.

"Aku akan menunggu kalian di puncak dunia ini."

Benar. Satu-satunya puncak di dunia ini hanyalah Celestial Cathderal.